Merebut Cintamu

Di kamarnya Kevin sedang menatap foto Arleta. Dia merindukan gadis itu. Peristiwa tadi siang semakin membuatnya merasa bersalah pada Arleta. Kevin masih belum tau caranya meraih Arleta kembali. Hubungannya dengan Revita adiknya sudah baik sejak tadi siang. Mungkin dia bisa bertanya pada Revita tentang Arleta. Kevin membuka\-buka ponselnya. Nomer Arleta masih di simpannya. Tapi kalau dia menelpon Arleta pasti gadis itu tidak mau menjawabnya. Tiba\-tiba Kevin beranjak menuju kamar Revita. Dia punya ide. Kevin meminta Revita yang menghubungi Arleta. Dugaan Kevin benar. Arleta mengangkatnya.

"Kenapa Vita?". tanya Arleta. Revita membuka spiker di ponselnya. Kevin duduk manis dan diam di sebelah Revita.

"Kamu di mana? makan bareng yuk". Revita mencoba peruntungannya. Kalau Arleta mau Kevin bisa melihatnya dari jauh.

"Sorry, ga bisa. Aku lagi sama Restandi mau ke rumahnya makan malam bareng". Arleta sudah ada di mobil bersama Restandi. Suara ramai lalu lintas terdengar jelas di ponselnya.

"Yah lain kali deh. Aku mau curhat nih". Revita sebenarnya juga ingin bercerita pada Arleta.

"Besok deh kita ketemu ya". Arleta memberi solusi.

"Ok besok aku hubungin lagi. by". Revita memutus sambungan lalu menatap Kevin. Abangnya tersenyum sendu mengusap lembut rambut Revita.

"Makasih ya Abang bisa denger suara Leta". Kevin beranjak kembali ke kamarnya. Revita menatap abangnya kasihan. Arleta sudah tiba di rumah Restandi. Baru kali ini dia datang ke rumah calon mertuanya. Nikolas Gutama sudah pulang dan menyambutnya bersama istrinya, Sofi Soraya Gutama. Wanita cantik ini berdarah campuran eropa, yang menurun pada Restandi. Arleta sudah dua kali bertemu dengannya. Menurut Restandi mamanya yang pertama kali memilihnya untuk di jodohkan dengan putranya. Mungkin ini saatnya Arleta mengenal wanita kesayangan Restandi. Karena terlihat jelas sikap Restandi pada Nikolas dan Sofi sangat berbeda. Pada papanya Restandi bersikab dingin tapi pada mamanya sikapnya sangat hangat. Sofi memeluknya lembut.

"Arleta sayang mama senang kamu mau datang". Arleta melirik Restandi yang tersenyum melihat Sofi yang menyambut Arleta.

"Iya ma, Arleta juga senang bisa datang". Arleta menjawab sopan.

"Ayo, ayo kita makan sudah malam". Nikolas mengajak mereka masuk ke ruang makan. Ruang makan yang indah itu dekorasinya indah menurut Arleta. Makanan sudah terhidang di meja. Mereka duduk bersebrangan. Arleta bersama Restandi dan Nikolas bersama Sofi.

"Maaf ya sayang, karena ini mendadak jadi mama cuma masak makanan kesukaan Restandi. Lain kali mama masak kesukaan kamu". Sofi menyesal.

"Tidak apa ma. Arleta juga harus terbiasa dengan semua yang Restandi suka". Arleta tersenyum manis. Terlihat jelas ketulusannya dari wajahnya. Restandi mengedipkan sebelah matanya pada Sofi. Sepertinya mengisyaratkan pilihan Sofi tepat pada Arleta. Sofi tersenyum senang. Nikolas walaupun tidak berkomentar tapi berpendapat menantunya bijak pada Arleta. Mereka pun menikmati makan malam. Hari ini Arleta latihan untuk menyukai menu kesukaan Restandi. Walau Arleta tidak pemilih tapi dia cukup berhati-hati dengan mengambil sedikit dulu dari tiap hidangan. Takutnya dia tidak suka jadi tidak enak jika tidak di habiskan. Selesai makan malam mereka pindah ke ruang keluarga. Nikolas undur diri karena ada pekerjaan. Sofi memutuskan menemani Arleta sebentar agar gadis itu tidak merasa di acuhkan. Sofi senang melihat interaksi antara Restandi dan Arleta.

"Mama cantik banget sih". Arleta yang duduk di sebelah Sofi menatapnya dengan kagum.

"Kamu bisa saja". Sofi merangkul Arleta sayang.

"Pasti papa sayang banget sama mama. Sudah cantik, baik". Arleta menyukai calon ibu mertuanya. Dia terus menatap Sofi sambil tersenyum. Tiba-tiba dilihatnya pada wajah Sofi ada rona kesedihan, tapi segera Sofi hilangkan dengan tersenyum dan mencubit pipi Arleta.

"Calon menantu nakal. Muji mama ada maunya ga nih?".

"Engga ko Arleta serius". Mereka pun tertawa bersama. Restandi yang duduk agak jauh tersenyum melihat Sofi dan Arleta. Dia suka jika mereka menjadi akrab.

"Mama permisi ya sayang. Kamu ngobrol sama Restandi dulu. Terima kasih ya mau nengok mama". Sofi mencium pipi Arleta lalu berdiri dan melangkah pergi sambil tersenyum. Arleta bingung di tinggal berdua dengan Restandi. Walaupun mereka tau Sofi memberi kesempatan pada mereka untuk bisa lebih dekat. Restandi bangkit dan menghampiri Arleta.

"Ikut aku yuk". Diraihnya tangan Arleta dan di tariknya lembut.

"Aku kan sudah liat kamar kamu. Sekarang kamu lihat kamar aku". Restandi menjelaskan tujuannya. Arleta menurut saja. Dia merasa aneh berdua saja dengan Restandi di ruangan yang besar itu. Rumah besar keluarga Gutama ada tiga lantai. Kamar Restandi di lantai dua. Restandi membawa Arleta ke kamarnya. Ternyata bukan hanya ruang prakteknya yang bernuansa putih tapi kamar tidurnya pun demikian. Arleta mengamati kamar yang luas itu. Tempat tidur king size, satu set sofa yang lumayan besar dilengkapi dengan sarana elektronik. Meja kerja dan lemari buku, rupanya Restandi tidur dan bekerja di ruang yang sama. Ada lemari pendingin di sudut sana di sebelahnya ada pintu kaca yang menarik perhatian Arleta.

"Karena kamar ini juga akan jadi kamarmu nanti, kamu boleh ko merubahnya". kata Restandi yang sedari tadi diam memperhatikan Arleta. Karena baru pertama kali melihatnya Arleta tidak punya gambaran untuk merubahnya.

"Memangnya kamu serius mau nikahin aku?". tanya Arleta bercanda sambil berbalik menatap Restandi.

"Aku tunangan sama kamu tapi nikah sama yang lain gitu?". tanya Restandi heran.

"Sama siapa?". tanya Arleta, tangannya menunjuk pintu kaca yang menarik perhatiannya.

"Menurutmu?". Restandi menghampiri pintu itu dan mendorongnya hingga terbuka. Dibalik pintu itu ada balkon yang cukup besar untuk bisa duduk sambil menikmati pemandangan. Dibawah tampak kolam renang dan taman dengan lampunya yang cantik. Arleta suka melihatnya. Restandi berdiri di sebelah Arleta menunggu jawaban gadis itu. Dia ingin tau siapa yang ada di pikiran Arleta.

"Dr Rika mungkin?". Arleta menebak.

"Dr Rika? Alrika?". Restandi terkejut.

"Aku ga tau nama lengkapnya". jelas Arleta. Restandi tersenyum maklum.

"Namanya Alrika Novarina. Dia pernah satu kampus denganku tapi kami tidak dekat. Dia lalu melamar sebagai dokter umum di rumah sakit papa. Karena kemampuannya bagus ya di terima. Tapi kenapa kamu berpikir aku mungkin nikah sama dia?". Restandi penasaran.

"Katanya dia suka sama kamu dari sejak kuliah".

"Kata siapa?".

"Kata Monika". Arleta berterus terang. Restandi tersenyum, sekarang dia tau apa yang ada di pikiran Arleta.

"Gosip apa saja kamu sama Monika? Bahaya nih kalau asistenku sudah pro pada tunanganku". Sebenarnya Restandi suka jika Arleta cocok dengan Monika. Akan memudahkannya dalam bekerja.

"Rahasia". Arleta tersenyum misterius. Dia tidak ingin ketahuan.