Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Bu Sindy
****
Sedikit cerita yang di dengar oleh Anita dari para tetangga dan juga keluarga dari Bu Sindy sendiri.
Bu Sindy ini orang nya susah, susah kalau liat yang lain punya.
Susah kalau liat yang lain punya teman.
Susah kalau liat orang lain senang.
Pernah saat adik ipar nya menginap semalam di rumah nya Bu Sindy, di dalam rumah Bu Sindy ini ada orang tua dari suami Bu Sindy alias mertua.
Karena adik iparnya tau bahwa mertuanya ini suka kopi alias ngopi, jadilah si adik ipar Bu Sindy ini membawakan gula beserta kopinya kerumah Bu Sindy untuk bertandang sekalian main.
Sudah lama adik ipar dan suaminya ini duduk di teras bersama mertuanya, namun tak ada suguhan kopi yang datang.
Akhirnya dengan rasa penasaran adik ipar alias istri dari adik nya Bu Sindy ini kedapur ingin membuat sendiri kopi untuk suami beserta mertuanya.
Namun kopi dan gula yang dari awal ia datang di letakkan di atas meja dapur itu, raip entah kemana.
"mbak tau kopi sama gula yang ku bawa tadi?" tanya Sopi adik ipar Bu Sindy.
"ngak tau" ucap ketus Bu Sindy.
Sopi yang memang seperti mengetahui sesuatu yang di sembunyikan kakak iparnya itu pun memilih pergi dari dapur.
Sopi langsung memakai jaket dan meraih kunci motor beserta dompetnya.
"kemana dek?" tanya Sopyan sang suami.
"beli kopi sama gula kang".
" loh tadi kamu sepertinya bawa dek, ketinggalan kah?"
"kopi sama gula ku bawa kok, tapi nga ada aku cari. Di gondol tikus ndas ireng paling kang" ucap Sopi seraya melajukan sepeda motornya.
****
Sewaktu Sopi dan suaminya Sopyan masih menumpang dirumah milik Bu Sindy, pernah berkali-kali Sopi kehilangan bumbu dapur.
Entah hilangnya kemana? Di cari didalam lemari dapur pun tak ada.
Dan lagi Sopi pernah sampai nekat menjual mas kawin nya untuk membeli beras dan bumbu dapur, padahal suami sudah melarang.
Namun Sopi menjelaskan "lebih baik aku tidak memakai emas tapi kita tidak kesusahan makan kang".
Dan lagi pernah suatu hari Bu Sindy melihat pakaian gamis berwarna putih yang di kenakan oleh Sopi, mungkin di pengelihatan Bu Sindi gamis putih tersebut juga bagus jika ia yang memakainya.
Lalu bergegaslah Bu Sindy mencari dan memakai baju gamis berwarna putih yang senada dengan yang di gunakan oleh Sopi.
Dari sana para tetangga berkata " enak ya satu rumah bisa janjian". Namun perkataan tetangga itu membuat Sopi tak senang pasalnya ia memang tidak berniat janjian pada siapa pun, sekali pun pada kakak ipar nya.
Semua yang di miliki dan di gunakan Sopi, terlihat bagus dan cantik di mata Bu Sindy.
Dan Bu Sindy pun tak segan berhutang jika memang ia tak memiliki uang.
Entah Bu Sindy ini saat lahir di Adzani atau di p*suhi? Kenapa jadi begitu dia.
Pernah sekali saat Sopi membeli peralatan memasak, karena Sopi berpikir ia ingin memiliki barang sendiri walau mencicil satu persatu pun tak masalah.
Seketika Bu Sindy mengetahui bahwa adik iparnya punya barang-barang, tak ayal Bu Sindy juga mengeluarkan bekakas yang ia simpan sebegitu lamanya. Ia ingin memperlihat kan kepada adik iparnya jika ia juga memiliki barang.
Dan lagi yang membuat Sopi tak betah dan akhirnya pergi dari rumah kakak iparnya tersebut.
Sopi yang memasak nasi, namun saat ia dan suami hendak makan dandang nasi pun kosong melompong alias habis.
Setiap pagi bahkan subuh Sopi selalu bangun duluan, ia mencuci piring bekas siapa pun yang makan.
Ia menyapu dan mengepel lantai dua hari sekali.
Namun tetap ia tidak terlihat di mata kakak iparnya itu.
Pernah juga Sopi lupa menaruh belanjaan di dapur, ia malah menaruh belajaan tersebut di dalam kamar.
Karena ia pun terburu-buru ada keperluan, ke esok harinya terdengar kabar jika ia menyembunyikan perbawangan dan percabaian di dalam kamarnya dan panggilan pelit bin medit pun sangkut di dekat namanya.
Dan lagi masalah kompor kakak iparnya tersebut menyuruhnya masak terlebih dahulu, karena selera mereka berbeda.
Namun belum juga selesai Sopi masak kakak iparnya itu mengeluarkan bahan makanan yang ia letakkan di dekat kompor, namanya apa itu jika tidak menyuruh dalam pergerakan halus jika Sopi harus segera menyelesaikan acara memasaknya.
Namun jika ia di persilahkan memasak dahulu oleh Sopi sampai jam sepuluh pagi belum juga selesai entah apa yang di masak orang itu.
Hingga akhirnya Sopi pun sampai menangis memohon pada suaminya untuk pergi mencari tempat tinggal sendiri dan setelah satu tahun mengontrak sendiri Sopi dan suami di karuniai anak.
Namun kehamilan Sopi pun menjadi bahan obrolan, pasalnya Bu Sindy yang menikah lebih lama beberapa tahun di banding Sopi belum juga ada tanda-tanda kehamilan.
Entah kesalahan ada di pihak Pak Dar atau kah Bu Sindy, orang lain hanya menerka-nerka.
Tanpa mereka ketahui jika Bu Sindy sudah lama mengonsumsi pil pencegah kehamilan.
Dan lagi ia banyak berhutang pada bakul sayur langganannya tanpa berniat melunasinya, jika di tanya selalu saja suaminya belum gajian.
Ia juga pernah berhutang ponsel untuk memenuhi gaya hidupnya yang hedon.
Ia pun bekerja di tempat orang namun, penghasilannya tak sesuai dengan gaya hidup yang dimiliki nya.
Memakai haighils untuk menunjang penampilannya, dan memakai pakaian dengan warna mencolok dan model yang sudah tak jaman lagi alias katrok.
Yang menjadikan ia pusat perhatian, tanpa ia sadari bahwa itu semua cemoohan orang, bukan pujian.
Ia pernah memarahi suami nya untuk bersikap tegas pada setiap orang yang menggosip tentangnya, namun suaminya pun tak dapat berbuat apa-apa karena mamang itu ulah istrinya.
ia pun tak habis pikri mengapa istrinya berlaku demikian?
Entah kesalahan apa yang di perbuat Pak Darji selaku suami dari Bu Sindy lakukan, hingga perlakuan Bu Sindy seperti itu.
Padahal Pak Darji selalu mengingatkan Bu Sindy akan perlakuannya, cara berpakaiannya, cara berbicaranya semua sudah selalu diingatkan oleh suaminya.
Emang dasar bebal ini si Bu Sindy.
Dan lagi Pak Darji mengetahui jika istrinya berbuat kesalahan pada orang baru di kontrakan depan, hanya karena jemuran. Padahal tali jemuran milik Bu Sindy aman terkendali dan tidak putus, seperti yang di katakan oleh Bu Sindy pada tetangga baru tersebut.
yang sabar ya Pak Dar maaf Author pasangkan engkau dengan perempuan macam ini, Author yakin Bu Sindy akan berubah tapi nga tau kapan.
Sekali lagi maaf ya Pak Dar....
Sudah hampir lima tahun berumah tangga entah ada kejaiban apa yang Author berikan, hanya ia yang tahu.
Karena ia yang menulis kisah ini.