NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Skala merapikan kertas-kertas yang ada di atas meja nya sebelum pulang. Setelah semuanya rapi, dia bergegas keluar dari ruangannya. Semua karyawan sudah pulang, hanya ada OB yang menang berjaga di sana.

Dia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Langit senja berwarna orange membuat suasana terasa sejuk dan tenang. Matanya tak sengaja melihat seorang anak kecil yang sibuk menawarkan bunga mawar merah pada pengendara.

Setelah mobilnya berhenti di lampu merah, Skala membuka kaca mobil dan melambaikan tangannya pada anak kecil tersebut.

"Bunganya, Om?" tawarnya.

"Saya mau satu." Skala membuka dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna biru dari sana.

"Sepuluh ribu, Om!" ucap anak itu antusias.

Skala menyodorkan uangnya lalu menerima bunga tersebut. Dia hendak kembali menutup kaca mobil, tapi anak kecil tersebut menghentikannya.

"Om, uangnya kebanyakan!" serunya sambil menyodorkan sisa uang yang banyak.

"Buat kamu semuanya," balas Skala.

Anak itu langsung tersenyum lebar. Dia membungkuk beberapa kali seraya mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih banyak, Om! Semoga Tuhan membalas kebaikan Om lebih dari ini." Dia tersenyum lebar. Menggemaskan sekali.

Skala mengangguk saja. Lalu si anak kecil berlari ke arah teman-temannya yang lain.

Skala melirik bunga yang ada di kursi samping kemudi. Bunga mawar merah? Apakah Aurora menyukainya? Dia bahkan tidak pernah terfikir untuk membelikan Aurora bunga. Tapi, saat melihat anak kecil menjual bunga tadi, dia jadi kepikiran Aurora. Jadilah dia membeli bunganya.

Sesampainya di rumah, Skala bergegas mencari Aurora. Namun, saat di kamar, dia tidak menemukan gadis itu. Kakinya berbalik menuju sebuah ruangan yang dijadikan tempat melukis Aurora.

Dan ya, gadis itu berada di sana sedang asik melukis. Bahkan Aurora terlihat tidak peduli bajunya kotor karena cat. Ia masih tidak sadar akan kehadiran Skala. Tangannya dengan lihai mengoles kuas ke kanvas hingga menciptakan sebuah lukisan abstrak yang sulit Skala pahami.

"Aurora."

Aurora tersentak kecil, dia menoleh masih dengan tangannya yang memegang kuas mengambang di udara.

"Kamu? Sejak kapan kamu di sana?" Aurora meletakkan kuas tersebut pada tempatnya lalu berdiri dari duduknya.

"Baru saja," jawab Skala. "Mandi, sudah petang," lanjutnya lalu berbalik pergi dari sana.

Aurora segera mengikuti suaminya. Dia benar-benar mematuhi Skala, padahal bisa saja Aurora melanjutkan lukisannya yang belum selesai.

Setelah mereka berdua selesai mandi, Aurora sibuk mengeringkan rambutnya. Dress panjang sudah membalut tubuh mungilnya. Baru kali ini Skala melihat seorang perempuan yang begitu menyukai dress, bahkan Aurora tidak memiliki celana panjang. Semuanya dress selutut. Namun, sebagai seorang suami, tentu dia tidak keberatan akan hal itu. Dengan Aurora selalu memakai dress, ia tidak akan menjadi tontonan para lelaki karena pakaiannya tertutup.

"Bunga?" Aurora meletakkan hair dryer dan beralih mengambil bunga yang ada di meja rias. Dia baru menyadari ada bunga itu di sana.

Aurora menoleh ke arah Skala yang sibuk mengambil baju. "Ini bunga siapa, Skala?"

"Untukmu."

Seketika Aurora mengerjapkan matanya. Dia melihat bunga mawar di tangannya, lalu beralih menatap Skala.

"Kamu ... memberiku bunga?" tanya Aurora ragu-ragu. Kesekian kalinya dia dibuat bingung dengan sikap Skala yang susah ditebak.

"Hm. Kenapa? Tidak suka?" tanya Skala sambil memakai baju kaosnya, dia sudah memakai celana pendek tadi.

"Suka!" balas Aurora cepat. Dia mencium aroma bunga itu. "Hmm ... wangi..."

Gadis itu tiba-tiba beranjak ke luar kamar. Sedangkan Skala hanya diam mengamati, meskipun dia bingung dengan tingkah Aurora yang selalu tiba-tiba. Istrinya itu begitu lincah.

Aurora kembali membawa sebuah gelas panjang kosong. Dia meletakkan itu di atas meja rias nya, lalu ia memasukkan bunga mawar tadi ke dalam gelas tersebut.

"Cantik!"

Skala terdiam melihatnya. Dia pikir, Aurora hanya akan meletakkan bunga itu ke sembarang tempat, atau akan dibuang begitu saja. Ternyata, Aurora benar-benar menghargai pemberiannya.

"Kamu suka dengan mawar merah?" tanya Skala.

Aurora mengangguk. "Suka! Warnanya cantik dan juga wangi."

Skala mengangguk paham. Tidak heran, bunga mawar adalah kesukaan banyak orang, bunga yang paling populer.

"Tapi, pasti bunganya akan layu karena dia tidak memiliki akar." Aurora menghela nafas berat. Padahal dia ingin menyimpan terus bunga mawar pemberian dari Skala.

Skala hanya diam melihat Aurora yang sedang murung. Padahal itu hanya bunga, kenapa Aurora begitu menyayangi nya?

"Ayo kita makan malam." Skala beranjak dari duduknya dan menghampiri Aurora.

"Ah iya." Aurora hanya diam ketika Skala menarik tangannya dan mereka keluar dari kamar.

Mereka duduk berdampingan. Aurora beranjak mengambilkan nasi untuk sang suami. Lauk pauk tidak ada yang terbuat dari sea food, karena memang Skala yang melarang pelayan untuk mengolah sea food. Meski hanya datar dan tetap diam, Skala begitu memperhatikan sekelilingnya, terutama Aurora.

Makan malam berjalan seperti biasanya, hanya diam dengan mulut mengunyah. Hanya terdengar dentingan sendok saja. Sepi, namun inilah yang Aurora dan Skala inginkan.

Setelah selesai, Aurora membuat susu hangat untuk mereka berdua. Sedangkan Skala sudah lebih dahulu menuju kamar.

Aurora melihat peralatan dapur yang terlihat bagus dan mewah, ingin sekali rasanya menyentuh peralatan itu. Namun, Skala masih melarangnya. Kalau di rumah, Aurora sering memasak, tapi bersama Skala, dia benar-benar dimanjakan. Aurora sempat berfikir kalau sebenarnya dia tidak seharusnya mendapatkan hal seperti ini.

Harusnya Skala memperlakukan dirinya dengan buruk, tapi, Aurora benar-benar tidak menyangka kalau Skala akan bersikap baik padanya. Katakan saja Aurora tidak waras, tapi dia benar-benar bersyukur karena telah dijadikan alat pelunas utang. Andai saja tidak seperti ini, dia pasti masih berada dibawah tekanan keluarganya.

Aurora melangkah menuju balkon ketika melihat Skala ada di sana.

"Sedang apa?" tanyanya.

Skala hanya diam, dia menerima gelas berisi susu yang disodorkan oleh Aurora, lalu meminumnya perlahan.

"Hari ini, siapa yang datang kemari?" tanya Skala tanpa menatap Aurora.

Aurora mematung. Entah kenapa jantungnya berdetak kencang. "Ibu...," jawabnya lirih. Dia menyeruput susu hangatnya untuk memenangkan diri.

Skala mengangguk paham, dia puas karena Aurora jujur padanya.

Melihat Skala hanya diam, Aurora mengerutkan keningnya. "Apa ada masalah?" tanyanya. Apa Skala tidak bertanya tentang tujuan ibunya datang kemari? Kenapa pria itu hanya dia setelah bertanya demikian?

"Tidak ada. Bukan kah harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu?" Sebelah alis Skala terangkat.

"M-maksudnya?" Aurora menundukkan kepalanya tak ingin menatap mata tajam Skala.

Skala mendengus geli. "Biasakan dirimu, Aurora. Aku bukan monster yang harus kamu takuti," ujarnya lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sambil terus menyesap susu hangat buatan sang istri.

"Maaf...," cicit Aurora.

"Jangan mengucapkan kata maaf jika kamu tidak bersalah."

Aurora mengangguk pelan. "Baiklah."

"Dan satu lagi—" Skala menggantung ucapannya membuat Aurora mendongak menatap sang suami.

"Jangan pernah merasa kasihan dengan orang yang telah membuatmu sakit, Aurora. Dunia ini dipenuhi tipu muslihat. Jangan percaya pada siapapun selain Tuhan dan dirimu sendiri." Skala menoleh ke arah Aurora. Mereka saling menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Termasuk aku."

bersambung...

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!