NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Enemy to Lovers
Popularitas:625.4k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Maksud hati merayakan bridal shower sebagai pelepasan masa lajang bersama teman-temannya menjelang hari pernikahan, Aruni justru terjebak dalam jurang petaka.

Cita-citanya untuk menjalani mahligai impian bersama pria mapan dan dewasa yang telah dipilihkan kedua orang tuanya musnah pasca melewati malam panjang bersama Rajendra, calon adik ipar sekaligus presiden mahasiswa yang tak lebih dari sampah di matanya.

.

.

"Kamu boleh meminta apapun, kecuali perceraian, Aruni." ~ Rajendra Baihaqi

Follow Ig : desh_puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 - First Hug

Pertanyaan Rajendra terkesan seolah menantang. Aruni yang merasa pria itu menyepelekan ucapannya jelas tak tinggal diam.

Sembari bersedekap da-da, Aruni dengan santai membocorkan hukuman yang akan dia berikan andai Rajendra mengingkari ucapannya. "Ouh tentu tidak, masa iya aku suruh kakak tidur di sofa."

"Lalu?" Rajendra menautkan alis, sungguh dia penasaran hukuman apa yang akan dia dapatkan dari sang istri nantinya.

"Ehm, di mana ya kira-kira ... WC dekat gudang cocok kali ya."

Wajah Rajendra mendadak cemberut, dia tidak lagi bisa mengendalikan keadaan tatkala mendengar tempat tidur yang Aruni pilihkan.

Jika saja sofa masih ada dia terima, bahkan bisa dikemas romantis sebenarnya. Namun, untuk toilet mana, Rajendra kehabisan kata-kata dan pada akhirnya memilih mengalah. "Ya sudah iya, nanti malam aku lanjutkan."

Tak ada keraguan, Aruni juga tidak lagi banyak bicara demi menekan Rajendra. Mengingat mata kuliah Pak Anas sudah berakhir, dia harus bergegas agar tidak terjadi kasus yang sama.

Walau dosen selanjutnya tidak sekejam Pak Anas, tapi tetap saja Aruni trauma dan enggan berakhir di perpustakaan lagi bersama Rajendra.

Tanpa mengatakan apa-apa juga, Aruni melangkah ke kelas dan sedikit berlari kecil. Nyaris terlambat, tapi untungnya masih selamat.

Segera Aruni mengambil posisi duduk di sebelah Aliyah yang sudah siap dengan segudang pertanyaan untuknya.

"Eh, kamu kenapa? Tumben banget sampai telat kayak tadi."

"Biasa, macet," jawab Aruni tetap memilih berbohong, padahal Aliyah adalah sahabat dekatnya.

Selain itu, Aliya juga sudah mengetahui tentang pernikahannya bersama Rajendra. Bukankah tidak perlu ditutup-tutupi segala?

"Macet, alasanmu basi banget ... kamu kira aku nggak paham bagaimana keadaan lalu lintas di jam segitu?"

"Ck, udah ah, jangan ditanya ... tadi Pak Anas gimana? Ada tugasnya nggak?" Aruni segera mengalihkan pembicaraan.

Bagi seorang mahasiswi yang ambisius seperti Aruni, tidak ada yang lebih penting dibanding tugas-tugas dari dosennya.

Sedikit pun dia tidak berkeinginan untuk membahas tentang apa yang terjadi padanya pagi tadi.

Sebaliknya, dia ingin melupakan dan juga memilih menutup mulut karena andai dia sampai bercerita, maka bisa dipastikan Aliyah heboh sendiri.

Belum lagi jika nanti sampai ke telinga Dea, bisa lebih heboh lagi dan bukan tidak mungkin mereka kian memuja Rajendra dan dianggap sebagai suami idaman.

"Tugas mulu yang dipikirin, sesekali kak Raj-"

"Aliyaa," desis Aruni panik setengah mati, matanya sampai membulat sempurna tatkala meminta Aliya untuk berhenti.

Sesekali, dia melirik ke kanan dan kiri demi memastikan ada yang tidak mendengar.

Dari reaksi teman-temannya yang tampak santai, agaknya tidak ada yang mendengar. Kebetulan suara Aliya ketika menyebut nama itu juga amat pelan, nyaris seperti bisikan.

"Ha-ha-ha baru nyebut nama langsung merah gitu mukanya ... malu ya?"

"Ck, bisa diam nggak? Atau kamu mau aku colok matanya? Hem?" Kekesalan mulai menguar dalam diri Aruni hingga berani mengancam Aliya.

Tentu saja ancamannya itu sama sekali tak mempan bahkan hanya berhasil membuat Aliya menggodanya lebih dalam.

"Serem banget, kok jadi anarkis sekarang? Apa karena didikan kang bakar ban?" tanya Aliya yang mengarah pada Rajendra, pemimpin dalam aksi dan kerap kali tampil paling depan dalam semacam itu, salah-satunya bakar ban.

"Ya Tuhan, Aliya!!"

Aruni menyerah, dia menghela napas panjang dan memilih angkat kaki segera. Sengaja mencari tempat duduk yang sekiranya lebih aman dari jangkauan Aliya hingga makhluk itu tidak mengusiknya.

Tak tanggung-tanggung, Aruni sengaja duduk paling belakang. Dan dia tidak peduli dengan tatapan tajam Aliya yang berlagak ngambek padanya.

Terlebih lagi, ketika Bintang, cowok yang menurut Aliya aneh dan berusaha mendekatinya itu duduk tepat di sebelahnya.

Seketika itu, Aruni dengan merasa merdeka dan balik mengejek Aliya sepuasnya.

"Rasain!!"

Dia tergelak, dan cukup lama dia menikmati pemandangan itu. Sampai akhirnya, tawa Aruni memudar seketika.

Terganti dengan wajah panik yang sama sekali tidak bisa dia tutup-tutupi. Bukan karena kehadiran dosen yang siap memulai mata kuliah selanjutnya, bukan pula karena ada rasa sakit yang tiba-tiba menyerang gadis itu.

Akan tetapi, dia panik begitu sadar bahwa ponselnya tidak berada di tas, tidak pula berada dalam genggamannya.

"Ya Tuhan? Jatuh ke mana? Masa iya tiba-tiba hilang?" Aruni gelagapan, tangannya bergerak cepat tatkala mencari keberadaan benda itu.

Hingga, gerakannya terhenti ketika memori Aruni merekam adegan tepat di mana dia meninggalkan ponselnya.

"Perpus," ucapnya gemetar, dan beberapa saat setelah itu Aruni bermaksud untuk keluar segera.

Sungguh bahaya, andai ponsel itu ditemukan seseorang yang tidak bertanggung jawab, maka rahasia dalam hidupnya bisa dipastikan terbongkar.

Semua foto dan rahasia tentang Rajendra tersimpan rapi di sana. "Gawat, aku harus cepat mencarinya ... bagaimana bisa aku mel-"

"Selamat pagi semua."

.

.

Sapaan pria berkacamata dan tubuh tinggi itu seketika menghentikan gerakan Aruni.

Baru juga hendak keluar, dosen yang sedari tadi ditunggu benar-benar datang dan Aruni tak punya pilihan selain kembali ke tempat duduknya.

Selama perjalanan berlangsung, Aruni sama sekali tidak tenang. Bayangan bahwa akan ada yang menemukan ponselnya dan menyebarkan kabar tentang pernikahannya bersama Rajendra begitu nyata di otak Aruni.

Dalam diam, mulutnya tak berhenti komat-kamit dan berharap bahwa tidak akan terjadi hal buruk setelah ini.

Dan, beberapa waktu berhasil dia lewati, Aruni bergegas keluar ketika jam mata kuliah yang kali ini tuntas.

Tanpa banyak bicara, dia bahkan mengabaikan Aliya yang menggerutu lantaran terjebak di posisi duduk di sisi bintang, Aruni mempercepat langkahnya.

Tujuan utamanya adalah kembali ke perpustakaan. Secara jelas Aruni masih ingat di mana dia meletakkan ponselnya, tepat di dekat dia duduk sembari membaca.

Begitu berhasil masuk, Aruni bergegas menuju tempat duduknya tadi dan betapa terkejutnya Aruni tatkala menyadari bahwa tempat itu sudah ramai oleh beberapa mahasiswa yang lain.

Mereka terlihat santai, layaknya pengunjung perpustakaan pada umumnya saja dan beberapa saat kemudian, Aruni memberanikan diri untuk mengusik ketenangan mereka.

"Sorry ganggu waktunya ... kira-kira lihat ada handphone yang ketinggalan di sekitar sini nggak ya?"

Yang ditanya tampak saling melihat, seolah bertanya satu sama lain sebelum kemudian kompak menjawab.

"Enggak, Kak."

"Sama, aku juga nggak lihat."

Para adik tingkah itu tampaknya memang tidak ada yang melihat ponsel tersebut.

Sadar bahwa usahanya tak membuahkan hasil, Aruni menghampiri penjaga perpustakaan dan ternyata sama, pria itu tidak melihatnya.

Alhasil, Aruni pergi dengan dengan tangan kosong karena hendak memeriksa CCTV, tapi tidak memungkinkan.

Terpaksa, mau tidak mau Aruni keluar dengan langkah berat. Pikirannya sama sekali tak tenang, dan di perjalanan ketika hendak meninggalkan perpustakaan, Rajendra justru berdiri tepat di hadapannya.

Aruni menatapnya tanpa minat, tapi begitu Rajendra merogoh sesuatu dari dalam sakunya, mata Aruni berbinar seketika.

"Kamu cari ini?"

"Hah?"

"Jangan ceroboh lain kali, untung saj-"

Brugh

"Makasih!! Makasih banget udah jagain handphone aku," ucap Aruni tanpa melepas pelukan tiba-tiba yang sampai membuat Rajendra berhenti bicara.

"I-iya, sama-sama," balas Rajendra tampak bingung, ingin dia membalas pelukan itu, tapi khawatir dipukul.

.

.

- To Be Continued -

1
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
lah emang bukan mimpi itu Run,tapi suamimu yg nyuri tiuman/Facepalm//Facepalm/
*💞 𝘍𝘭𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴 💞*
kasih pencerahan nya kak Des manggil Rajendra enak nya apa..banyak banget panggilan nya Rajen, Jendra, Raj atau apalah..😭
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
wwkkk yg dikira makhluk aneh nyium bibirmu itu suamimu, Run 🤣
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
berusaha bersikap kalem takut ketahuan mencuri ciuman padahal jantungmu dag dig dug tak karuan 🤭
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
sekarang pencuri hati lambat Laun mah jadi pencuri hatinya Aruni
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
wwkkk nyuri kecupan padahal istri sendiri 🤭
Yulia Widarti
sakit banget dngar kata² Rajendra
Yulia Widarti
anggap mimpi aja Runi 😍
Yulia Widarti
dan aku yakin, saat itu jga Aruni sudah jatuh cinta pada pandangan pertama sm km Rajendra.
Yulia Widarti
tdk cuma kamu yg beruntung Rajendra, Aruni juga bruntung mmiliki suami yg mencintainya bgitu dlam
Herman Lim
nah kan betul klo aruni yg jadi perang sengit antara ranjendra sama dewanga
Khayla Salwa
Luar biasa
atik cahya
next semangat
mika aja
rajendra sama kayak dady aga waktu muda, nyuri nyuri cium mamy zavia, ketahuan CCTV 😅
atik cahya
jin tomang runi😁😁😁
Malla
yah gx papa la ketahuan nyium Arumi..kan udah sah juga malahan lebih dr itu juga malah dpt pahala kan babang Rajendra😆😆
Rosna Marleni
ayo Rajedra semangat untuk lulus sebelum di DO,buat Aruni bangga dengan mu....
♒ Fuji Rachma
aah ini mah sindiran yg sangat halus sekali buat Aruni 🥺🥺 tapi kalian gemesin banget loh 🥰🥰
Ria Ningroem
kiss dlu dong sebelum turun../Chuckle/
FATIMAH INGGERIYANY BANGUN
😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😗😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!