Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga impian
Tak terasa pagi sudah menjelang, akan tetapi Dave tak pernah melepas pelukannya dari sang ayah. Anak itu memeluknya sangat erat seolah ia takut jika melepas pelukannya, ayah akan segera menghilang.
Jika Vin tau apa yang telah dilalui oleh putranya, maka Vin akan mengetahui bahwa ini pertama kalinya Dave bisa tidur dengan nyenyak tanpa rasa khawatir. Selama ini Dave selalu tidur larut malam dan selalu gelisah, anak itu selalu khawatir akan kesehatan sang ibu. Akan tetapi ayahnya sudah pulang sekarang, jadi ia merasa lebih tenang dan tidur tanpa ada rasa khawatir lagi.
Saat Vin akan bangun, Dave segera memeluknya lebih erat dan matanya sedikit terbuka.
Melihat anaknya yang memiliki mata mengantuk tapi memaksakan diri untuk bangun, Vin pun tersenyum. Ia mencium kening putranya lalu membujuk dengan pelan.
"Tidur lagi, ayah hanya mau membuat sarapan untuk kalian. Nanti kalau sarapannya sudah jadi, ayah akan kembali lagi." ucap Vin sambil membelai rambut putranya dan berharap anak itu akan tertidur kembali.
"Tidurlah..."
Akhirnya Dave pun tidur kembali, akan tetapi anak itu berbalik dan kini memeluk sang ibu. Melihat hal itu Vin pun tersenyum. Anaknya sangat suka dipeluk saat tidur, ia tak bisa membayangkan bagaimana Dave ketika dewasa nanti. Dapatkah dia tidur tanpa pelukan ibu dan ayahnya lagi di masa depan.
"Jangan memeluk ibu terlalu erat, ibu nanti kesulitan bernafas. Kamu jaga ibu dan Yumna sebentar ya, ayah akan membuatkan sarapan untuk kalian."
Setelah itu Vin pun turun dan segera menuju dapur. Sebagai seorang tentara dan yatim piatu, Vin terbiasa hidup mandiri. Apalagi soal memasak, walaupun masakannya tak seenak milik Dharma tapi skill memasak Vin tak boleh diremehkan. Ia bisa memasak berbagai macam jenis masakan rumah, bahkan di rumah dinas sebelumnya Vin lah yang paling sering memasak.
Jika diingat-ingat, Tamara tak pernah melakukan kegiatan bersih-bersih ataupun melakukan hal-hal seperti memasak semenjak menikah dengannya. Vin selalu memanjakan Tamara, wanita itu hanya akan fokus membesarkan putra semata wayang mereka. Bahkan untuk sekedar membayar token listrik dan menabung di bank pun dia tidak bisa.
Dulu Vin berharap Tamara hanya akan bergantung padanya, ia ingin Tamara tak bisa hidup jika tak berada di sampingnya. Mungkin karena ia tidak memiliki keluarga sejak ia dilahirkan, jadi ia tak bisa memiliki gambaran yang jelas terkait fungsi seorang suami ataupun istri. Jadi Vin berfikir cara menunjukkan cinta yang baik dan benar adalah dengan memanjakannya.
Sekarang Vin menyesal, harusnya ia mengajarkan Tamara untuk lebih mandiri. Setidaknya biarkan wanita itu melakukan sesuatu tanpa dirinya, sampai ia bisa kembali lagi. Kalau bukan karena keberuntungan, Tamara mungkin sudah meninggal sejak lama. Vin tak bisa membayangkan wanita yang begitu ia manjakan hidup seorang diri tanpa dirinya untuk waktu yang lama.
"Mungkin aku harus menghubungi pengacaraku terlebih dahulu. Setelah uangnya aman, perlahan aku akan mengajarkan Tamara dan Dave bagaimana cara membelanjakannya."
Vin tak perlu Tamara untuk belajar terlalu berat, cukup dengan membiarkan sang istri berbelanja dan dapat menggunakan uangnya dengan benar. Apalagi mengingat Tamara sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk sekedar membelanjakan uang dengan ATM ataupun mbanking. Apalagi hal yang lebih rumit seperti membayar kartu kredit dan qris. Istrinya benar-benar tak memiliki pengetahuan apapun soal teknologi. Dia hanya tau cara memesan makanan melalui delivery dan membeli barang dengan uang cash.
Setelah sarapannya selesai di buat. Ia pun kembali ke kamar untuk membangun istri dan putranya. Saat ia masuk, ia dapat melihat dengan jelas bahwa Dave masih memeluk ibunya dengan erat. Hal tersebut membuat Vin menghela nafas dengan pasrah.
"Ayo bangun sayang, sarapannya sudah jadi."
Vin mengangkat putranya dan biarkan anak itu mengumpulkan nyawanya yang terkumpul sepenuhnya. Lalu mencium kening sang istri dengan mesra sambil membangunkannya pelan.
"Ayo sarapan, aku sudah menyiapkan sarapan sehat untukmu."
Vin telah membuat sarapan khusus untuk sang istri, sarapan yang direkomendasikan oleh Adam untuk memperlancar ASI. Lagipula apapun yang dikonsumsi oleh Tamara juga akan berpengaruh bagi putri kecil mereka.
Melihat Dave yang sudah bangun sepenuhnya, Vin pun tersenyum. "Jangan lupa gosok gigi dan cuci muka."
Tak lama suara tangisan putrinya pun terdengar, mungkin karena suara Vin terlalu tinggi hingga berhasil membangunkan Yumna. Vin pun segera mendekat dan menggendong putrinya dengan telaten dan lembut.
Sambil menunggu Tamara dan Dave menggosok gigi dan mencuci wajah. Vin menyempatkan untuk mengganti popok putrinya. Ia juga sesekali menyanyikan lagu yang menenangkan untuk membuat bayi kecilnya tidur kembali.
Sedangkan disisi lain Tamara sedang memegang sikat gigi yang sudah lapisi pasta gigi. Ia terdiam untuk sejenak dan menatap dirinya sendiri melalui cermin. Di sana terdapat bayangan dirinya sendiri dengan versi yang lebih tua namun terlihat lebih kalem dan tenang. Sedangkan disebelahnya ada sang putra yang sedang menggosok gigi sambil menutup mata karena mengantuk.
Tamara merasa kagum untuk sejenak, ia tidak menyangka hidupnya akan berubah seperti ini. Ada anak yang menemaninya menggosok gigi dan ada suami yang membuatkannya sarapan.
Ini adalah kehidupan ideal yang belum pernah ia pikirkan sebelumnya, bahkan ia tidak pernah berani bermimpi untuk memiliki kehidupan sebahagia ini.
Saat Tamara keluar dari kamar mandi, ia melihat Vin begitu telaten menggendong sang anak. Dia bahkan menyanyi sambil mendekat ke jendela untuk mendapatkan sinar mentari pagi yang sehat.
"Aku sudah mencuci muka, jadi biarkan aku yang membawanya."
"Tidak usah, kamu sarapan saja terlebih dahulu. Nanti sarapannya dingin, setelah itu kamu mandi dan kita bisa bersantai di taman belakang. Kamu belum pernah kan kesana. Aku sudah menyiapkan taman bermain yang indah untuk anak-anak kita."
Tamara pun tersenyum bahagia. Sial, ia merasa iri pada pemilik tubuh ini. Dia menikmati kenyamanan dari perhatian seorang suami semacam Vin untuk waktu yang lama. Dia memiliki putra yang begitu baik dan putri yang begitu cantik.
Betapa beruntungnya wanita itu, hanya saja sangat disayangkan bahwa dia sudah pergi. Kini Tamara menepati tubuh ini, menikmati semua perhatian suaminya. Diperlakukan layaknya seorang ratu dan memiliki putra putri yang patuh. Jika Tamara ingin berharap dan berdoa, maka ia akan berdoa dan berharap supaya pemilik asli tubuh ini tak pernah kembali lagi.
Biarkan ia menikmati perhatian ini untuk selama-lamanya. Biarkan Tamara menikmati perhatian Vin hingga ajal menjemputnya dan biarkan ia menjadi ibu dari dua anak yang begitu cantik dan tampan. Katakanlah bahwa permintaan itu terlalu egois, tapi siapa yang tidak ingin menjalani kehidupan semacam ini seumur hidupnya. Tamara hanya ingin menjadi serakah dan ingin menjadikan mereka semua miliknya seutuhnya.
'kehidupan ini milikku, anak-anak dan suami mu adalah milikku. Aku akan menjaga mereka dengan sangat baik untukmu. Jadi Tamara, aku harap kamu tidak pernah kembali. Biarkan tubuh ini menjadi milikku seutuhnya dan biarkan aku menjalaninya hingga akhir'.