Ini Adalah Lanjutan Dari Novel Tujuh Pedang Pelindung Sebelumnya 🙏🏻
Di Harapkan Untuk Membaca Novel Sebelumnya Terlebih Dahulu Agar Tidak Bingung Dengan Ceritanya 👍🏻
Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Lama
Tiba tiba pintu keluar tertutup sendiri. Sano yang melihat itu pun bergegas naik kembali. Namun saat dia mendorong pintu tersebut, dia terkejut karena pintu tersebut tidak bisa di angkat.
"Gawat, kita di kunci." ucap Sano kepada Ziaz.
Ziaz pun tidak menjawab pertanyaan dari Sano itu. Pandangannya terus melihat ke depan yang membuat Sano kebingungan.
"Apa yang sedang kau lihat?" tanya Sano.
"Tadi, aku melihat sesuatu seperti tengkorak sedang berjalan di balik kegelapan itu." jawab Ziaz sambil menunjuk ke arah depan lorong tersebut.
Sano yang mendengar itu pun mulai merasa panik. "Hey, kau sedang tidak berbohong bukan?"
Dengan ragu, Ziaz pun menjawabnya. "Kurasa aku salah lihat... tapi itu tadi benar benar membuatku terdiam sejenak,"
Ziaz pun mulai berjalan ke arah depan. Sano yang melihat itu pun bergegas mengikuti Ziaz dari belakang karena dia mulai takut.
"Tapi jika itu benar, apa yang harus kita lakukan?" tanya Sano.
"Aku tidak tau, tapi tadi aku melihat tengkorak itu berjalan sambil memegang senjata." jawab Ziaz.
Sano yang mendengar itu pun semakin ketakutan. Namun tiba tiba Ziaz mulai bertanya kepada Sano tentang kapten bernama Sailor yang di sebutkan oleh remaja itu pada saat di basement rumah Kyube.
"Apa Sailor itu bisa mengendalikan benda mati?" tanya Ziaz.
Sano kebingungan. "Kenapa kau menanyakan hal itu?"
"Jika itu benar, maka tengkorak yang aku lihat tadi pasti di kendalikan olehnya." ucap Ziaz.
"Wey! Jangan bicara keras keras lah!" ujar Sano.
Mereka berdua terus berjalan di lorong tersebut. Namun mereka mulai kebingungan karena semakin dalam mereka berjalan, lorong tersebut semakin gelap yang membuat cahaya kristal di tangan mereka semakin redup.
"Oi, bagaimana ini? Aku hampir tidak bisa melihat wajahmu lagi." bisik Sano.
Tiba tiba mereka mendengar suara sebuah pedang yang sedang di seret. Ziaz yang mendengar itu pun bergegas mengeluarkan lebih banyak kristal cahayanya.
"Apa itu!" ucap Sano sambil memeluk erat Ziaz.
Ziaz pun mengarahkan kristal cahaya itu ke arah lorong di sebelah kanan mereka. Namun mereka sangat terkejut ketika melihat dua tengkorak yang sedang berjalan ke arah mereka sambil menyeret sebuah pedang di tangannya.
"Sepertinya aku tidak salah lihat tadi..." ujar Ziaz sambil menatap ke arah tengkorak tersebut.
Sano pun terus memperhatikan dua tengkorak tersebut yang sedang berjalan ke arah mereka berdua.
"Sial, mereka sangat mengerikan... untung saja mereka berjalan pincang," ucap Sano.
Tiba tiba dua tengkorak tersebut mulai diam yang membuat Ziaz dan Sano kebingungan. Ziaz dan Sano pun mulai menatap satu sama lain.
"Aku rasa mereka kehabisan baterai," kata Sano.
Namun siapa sangka, tiba tiba dua tengkorak itu berlari dengan sangat cepat ke arah mereka berdua. Ziaz yang melihat itu pun langsung memberikan sebagian kristal cahayanya dan kabur dari sana.
"Oi, Ziaz! Tunggu aku woi!" ucap Sano.
Melihat dua tengkorak itu semakin dekat dengannya, Sano pun bergegas kabur dari sana sambil mengejar Ziaz yang sudah duluan kabur ke lorong sebelah kiri.
"Ziaz! Kenapa kau malah kabur! Kenapa tidak lawan saja!" teriak Sano sambil berlari.
"Itu mustahil! Tengkorak itu akan bersatu kembali setelah kita serang! Apa kau tidak pernah menonton film!" balas Ziaz.
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi!" ujar Sano.
Mereka berdua pun terus berlari hingga kedua tengkorak tersebut berhenti mengejar mereka. Sano pun langsung memukul pundak Ziaz ketika Ziaz sedang berhenti karena kelelahan.
"Sialan, tadi itu benar benar membuatku ketakutan selain tendangan dari Sara." kata Sano.
"Ya, kau benar. Aku lebih baik melawan ksatria kegelapan dari pada melawan benda itu tadi," balas Ziaz sambil terengah-engah.
Sano pun mengarahkan kristal cahaya miliknya ke sebelah kiri. Namun mereka berdua langsung terkejut ketika melihat sebuah penjara yang di dalamnya terdapat tengkorak manusia.
"Apa itu..." ucap Sano yang mulai keringat dingin.
Ziaz pun berjalan mendekat ke arah jeruji penjara tersebut. "Kita di jebak sepertinya... tempat ini tidak terlihat seperti markas besar,"
"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Sano.
Ziaz menatap ke arah Sano. "Kita harus keluar dari sini, sekarang!" ujarnya.
Tiba tiba mereka berdua mendengar suara dari seseorang yang membuat mereka berdua mulai kebingungan.
"Selamat datang di club haloween, dua idiot." ucap orang tersebut.
Ziaz yang mendengar itu pun mulai berdiri dan mengecek sekelilingnya. Sedangkan Sano mulai mengeluarkan pedang miliknya untuk berjaga-jaga.
"Siapa disana?" tanya Ziaz.
"Wow, sepertinya kalian berdua sedang mencariku ya?" jawab orang tersebut.
Sano pun mulai kesal. "Perlihatkan dirimu sekarang, jika kau memang berani melawan kami."
Mendengar perkataan Sano itu, orang tersebut mulai tertawa terbahak-bahak yang membuat Ziaz dan Sano mulai saling menatap satu sama lain.
"Sano... Purple... aku sangat terkejut setelah mendengar kabar kalau kau bergabung di tim terhebat... padahal kau dulu seorang pecundang yang tidak bisa menyelamatkan nyawa sang Ratu," ujar orang tersebut.
Sano yang mendengar hal tersebut pun langsung mengetahui kalau yang sedang berbicara dengan mereka adalah Sailor sang kapten dari organisasi Velari.
"Sailor! Apa yang kau inginkan sekarang huh! Apa kau masih marah karena dihina olehnya!" teriak Sano.
Sailor pun hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan dari Sano itu. Ziaz yang mendengar perkataan Sano itu pun mulai mengetahui kalau yang berbicara dengan mereka adalah Sailor.
"Jadi itu yang bernama Sailor? Dari suaranya saja dia sudah kelihatan lemah," ucap Ziaz.
Sailor mulai tertawa lagi. "Hahaha! Kau sangat lucu, Ziaz... aku sudah tau banyak tentangmu, seorang anak dari keluarga Blue yang dulunya atlet anggar bukan?"
"Lantas kenapa? Apa kau ingin mengejekku?" tanya Ziaz.
"Tidak, aku hanya ingin mengetahui bagaimana rasanya mengontrol dirimu dengan penuh!" ujar Sailor.
Sano yang mendengar itu pun mulai panik karena dia tau seberapa bahaya jika Ziaz di kontrol penuh oleh Sailor, namun Ziaz hanya diam seperti tidak terjadi apa apa. Sano yang melihat itu pun mulai kebingungan.
"Ada apa? Apa kau tidak bisa mengontrolku?" tanya Ziaz dengan nada mengejek.
"Apa ini! Apa kau mempelajari teknik untuk menendang keluar seseorang dari pikiranmu? Sekarang aku benar benar tidak bisa meremehkanmu!" ujar Sailor dengan kesal.
Sano yang melihat itu pun mulai kebingungan. Dia menatap ke arah Ziaz yang terlihat mulai kesal. "Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Sano.
"Gareth, dia mengajariku teknik ini ketika kami menjalankan misi melawan penyihir yang merasuki pikiran." jawab Ziaz.
Tiba tiba lorong tersebut mulai di penuhi dengan asap berwarna putih dan lorong yang gelap seketika berubah menjadi terang. Ziaz pun melihat wujud asli dari seorang Sailor, yang sedang berdiri di ujung lorong yang ada di hadapannya itu.
"Sekarang aku tau kelemahanmu! Kau tidak akan pernah bisa untuk mengontrol ku" teriak Ziaz dengan kesal.
( END CHAPTER 23 )