Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

BAB 01 - Salah Kamar

"Widih, calon pengantin memang beda ya auranya ... makin keluar gitu."

"Thanks, Aliya, kamu sudah muji aku lebih dari tiga kali."

Gadis itu bersemu merah, telinganya serasa sudah panas lantaran mendengar pujian serupa. Auranya beda, makin menyala, cantik dan bahkan ada yang mengiranya melakukan sedikit operasi sejak rencana pernikahannya diumumkan.

Orang bilang, aura yang terpancar dari wajahnya disebabkan karena dirinya bahagia, dan itu benar adanya. Dijodohkan dengan seorang pria dewasa, mapan dan paham Agama sesuai dengan keinginannya adalah anugerah bagi seorang Aruni Giova Anderson.

Putri dari konglomerat ternama di ibu kota yang cukup terkenal dengan kekuasaannya sejak lama. Baru-baru ini, dia melangsungkan acara pertunangan dan mereka sama sekali tidak pacaran.

Tanpa pikir panjang, Aruni menerima perjodohan yang diatur Daddy-nya dengan seorang pria mapan sesuai kriterianya, Bagaskara Baihaqi.

Pria sempurna di mata Aruni, usia calon suaminya 31 tahun, dan menurut Aruni sangat pas meski ada beberapa yang bilang ketuaan.

Caranya memperlakukan Aruni selama beberapa bulan terakhir sangat baik, dan hal itulah yang membuat Aruni semakin yakin, bahkan terkesan tak sabar ingin segera sah menjadi istri dari pria itu.

Akan tetapi, sebelum menjalani acara pernikahan yang akan diadakan minggu depan, teman-temannya berinisiatif melaksanakan pesta pelepasan masa lajang.

Bahasa kerennya bridal shower, acara yang dilakukan oleh calon mempelai wanita bersama teman-teman atau sahabat dekatnya.

Sebagai tim hore di circle pertemanan Aruni nurut-nurut saja, ajakan Aliya dia terima tanpa protes sedikit saja.

"Oke ... ini fiks ya, jam delapan malam di Morison Hotels, kamar nomor 69." Aliya, ketua geng memberikan interupsi dan yang lain mengangguk patuh.

Tidak ada yang memberikan ide lain, karena semua biaya ditanggung Aliya, bisa dibilang dia yang punya hajat.

"Jam delapan?" tanya Aruni memastikan, khawatir salah dengar dan tidak ada yang salah.

"Iyap!! Khusus calon pengantinnya boleh lah telat-telat dikit ... tapi jangan terlalu ngaret juga," ucap Aliya dengan sedikit penegasan di sana.

"Eh, yang lain nggak boleh telat nih? Rumahku lumayan jauh soalnya." Dea, si centil yang berambut paling badai itu ikutan bicara.

Helaan napas Aliyah seolah sudah jadi jawaban, karena selama ini penyakit telat Dea sudah benar-benar tidak dapat disembuhkan. "Khusus buat Dea, datangnya jam tujuh aja biar nggak ada drama telat segala, okay?!!"

Penegasan Aliyah sontak membuat mereka yang di sana tergelak, terutama Anjani, mahasiswi dari fakultas ekonomi yang baru saja tergabung di circle mereka belum lama ini.

"Aku setuju, khusus Dea jadwalnya dimajuin ... doi suka ngaret soalnya."

Dea yang mendengar hanya mencebikkan bibir, tentu saja dia merasa semua ini menyebalkan. "Apasih, so asik banget si Anja."

"Yee, emang beneran asyik!! Tanya sama Runi, tuh."

Sadar bahwa dia akan menjadi pelemparan tanggung jawab, Aruni memilih mundur dan segera pamit undur diri.

Dia sudah berjanji pada Mommy-nya bahwa tidak akan begitu lama. Lagi pula yang dibahas sudah selesai dan Aruni sudah bisa menarik kesimpulannya.

Dibanding membuang-buang waktu yang tak berguna, akan lebih baik Aruni pulang cepat karena dia bertekad untuk lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga yang nanti mungkin tidak akan bisa dia kunjungi sesuka hatinya.

Maklum saja, Bagaskara adalah pria sibuk yang katanya akan membawa Aruni ke Sumatera Utara jika sudah menikah.

Kebetulan, Bagaskara sukses sebagai pengusaha di sana dan hanya pulang sesekali ke Jakarta untuk mendatangi kedua orang tuanya.

Menyaksikan hal itu, Aruni mulai berpikir bahwa nanti dia juga akan melakukan hal serupa.

Itulah mengapa, bagi Aruni, pertemuan bersama kedua orang tua sangatlah utama.

"Jalan, Pak," pinta Aruni begitu masuk ke mobil taksi yang baru saja dia hentikan beberapa waktu lalu.

Sengaja tidak pakai mobil sendiri, kebetulan lelah dan tengah ingin menikmati waktu bersantai sebelum nanti saya tenaganya akan terkuras di hari pengantin.

Sepanjang perjalanan, Aruni hanya menatap sekeliling tanpa melontarkan sepatah katapun pada supir taksi.

Padahal, biasanya dia cukup aktif dan banyak tanya, tapi hari ini berbeda dan lebih irit bicara.

Begitu melangkah masuk, Aruni menyentuh dada tatkala merasakan jantungnya berdenyut tanpa dia mengerti apa maknanya.

"Duh, kenapa perasaanku mendadak tidak enak ya?"

Untuk beberapa saat, Aruni mencoba terdiam demi bisa menenangkan dirinya. Masih berusaha berpikir positif, bahwa yang kini dia alami hanya gugup biasa.

"Ih, anak Mommy sudah pulang ... kok bentar, Sayang?" Suara itu, Zavia - Mommy-nya berusaha dan sukses menciptakan ketenangan di dalam diri Aruni.

Senyumnya terbit, dan kini perlahan mendekat. Tak lupa, Aruni mencium punggung tangan Mommy-nya. "Iya, cuma diskusi bentar kok, Mom."

"Diskusi? Diskusiin apa?"

"Ehm, Bridal Shower, Mom."

.

.

"Bridal Shower?" Kening Zavia berkerut tatkala Aruni menjelaskan tentang maksud dan tujuannya.

Tampak jelas bahwa wanita itu tak setuju dengan acara yang sebenarnya kurang penting baginya itu.

"Iya, Mom, aku nggak enak sama temen-temenku ... acaranya sudah diatur, masa mau dibatalin." Aruni memang tidak merengek ataupun memohon agar Zavia tidak melarangnya, tapi dari kata-kata yang dia lontarkan jelas sekali apa maknanya.

Sejenak berpikir, Zavia kemudian ngangguk pelan. "Iya sudah kalau begitu, tapi ...."

"Jangan khawatir, Mom, aku bisa jaga diri kok."

Begitu ucap Aruni, kata-kata yang juga mengandung makna sebuah janji dan jelas harus dia tepati.

Begitu malam menjelang, tanpa menunda-nunda Aruni bergegas mendatangi tempat yang sudah ditentukan.

Akses masuk sudah dia dapatkan dan karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Aruni bergegas melangkahkan kakinya.

Dia tampak terburu karena memang khawatir membuat Aliya murka. Maklum saja, mulut pedas Aliya tak ubahnya seperti petasan jika sudah bicara dan hal itulah yang membuat Aruni berusaha keras menghindari kemarahannya.

"Duh, kenapa waktunya cepet banget? Kamar 69 mana lagi? Dari tad- eh?" Omelan sekaligus langkah kaki Aruni terhenti tatkala mendapati pintu dengan nomor tertera, dan tampak sedikit terbuka.

Tanpa menaruh curiga, dan yakin seratus persen bahwa itu adalah kamar yang dituju, Aruni masuk saja.

Sementara itu, di sisi lain teman-temannya juga tengah bersiap-siap untuk menyambut kedatangannya.

"Eh, itu bukan sih?"

"Mana?" Dea mengintip tak sabar, dia yang tadi dikhawatirkan akan telat nyatanya datang paling awal.

"It- aduh bukan ternyata ...." Anjani tampak putus asa, dia mulai bosan menunggu karena yang ditunggu tidak datang juga.

Mereka bertiga saling menatap, sementara Dea sudah siap dengan balon pink di tangannya. "Duh, apa mungkin Aruni dilarang ya?"

"Enggak mungkin, aku sendiri yang minta izin lagi sama Tante Zavia kok," aku Aliya berusaha menenangkan keduanya.

Akan tetapi, Anjani dan Dea yang tak ubahnya bak ulat sagu mana bisa tenang. "Kalau memang iya, terus kenapa dia belum datang juga? Lihat, udah jam sembilan loh, Al ... sementara kita tahu, Aruni tu paling on-time di antara kita-kita."

Aliya tampak berpikir, kemudian berinisiatif menghubungi Zavia demi memastikan kembali, barang kali memang benar Aruni tidak diberikan izin.

Dea dan Anjani tampak sabar menunggu, tapi ekspresi wajah Aliya cukup menegangkan. Hingga, ketika sambungan telepon berakhir, keduanya tampak tak sabar akan kejelasan tentang Aruni.

"Gimana? Memang nggak diiziin?"

"No, lebih buruk dari itu."

"Apa?" tanya Dea mengerjap pelan, jelas saja dia bingung.

Aliyah menghela napas panjang, juga agak kasar. "Aruni bahkan sudah pergi dari satu jam lalu, dan seharusnya dia sudah ada di sini, bersama kita."

"Terus? Ke mana dia? Apa mungkin salah kamar, Al?"

"Salah kamar?!"

.

.

- To Be Continued -

Terpopuler

Comments

rania rayyana

rania rayyana

Woah Kak Desy bikin karya lagi di NT dan akupun akhirnya nongol lagi di NT. terakhir buka NT pas novel Anet tamat, bahkan bonchap Anet belum ku baca semua.
agak kagok buka NT lagi, tampilannya agak beda 🤣
Bismillah sukses ya Kak Desy novelnya, InsyaAllah ngikutin terus dan ga numpuk bab.

2025-04-14

18

🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀

🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀

69 sama 96 hampir sama, apa ada konspirasi sebelumnya ya,, bisa² baru satu bab udah menaruh curiga🤣🤣 kak Desh apa ada cerita sebelummya,,

2025-04-14

8

jumirah slavina

jumirah slavina

tuhkaannn benerrrr....
hhuuuuaaaaaaa....
senengnyaaaaa...
Suami Akoeh bakalan nongol d'marii...

Jumi : Zaviaaaa... Kangennnn....
Zavia : Mama Jumi., Via juga kangen..

Jumi & Zavia pun berpelukan seperti Teletubbies

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-04-14

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!