Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permulaan Masalah
Meisa adalah siswi dari kelas 10 IPS 1, dia pernah beberapa kali berurusan dengan Felyn karena dia berbicara hal yang aneh pada semua orang tentang Felyn dan kebiasaannya. Akhirnya dia kena skor selama seminggu sebelum libur panjang dan masuk di hari yang sama dengan siswa yang lainnya setelah liburan.
Meisa menatap Felyn dengan tatapan benci, "Ya, lo bener. Gue adalah Meisa. Anak kelas 10 ips 2 yang penah membongkar aib lo!"
Felyn langsung menahan emosinya, anak-anak di kelasnya semua memperhatikan mereka. Yang tadinya sibuk bergurau, bercanda, semuanya fokus kepada Felyn dan juga Meisa.
Ih, apaan sih, buat masalah lagi tu anak.
Gak bener ni anak, udah di skor juga, masih aja.
Itu si Meisa sama Felyn ngapain sih? Kalau kelahi ya diluar aja!
Sama-sama perusuh, buat malu aja!!
Felyn menghela nafas, mencoba menahan emosi. "Hei, lo datang-datang langsung bilang gitu sama gue? Lo mau apa lagi?"
Belum kelar urusan mereka, tiba-tiba seorang anak laki-laki berlari ke pintu. "We, we! Cepat duduk, pak guru datang! Keluar yang bukan anak kelas ini!" Teriak siswa itu dengan nafas terengah-engah.
We, cepat-cepat! Duduk lah bodoh!
Lo lah tu yang bodoh! Gue pintar kali.
We, udahlah bising aja!
Wajah Meisa marah besar, dia memukul meja Felyn dengan bunyi yang keras. "Ayo, cabut!" Lalu Meisa dan teman-temannya langsung pergi meninggalkan kelas itu dengan wajah yang masih menyimpan dendam.
Felyn menggelengkan kepalanya, "Kenapa coba, tu anak harus masuk lagi ke sekolah ini? Bisa-bisanya dia ngomong asal ngelantur gitu."
Tak lama, Nadin yang baru saja dari kantin masuk ke dalam kelas dengan sangat santai, sambil menyantap cemilannya. Ia bingung melihat wajah semua orang di kelasnya sangat dingin dan bisa duduk rapi di tempat duduk, ia juga menatap ke arah Felyn yang sudah kembali membaca novelnya.
Ia kebingungan. "Wah, ada yang aneh dengan kelas ini. Apa aku salah masuk kelas? Tidakkan? Itu ada kursiku, dan ada Felyn." Sambil berjalan ia memperhatikan sekitarnya.
"Fel, pada kenapa?"
"Biasa, guru entar lagi datang jadi gitu deh," jawab Felyn sambil fokus membaca novel.
Nadin mengangguk mengerti, "Owhhh, gitu. Pantesan, kelas ini kan emang biasanya bising banget, eh tiba-tiba hening."
Tak lama, datang seorang guru laki-laki yang sudah berumur tua duduk di meja guru. "Selamat pagi semuanya!"
Pagi juga Pak!
"Udah pada semangat belajar lagi kan? Udah libur lama."
Belum Pak, belum puas liburnya.
Bentar kali liburnya, cuman dua minggu.
Malah di rumah disuruh-suruh terus lagi sama emak.
Ah, gak seru dong.
Suasana kelas kembali ribut karena membahas tentang hari libur mereka yang sebagian besar tidak menyenangkan.
Pak guru menepuk meja beberapa kali, "Hei, sudah-sudah! Kenapa kalian jadi ribut sendiri gitu? Tadi kan Bapak hanya bertanya."
Bapak guru itu melirik ke arah Felyn yang masih sibuk membaca novelnya, "Felyn? Kamu masih saja suka membaca novel ditengah pelajaran?" tanya bapak guru itu dengan wajah kesal.
Felyn mendengar teguran guru itu, ia pun segera meletakkan novelnya di laci meja. "Tidak kok Pak, saya hanya bosan sebentar saja tadi."
"Ya sudah, kita sekarang sudah di semester dua. Hari ini terpaksa kita harus belajar seperti biasa, karena mengejar target," jelas Bapak guru itu sambil menulis di papan tulis.
Tulisan yang ditulis di papan tulis adalah pelajaran bahasa indonesia kelas 11 semester dua. "Karya anak Indonesia adalah yang terbaik."
"Kalian Bapak tugaskan untuk membuat sebuah cerita pendek yang menunjukkan jati diri kalian sendiri."
Singkatnya, Berjam-jam berlalu dan akhirnya sekarang jam menunjukkan pukul 15:30 WIB. Kriiing!!! Kriiing!!! Kriiing!!! Bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Lorong-lorong kelas sudah mulai berisik karena anak dari kelas lain yang lewat dan ingin menunggu teman-teman mereka untuk pulang bersama. Di kelas Felyn masih sibuk mencatat materi yang ada di papan tulis, sekarang mereka sedang belajar matematika.
Bu guru merapikan peralatannya, "Oke semuanya, kita bubar ya! Selamat sore!"
Sore juga Buuu..
Bu guru langsung keluar dari kelas, mereka pun bergegas merapikan semua barang-barang mereka untuk segera pulang. Suasana kelas kembali ribut, Felyn berjalan menuju keluar kelas sambil memegangi novel kesukaannya itu ditangannya.
Nadin menegurnya dari belakang, "Felyn, kamu langsung balik ke rumah? Bareng sama aku yuk!" ajaknya dengan wajah senang.
Felyn menggeleng, "Gak bisa, Nad. Aku mau ke Gramelove bentar, mau liat buku seri yang barunya." Felyn menunjukkan sampul depan novelnya itu.
"Owh, gitu ya. Emm, yaudah deh, gak apa-apa." Nadin terlihat kecewa.
Felyn memperhatikan wajah sahabatnya itu, "Nad, balik sendiri aja ya. Maaf, ya!"
Nadin mengangguk sambil menundukkan kepalanya, "Yaudah, aku duluan ya!" Felyn langsung pergi meninggalkan Nadin di depan kelas.
Sesampainya di Gramelove yang dekat dengan sekolahnya, Felyn tak ragu untuk segera masuk ke dalam dan langsung mencari buku yang ingin ia beli itu. Suasana di dalam toko buku itu memang ramai, tapi tidak berisik seperti keadaan di dalam kelasnya.
"Memang lebih baik aku bersekolah di dalam perpustakaan saja," gumam Felyn sambil menelusuri rak-rak buku yang ia lewati.
Beberapa kali berkeliling untuk mencari, akhirnya dia menemukan buku yang menjadi tujuannya datang ke Gramelove setelah libur. Wajahnya langsung berubah menjadi sangat bahagia saat melihat buku tersebut terpajang di antara novel-novel best seller Indonesia. "Akhirnya, ni novel bisa dipajang cantik gini. Kan enak liatnya."
Felyn mendekati rak tersebut, matanya tampak bersinar-sinar karena terlalu sulit menyembunyikan kesenangannya. Tak ingin berlama-lama ia pun langsung mengambil satu buku itu dan menatap cover depannya dengan sangat terkesan.
"Wah, seri yang kedua memang bagus juga. Covernya juga menarik banget." Ia meraba semua bagian buku itu dengan kedua tangannya.
Brakk! Felyn terkejut karena mendengar ada sesuatu yang terjatuh sangat kencang. Saat ia melihat ke samping kiri, ternyata ada seorang wanita dan pria yang membereskan buku-buku yang terjatuh di lantai.
"Aku kira kenapa, rupanya cuma buku jatuh."
Pria itu membantu meletakkan kembali buku yang terjatuh ke dalam raknya, di wajahnya sangat terlihat menyesal.
"Sekali lagi saya minta maaf, kalau bukan karena saya gak akan kayak gini," ucap maaf pria itu.
Felyn memperhatikan kedua orang itu dengan sangat serius, ia hanya bisa melihat punggung pria itu, karena dari arah berlawanan. Wajahnya sangat penasaran, tetapi Felyn merasa hal itu tak begitu penting baginya, ia pun fokus melihat buku-buku lain.
"Iya, gak apa-apa kok, Mas. Saya bisa beresin sendiri, lagian saya juga gak liat-liat tadi," balas wanita itu dengan wajah malu-malu sambil menundukkan kepalanya.
Setelah itu, wanita itu pun langsung pergi meninggalkan pria yang membantunya merapikan buku-buku itu. "Ah, kurang seru. Masa cuma gitu aja sih, kenapa gak ada cinlok-cinloknya gitu??" batin Felyn merasa kesal sendiri.
Pria itu membalikkan badan dan langsung melirik ke arah Felyn yang sedang sibuk melihat beberapa buku. Pria itu agak lama menatapnya, jadi Felyn menyadarinya.
Felyn langsung menatap sinis pria yang berdiri di sampingnya itu, "Ada apa ya? Anda melihat saya seperti itu?" tanya ketus Felyn.
Pria itu langsung tersenyum padanya, "Tidak kok, saya hanya melihat buku yang kamu pegang." Ia melirik novel L&M 2 yang mau dibeli oleh Felyn.
Felyn menyadari kalau arah pandangan pria itu mengarah pada bukunya, "Ambil sendiri dong, Anda kan tinggi! Masih banyak tuh di rak atas, saya permisi!" Felyn langsung memeluk erat bukunya itu dan bergegas ke kasir untuk membayarnya.
Pria itu kebingungan, "Kenapa dengan gadis itu? Padahal aku hanya ingin bilang kalau novel itu sangat menarik." Dia mengambil buku yang sama seperti Felyn di rak paling atas dan langsung ke kasir.
Saat Felyn sudah selesai membayar, pria itu sedang mengantri giliran untuk membayar, Felyn tak sengaja melihatnya. Ia mengejek pria itu dan langsung pergi meninggalkan Gramelove dengan langkah cepat.
"Aih, semoga aja gak akan ketemu sama tu cowok aneh lagi!" gumam Felyn sambil berjalan menuju ke rumahnya.
Tampak di wajahnya kesal, sampai-sampai ada sebuah botol mineral di depannya, langsung ia jadikan bola yang ditendang sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya.
Felyn....Felyn, kesal boleh, tapi...kalau ketemu sampah ya langsung harus dibuang ke tempat sampah dong ><
BERSAMBUNG...