Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepak Bola
Pukul 12 siang Sonny pulang setelah mengerjakan pekerjaan kantornya, sedikit terlambat karena ada hal penting yang harus dibicarakan dengan beberapa petinggi perusahaan.
Sonny keluar dari mobil yang sudah ia parkiran di depan rumah, tak lupa Sonny terlebih dahulu berjalan menuju rumah Arin untuk menjemput Meimei.
Ketika Sonny membuka pintu pagar rumah Arin ia melihat Noval yang bermain bola sendirian didepan teras.
Tak ada Meimei ataupun Arin yang menemani, kemana dua perempuan itu?
Sonny pun mendekat ke arah Noval yang belum menyadari kedatangannya.
"Noval sedang apa?" Seru Sonny.
Bocah kecil tersebut menoleh ke sumber suara dan mendapati Ayah dari Meimei yang berdiri di belakangnya.
"Om Sonny? Om udah pulang? Noval lagi main bola" Kata Noval bertanya sekaligus menjawab.
"Iya, Om mau jemput Meimei. Tapi kemana Meimei? Kamu juga kenapa main sendiri disini?" Tanya Sonny.
"Meimei lagi tidur siang Om sama bunda" Ujar Noval memberitahu.
"Ohh.... Begitu. Terus kenapa Noval gak ikut tidur siang?"
Noval menggelengkan kepalanya, "Belum ngantuk, jadi Noval main bola aja sendiri" Bocah itu nampak asik menendang-nendang bola, berlatih sebisa mungkin meski permainannya tidak sebagus anak-anak di komplek sini.
Sonny pun mengangguk-anggukkan kepalanya paham, ia tak langsung pergi dari sana melainkan Sonny berniat menemani Noval.
"Noval emang suka main bola?" Tanya Sonny.
"Suka Om, tapi Noval belum jago kayak teman-teman Noval" Ungkap Noval.
"Noval mau tau gak trik yang biasanya dipake sama pemain-pemain profesional?"
"Mau Om! Tapi emang Om bisa?" Ujar Noval.
"Bisa dong, sini Om pinjem bolanya"
Noval pun memberikan bola sepak itu pada Sonny, Sonny mulai mempraktikkan beberapa gaya bak pesepak bola internasional.
Noval terkagum-kagum melihat permainan Sonny, Sonny begitu hebat dalam seluruh gaya permainan. Bahkan Sonny bisa memperagakan permainan yang biasa dilakukan oleh pemain favoritnya.
"Wahhh Om keren banget!! Noval pingin juga diajarin gaya tadi" Kata Noval yang sangat tertarik akan permainan sepak bola itu.
"Boleh, tapi kita jangan main disini. Gimana kalau kita main di halaman belakang rumah Om? Disana luas biar kita bisa leluasa lari-lari" Tawar Sonny.
"Ayo om, Noval udah gak sabar nih" Tuturnya bersemangat.
Sonny tertawa melihat antusiasme anak tersebut, ia lantas mengajak Noval ke rumahnya untuk bermain di halaman belakang.
***
Arin terbangun lebih dulu dari Meimei, Arin menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku. Dilihatnya Meimei yang masih tidur dengan nyenyak. Padahal Arin tak berniat tidur siang, tapi ia malah ikut ketiduran saat meniduri gadis disebelah nya.
Sorot mata Arin melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang, matanya sedikit terbelalak ketika mengetahui jika sudah dua jam ia tertidur.
Arin pun bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Setelah itu Arin keluar dari kamar menuju lantai bawah.
Arin melangkah ke arah ruang keluarga, tetapi tidak ada Noval disana. Biasanya bocah itu selalu bermain PlayStation ketika Meimei sedang tidur.
Tapi kemana dia sekarang?
Arin menelusuri seluruh penjuru rumah, dari mulai kamar Noval hingga ke teras sekalipun namun Noval tetap tidak ada dimana-mana.
"Noval......!"
"Noval kamu dimana nak...????" Arin berteriak mencari keberadaan sang putra yang menghilang.
Arin mencari hingga keluar rumah, tatapannya tak sengaja tertuju pada sandal Noval yang tergelak di depan rumah Sonny.
Apa anak itu ada di rumah Sonny? Mobil Sonny pun sudah tiba itu artinya Sonny sudah pulang dari kantor. Tapi kenapa Noval masuk ke dalam rumah Sonny?
Arin tak bisa menebak apa yang sedang dilakukan Noval didalam sana, ia lantas menghampiri rumah tetangganya lalu menekan bel rumah pria tersebut.
Ting Tong! Ting Tong!
"Permisiiiii......!"
Tok! Tok! Tok!
"Mas Sonny....!"
Arin terus memanggil-manggil si pemilik rumah, tapi rupanya Sonny tak mendengar ada yang memanggil dirinya.
Namun Arin samar-samar mendengar suara orang-orang yang sedang tertawa begitu heboh di dalam sana, sepintas ia juga mendengar suara Noval.
Arin jadi penasaran apa yang tengah dilakukan dua orang lelaki tersebut.
Arin mencoba menekan handel pintu, rupanya pintu rumah Sonny tidak terkunci, tetapi Arin masih ragu untuk masuk. Tak sopan bila masuk begitu saja tanpa mendapat izin dari pemiliknya.
Tetapi Arin harus memastikan apakah Noval benar-benar ada disana atau tidak, karena sudah dua jam ia meninggalkan Noval selama tidur siang.
Tok! Tok! Tok!
"Mas Sonny...? Mas, saya izin masuk ke dalam ya. Mas?"
Arin masih belum mendapat jawaban, tetapi naluri nya menyuruh arin untuk melihat keadaan didalam sana.
Kaki jenjang Arin melangkah maju memasuki bangunan tersebut, suara-suara tawa itu semakin terdengar jelas di telinga Arin.
Sampai Arin melihat dua orang lelaki yang sedang bermain permainan sepak bola di halaman belakang.
Arin terpaku menatap pemandangan didepannya, Arin melihat Noval dan Sonny yang tengah bermain sambil berlari kejar-kejaran.
Interaksi keduanya menghanyutkan hati wanita dua puluh delapan tahun itu, hati Arin ikut terenyuh melihat kedekatan antara Sonny dan putranya.
Tawa lepas yang belum pernah Arin lihat lagi dari raut wajah putra semata wayang nya selama beberapa bulan ini, kini Arin bisa melihat kembali bagaimana kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh laki-laki berusia delapan tahun tersebut.
Arin mengulas senyum tulus ketika memandang hal demikian, ia pun mendekati kedua orang yang masih belum menyadari akan kedatangan dirinya.
Arin mengetuk pintu belakang dengan sengaja, membuat Noval dan Sonny akhirnya menoleh pada Arin yang berdiri di ambang pintu.
"Bunda...??"
Arin tersenyum pada putra tercintanya, Noval segera berlari menghampiri sang Ibu kemudian memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya.
"Ternyata kamu disini, bunda cari kemana-mana tapi Noval gak ada, syukurlah jika kamu tidak kenapa-napa"
"Maaf bunda, Noval gak pamit dulu. Habisnya Noval gak sabar pingin diajarin sepak bola sama Om Sonny"
Arin mengelus rambut tebal Noval, "Iya sayang enggak apa-apa kok"
Sonny menghampiri Arin dan Noval, menyapa perempuan yang baru saja datang.
"Meimei masih tidur Rin?" Tanya Sonny.
"Iya mas, Meimei masih di rumah saya. Maaf saya masuk ke sini tanpa izin, saya sudah menekan bel dan mengetuk pintu tapi tidak ada yang membukanya. Saya ingin memastikan apakah Noval ada disini atau tidak" Jelas Arin panjang lebar.
"Tidak masalah, maaf juga sudah membuatmu khawatir" Balas Sonny.
"Bunda lain kali Noval mau main lagi sama Om Sonny, boleh kan bun?" Pinta Noval penuh harap.
"Boleh aja kalau tidak merepotkan Om Sonny"
"Om Sonny udah bilang boleh kok bun, iya kan Om?"
Sonny mengangguk membenarkan pertanyaan bocah kecil ini.
"Boleh dong, nanti kita main lagi ya. Pokoknya Om bakal ajarin Noval sampai bisa. Oke?"
"Oke, Om!"
"Ya udah, sekarang kita pulang ya. Kasian Om Sonny mau istirahat, sebentar lagi juga mau sore" Kata Arin pada Noval.
"Iya bunda. Om, Noval sama bunda pulang dulu ya, makasih Om udah ajarin Noval hari ini"
"Sama-sama, nak" Imbuh Sonny sembari mengelus ujung kepala Noval.
Sonny mengantarkan mereka berdua sampai ke depan rumah, namun sebelum pergi Arin berbalik seperti hendak mengatakan sesuatu.
"Terimakasih, mas. Apa yang mas beri pada Noval hari ini sangat berarti bagi saya" Ujar Arin berkata.
Sonny terdiam mencerna maksud perkataan Arin.
"Maksudnya?"
Namun Arin menggeleng sambil terus menyunggingkan senyum, "Tidak ada, sekali lagi terimakasih mas Sonny"
Setelah itu Arin berlalu meninggalkan Sonny yang masih mematung di tempat.