NovelToon NovelToon
Anhe : Teratai Air Yang Damai

Anhe : Teratai Air Yang Damai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu tidak di undang

~Teman masa kecil Nyonya tua Chao pergi setelah makan malam.~

Di halaman belakang kediaman, sekat tidak terlalu tinggi menjadi pembatas kediaman satu dengan kediaman lainnya. Li Anhe berlatih pedangnya agar dapat mensetabilkan serangannya. Dia berlatih hingga lewat tengah malam membiarkan angin musim hujan menyegarkan pikirannya.

Ssrett...

Pedang di kembalikan ke dalam sarungnya. Dari arah sekat pembatas terdengar suara samar. Gadis itu mulai waspada takut ada serangan tiba-tiba untuk ke sekian kalinya. Dia bersembunyi di balik celah kediaman mencoba memantau. Pedang di teriak perlahan,

Seorang pemuda berusaha menggapai atas sekat yang terbuat dari bambu dengan susah payah. "Hari ini aku harus melihatnya lagi," dia berusaha menaikkan salah satu kakinya terlebih dulu. Baru mencoba untuk menarik seluruh tubuhnya agar dapat segera berada di atas sekat. "Huh," pemuda itu melihat ke sekeliling. Kediaman sangat sunyi bahkan pintu belakang terkunci cukup kuat.

Li Anhe menatap dingin kearah pemuda yang hampir melompat masuk ke halaman belakang. Dia mengambil batu kecil dari tanah dengan hentakkan satu kakinya.

Cettakk...

Batu di lempar cepat ke arah lengan pemuda itu.

"Aaaa..."

Bukk...

Pemuda itu langsung kehilangan keseimbangannya dan terjatuh di tanah berlumpur.

"Aduh, sial. Tinggal sedikit lagi."

Pakkk

Meninju kearah genangan air di sampingnya.

Pemuda itu mencium bau yang sangat ia kenal. Saat dia mulai mengendus tubuhnya sendiri, "Kotoran sapi, uakkakk..." lumpur bercampur kotoran sapi memenuhi tubuhnya. "Auuaakk..." dia memuntahkan semua makanan malamnya. Dia bangkit berusaha menutup hidungnya berlari kembali ke rumahnya yang berjarak sepuluh rumah dari kediaman Chao.

Li Anhe keluar dari kegelapan berjalan santai. "Menganggu pemandangan," dia melompat dari jendela yang ada di samping pintu belakang.

Pelayan Bi er mendekat membawakan handuk kecil. "Nona muda, saya sudah menyiapkan air hangat untuk mandi."

"Iya. Nenek tidak bangun kan?" gadis itu mengambil handuk di tangan pelayan pribadinya.

"Tidak. Nyonya besar masih tertidur lelap. Nona muda pasti lapar setelah berlatih. Saya membuatkan mie pangsit kesukaan Nona muda. Saya akan mengambilkannya di dapur," pelayan Bi er berjalan masuk ke dalam dapur yang hanya di batasi sekat papan kayu saja.

"Baik. Aku akan mandi dulu. Kamu bisa meletakkannya di meja kamar ku," Li Anhe masuk ke dalam kamar mandi. Dia melepaskan semua pakaiannya perlahan masuk ke dalam bak mandi. Kepulan asap panas masih terasa bahkan kehangatan membuat nyaman dirinya. Dia menenggelamkan tubuhnya masuk ke dalam air. Menahan nafas untuk beberapa saat sebelum naik kembali ke atas air. Dia menyandarkan tubuhnya ke arah pembatas bak mandi.

Dari luar kamar mandi langkah kaki terdengar. "Nona muda, baju ganti sudah saya siapkan. Mie juga telah saya letakkan di meja kamar."

"Sebentar lagi aku akan keluar. Bi er kamu bisa istirahat lebih dulu. Jangan menunggu ku," saut Li Anhe dari dalam kamar mandi.

"Baik. Nona muda juga harus segera beristirahat," ujar pelayan Bi er berjalan pergi menuju kamarnya dan pelayan wanita lainnya.

Setengah jam setelah berendam air hangat. Li Anhe bangkit dari dalam bak mandi. Perlahan menyeka semua air yang masih berjatuhan di tubuh halusnya. Dia mengenakan baju dalamnya sebelum keluar dari kamar. Dia berjalan menuju ke arah kamar lalu berganti baju yang telah di siapkan. Setelahnya Li Anhe menghabiskan mie yang masih hangat di meja.

Dia berolahraga ringan selama sepuluh menit agar mie biasa tercerna dengan baik. Dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang tidak selembut tempat tidur berlapis sutra di kediaman sebelumnya. Kedua pandangan matanya tertuju pada sarang laba-laba di atas langit-langit kamar. Laba-laba itu menarik benang sutra dari belakang tubuh menuju ujung yang di inginkan. Untuk beberapa saat laba-laba itu menunggu memastikan benang telah sempurna. Baru menarik benang kedua dan begitu seterusnya hingga sarang terbentuk sempurna.

"Hewan kecil itu juga harus bekerja keras agar dapat tempat berlindung," perlahan gadis itu memejamkan kedua matanya. Laba-laba itu tanpa hentinya membuat sarang baru jika sarang hancur entah karena angin, hewan lain, atau ulah manusia.

Di saat kedua matanya terbuka kembali Li Anhe melihat kearah celah tembok papan kayu. Cahaya matahari pagi sudah terlihat menerobos masuk ke dalam kamar. Lilin di meja juga sudah di matikan. Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya. "Aaee..." merenggangkan tubuhnya.

Pelayan Bi er datang membawa sebaskom air hangat untuk mencuci muka. "Nona muda," meletakkan baskom di meja. "Sarapan akan segera tersedia. Anda bisa berbenah terlebih dulu."

Li Anhe mengangguk mengerti. Dia mengambil baju ganti yang sudah di siapkan pelayan Bi er di kursi kamarnya. Gaun berwana daun maple terlihat sangat indah dan anggun. Tusuk konde perak berbentuk bunga teratai menggantung di atas kepalanya. Gadis itu keluar dari kamarnya setelah selesai berbenah. Di ruangan makan neneknya sudah duduk santai menunggu cucunya datang. "Nenek," memberikan salamnya.

"Cepat duduk. Kita sarapan bersama," Nyonya tua Chao bangkit perlahan menarik tangan cucunya agar segera duduk di dekatnya.

Hanya menunggu lima menit saja semua makanan sudah tersedia di meja. Para pelayan juga mulai pergi ke meja lain untuk sarapan. Di luar para penjaga juga ikut sarapan. Pagi itu suasana terasa sangat tenang dan kehangatan keluarga menjadi melekat kuat.

Traarengg...

Ddengg...

Ttriitt...

Suara tabuhan gendang, tiupan terompet terdengar menggema di depan kediaman. Semua orang yang ada di kediaman terlihat binggung.

"Mungkin saja ada pihak laki-laki yang ingin melamar seorang wanita. Kita lanjutkan saja sarapan. Tidak perlu memperdulikannya," ujar Nyonya tua Chao santai. Namun suara keributan justru terdengar semakin mendekati kediaman Chao.

Seorang penjaga berjalan masuk ke dalam ruangan. "Nyonya ada rombongan yang datang."

Nyonya tua Chao bangkit di bantu Li Anhe. Wanita tua itu melangkah perlahan keluar dari ruangan makan menuju halaman depan. Tatapannya sangat dingin juga tidak terlihat bersahabat.

Di depan pintu kediaman Chao pemuda mengenakan baju biru laut berdiri menatap penuh keyakinan. Rombongan orang-orang yang mengikutinya untuk melamar juga telah siap berada di belakangnya. Kedua orangtuanya juga terlihat berjalan mendekat kearah Nyonya tua Chao.

"Nyonya Chao, putra ku Han Guang ingin meminang cucu anda yang cantik dan berbudi luhur ini. Saya telah menyiapkan banyak mahar untuk di berikan," Nyonya Han memberikan lembaran kertas berisi nama setiap mahar yang telah di siapkan. Ada empat peti besar telah menunggu di perlihatkan.

Nyonya tua Chao menatap dingin tidak menganggapi. Sehingga membuat wanita di depannya merasa canggungan. "Nyonya putra kami sangat menyukai cucu anda. Keluarga kami juga bukan keluarga biasa. Kami memiliki empat toko perhiasan di jalur utama kota Hengji. Tidak akan pernah membuat cucu anda menderita," Nyonya Han melirik kearah calon menantu wanitanya. Dia sangat puas melihat kecantikan dan keanggunan dari gadis muda di depannya.

1
Cha Sumuk
belum bls dendam ke BP nya kok mlh dah pergi ga menarik ah cerita nya
Sri wulandari: Cerita tidak sepenuhnya jalan dalam satu tempat yang sama.
Sri wulandari: Saya membuat cerita bukan menyesuaikan keinginan pembaca. Tapi untuk menyalurkan hobi. Jadi suka atau tidaknya anda dengan cerita ini itu tidak ada kaitannya dengan saya.
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Rafly Aiman Syah
ku menunggu
Rafly Aiman Syah
author ku menunggu lanjutan cerita ini ya.
semangat dan sehat selalu
Sri wulandari: Sudah saya up kk. Masih dalam peninjauan. Sabar ya😊❤️
total 1 replies
Rafly Aiman Syah
cerita yg menarik dan alur yg tidak bertele-tele
Rafly Aiman Syah
thor terimakasih untuk cerita yg menarik.
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
Rafly Aiman Syah: sama² thor
Sri wulandari: Terima kasih atas dukungannya kk.😊❤️
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
lanjut Thor
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
terima kasih Thor
lanjut
Sri wulandari: siap.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!