Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Permintaan Marsya
Keesokan harinya....
Marsya sudah bangun pagi-pagi sekali karena memang dia sudah terbiasa bangun pagi-pagi. Marsya membereskan semua pakaiannya karena dia yakin jika hari ini King akan membiarkan dirinya pulang. Tessa mulai menggerakkan tubuhnya dan melihat Marsya yang sedang beres-beres.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Tessa.
Marsya kaget dan langsung menoleh ke arah Tessa. "Nyonya sudah bangun? itu aku sedang beres-beres, Nyonya," sahut Marsya.
"Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Tessa kembali.
"Sepertinya aku mau pulang, Nyonya. Sekarang Nyonya sudah sehat dan sudah tidak membutuhkan aku lagi jadi sepertinya Tuan King akan membiarkan aku pulang," sahut Marsya.
"Terus, bagaimana dengan anak-anak? aku yakin jika mereka tidak akan membiarkan kamu pergi begitu saja. Lebih baik kamu tinggal saja di sini, menjadi dokter pribadi untuk kami nanti aku akan bilang sama King untuk menggaji kamu sepuluh kali lipat," ucap Tessa.
"Tidak bisa, Nyonya. Banyak orang yang membutuhkan aku dan aku juga tidak akan enak jika harus tinggal di sini terus," sahut Marsya.
Tidak lama kemudian, pintu kamar Tessa ada yang mengetuk. "Masuk!" seru Tessa.
"Pagi sayang! kamu baik-baik saja 'kan? apa ada yang sakit," ucap King dengan mencium bibir Tessa membuat Marsya memalingkan wajahnya.
"Aku baik-baik saja kok, sayang. Jangan seperti ini, gak enak dilihat sama Dr.Marsya," bising Tessa.
King menoleh ke arah Marsya, tatapannya fokus ke koper yang sudah rapi. "Kamu mau ke mana?" tanya King dingin.
"Nyonya Tessa sudah sembuh, jadi aku mau izin untuk pulang," sahut Marsya.
"Siapa yang menyuruh kamu pulang? tugas kamu belum selesai," ucap King.
Marsya membelalakkan matanya. "Tuan, tugas aku sudah selesai dan Tuan tidak berhak menahan aku untuk keluar dari rumah anda," kesal Marsya.
Tessa sampai melotot melihat keberanian Marsya, selama ini tidak ada yang berani berkata seberani itu kepada King. Bahkan, para pengawal King yang tinggi besar saja tidak berani berkata dengan nada tinggi seperti itu. "Astaga, nyali kamu besar sekali dokter. Kamu tidak takut kepada King?" celetuk Tessa dengan kekehannya.
Marsya menggelengkan kepalanya. "Tidak Nyonya, selama aku di jalan yang benar aku tidak pernah takut kepada siapa pun," sahut Marsya mantap.
King menatap tajam ke arah Marsya, bisa-bisanya wanita biasa seperti Marsya tidak takut kepadanya. Pintu kamar terbuka dengan kencangnya, Arsy dan Ratu berlari memeluk Marsya membuat Marsya kaget. Begitu pun dengan Raja yang ikut masuk juga.
"Bu dokter jangan pergi dari sini, kalau Bu dokter pergi Arsy tidak mau makan dan belajar," rengek Arsy.
"Aku juga tidak mau bicara lagi, dan aku akan mogok makan satu minggu," timpal Ratu.
Marsya kaget dengan ancaman anak-anak itu. "Astaga, kenapa keluarga ini bisanya cuma mengancam saja," batin Marsya dengan kesalnya.
"Arsy, Ratu, Bu dokter harus pulang soalnya banyak pasien yang membutuhkan Bu dokter. Jangan khawatir, nanti Tuan King akan mencarikan pengasuh untuk kalian," bujuk Marsya.
"Tidak mau, pokoknya kita maunya Bu dokter," rengek Arsy.
"Dokter, lihatlah anak-anak inginnya sama kamu. Sudahlah, kamu tinggal saja di sini King akan membayarmu dengan bayaran yang sangat besar, iya 'kan sayang?" Tessa melihat ke arah King meminta persetujuan.
"Iya, kamu mau gaji berapa? bahkan kamu mau apa? aku akan memberikan apa pun yang kamu mau asalkan kamu jangan pergi dan tetap tinggal di sini," sahut King.
"Aku tidak butuh gaji besar Tuan, yang aku mau hanya pulang dan kembali ke klinik aku," ucap Marsya tetap pada pendiriannya.
Arsy menangis semakin kencang, begitu pun dengan Ratu yang nekad akan bunuh diri dengan mengambil pistol yang ada di pinggang Raja. "Baiklah, Bu dokter boleh pergi tapi sebelum Bu dokter pergi, Bu dokter harus melihat mayat aku dulu," ancam Ratu.
"Astaga Ratu, kamu jangan macam-macam Nak, kembalikan pistol Daddy," bujuk Raja.
"Nak, sini pistolnya biar Uncle yang pegang," sambung King berusaha membujuk.
Tessa terlihat sangat panik, bahkan King dan Raja pun sama-sama panik. Berbeda dengan Marsya yang terlihat biasa-biasa saja, tidak ada rasa panik dalam dirinya membuat King merasa sangat geram kepada dokter cantik itu. Pada saat Ratu lengah, Raja dengan cepat mengambil pistol miliknya dan segera memeluk Ratu dengan sangat erat.
"Ikut, aku!" King menyeret Marsya dan membawanya ke ruangan kerjanya.
"Berani sekali kamu menolak permintaan anak-anak!" bentak King.
"Mereka bukan anak-anakku, jadi aku tidak punya alasan untuk menyetujui permintaan mereka. Lagipula, kenapa keluarga ini bisanya cuma mengancam? memangnya kalian pikir aku akan takut sama kalian," ucap Marsya.
King terlihat emosi, dia mengeluarkan pistolnya dan menempelkannya ke kening Marsya. "Apa kamu mau mati!" bentak King.
Marsya membelalakkan matanya. Dia bukannya takut mati, namun dia belum mau mati sebelum dia bisa membalaskan dendamnya. Untuk sesaat keduanya saling pandang dengan tatapan tajam masing-masing.
"Baiklah, aku akan tetap tinggal di sini, tapi dengan satu syarat," ucap Marsya mencoba bernegosiasi.
"Apa?" tanya King dingin.
"Bantu aku menemukan seseorang," ucap Marsya mantap.
Perlahan King menurunkan tangannya dan kembali menatap Marsya. "Siapa?" tanya King kembali.
Marsya menceritakan apa keinginan dia, dan dia yakin jika King bisa menemukan orang itu. Marsya merasa jika King bukan orang sembarangan, jalan satu-satunya untuk bisa menemukan orang itu adalah meminta bantuan kepada King dan Raja. King mendengarkan penjelasan Marsya, dan King mulai bisa menahan emosinya.
"Bagaimana? apa Tuan sanggup?" ucap Marsya.
"Baiklah, aku akan kabulkan permintaan kamu tapi ingat kamu jangan macam-macam di sini tugas kamu hanya menjaga anak-anak," sahut King.
Marsya menganggukkan kepalanya. King pun akhirnya memilih pergi dan meninggalkan Marsya. "Tidak apa-apa aku jadi baby sitter di sini, dan aku akan melakukan apa pun asalkan aku bisa menemukan orang itu dan membalaskan dendam aku," batin Marsya dengan mengepalkan kedua tangannya.
Marsya pun bergegas keluar dari ruangan kerja King, tapi pada saat Marsya keluar Arsy dan Ratu langsung memeluk Marsya. "Terima kasih Bu dokter tidak jadi pulang, kita janji tidak akan nakal dan membuat Bu dokter jengkel," ucap Ratu.
Marsya tersenyum sinis, dia sebenarnya tidak betah tinggal di rumah itu namun dia terpaksa bertahan supaya King bisa membantunya. Raja dan King melihat dari kejauhan, mereka tidak menyangka jika Arsy dan Ratu akan sayang kepada wanita yang baru saja mereka kenal. "Kamu mendapatkan wanita itu dari mana? kenapa anak-anak sayang kepada dia?" tanya Raja.
King hanya tersenyum tipis, dia malas menjawab pertanyaan kakaknya itu.