Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 13
Praakk..
Suara keras benda jatuh mengagetkan dua orang, yaitu Delia dan Husni, Yang sedang makan bersama sehabis Maghrib. Mereka saling melirik satu sama lain.
"Suara apa itu ya, Mas?." Tanya Delia penasaran.
Husni mengendikkan ni bahunya, tak tahu.
"Pergi dari sini aku tidak mau bertemu dengan Tante, pergi!." Teriak suara dari arah kamar Mia.
"Mas, itu bukannya suaranya Mia?." Delia tanyanya memastikan.
"Ayo, kita kesana!." Husni
Pasangan suami-istri itu bangun berdiri segera menuju ke kamar anak bungsunya. Mereka begitu terkejut melihat kamar Mia, sudah berantakan oleh pecahan beling berserakan di lantai. Ternyata Mia tak sendiri, melainkan ada Rindu yang sedang berdiri tak jauh dari Mia yang berdiri di tepi ranjangnya. Rupanya Mia- lah yang sudah melempar gelas beling ke lantai.
"Ada apa ini? Rindu, kamu ngapain disini? Bukannya kamu sudah pulang?." Tanya Husni bertubi-tubi.
"Yah, suruh Tante ini pergi dari sini! Mia gak mau ketemu sama Tante." Pinta Mia pada ayahnya.
"Mia, kenapa kamu usir Mama? Mama cuma pengen ketemu sama kamu, sayang!." Rindu bujuknya.
"Gak! Mia gak mau ketemu tante!." Mia tolaknya mentah-mentah.
"Tapi Mia, Mama.." ucap Rindu menggantung.
"Enggak, enggak, enggak! Pergi Tante aku gak mau ketemu tante." teriak Mia histeris.
Delia langsung mendekati Mia dan memeluknya.
"Mia, sayang. Kamu tenang, ya!." Delia dengan sabar berusaha menenangkan Mia.
"Ayo, ikut denganku!." Husni menarik tangan mantan istrinya dengan kasar.
"Mas, lepas. Tangan aku sakit!." Rindu berusaha berontak melepaskan diri dari tangan mantan suaminya.
Husni melepaskan tangannya begitu ketika sudah berada di luar kamar Mia.
"Sudah berapa kali aku bilang, entah dengan bahasa apa lagi aku membuatmu mengerti! Kamu lihat sendiri, kan. Akibatnya. Jangan temui Mia untuk saat ini, dia berubah jadi emosi itu karena perbuatan kamu sendiri." Husni ucapnya dengan penuh penekanan.
Husni sudah tidak sabar menghadapi sikap mantan istrinya.
"Mas aku hanya.." ucapan Rindu terpotong.
"Kamu pergi sekarang atau selamanya aku tidak akan mengizinkan kamu mendekati Mia?." Ancam Husni.
Mendengar ancaman Husni Rindu pun menurut, ia pun meninggalkan Husni.
"Mas, aku adalah ibunya dan sudah seharusnya aku menemani anakku. Baiklah! Untuk sekarang aku pergi, besok aku akan kesini, lagi." Ucap Rindu langkahnya berhenti sejenak sebelum melanjutkan kembali langkanya. Husni tak menanggapi ucapan Rindu.
Delia mengelus-elus rambut kepala Mia, saat anak itu sudah tertidur di ranjang kamarnya. Delia duduk berhadapan dengan anaknya, ia merasa iba dengan anak sambungnya yang nyaris saja di culik saat di mall. Delia mencium kening anak gadisnya penuh dengan penuh kasih sayang. Husni berdiri di samping dekat Delia.
"Mas, aku sedih ngeliatnya apalagi saat tadi dia liat mba Rindu, Mia teriak histeris." Delia dengan wajah sendunya.
"Iya, padahal kita sudah melarangnya untuk tidak menemuinya saat ini, tapi tetap saja kita kecolongan, Rindu tetap menemuinya
juga." Husni dengan perasaan dongkolnya.
"Mas, bagaimana kalau kita bawa Mia ke psikiater anak? Aku khawatir jika ini terus berlanjut sampai Mia dewasa!." Usul Delia pada suaminya.
"Iya, kita lihat nanti ya? Kalau sekiranya masih seperti itu, kita langsung konsultasi ke psikiater anak." Husni menanggapi usul Delia yang langsung mengangguk kepala setuju.
"Yaudah, kita pindah. Yuk?." Ajak Husni mengulurkan tangannya kearah Delia. Tangan Delia menyambut tangan suaminya yang sudah menggenggam tangannya, Delia turun dari ranjang Milik Mia.
Delia dan Husni pergi ke kamar mereka dengan jalan bersisian saling berpegangan tangan. Husni menutup pintu dan menguncinya. Suami Delia itu membantu istrinya merapikan spreinya. Selesai itu mereka naik dan duduk di ranjangnya.
"Mas, aku gak habis pikir deh, sama mba Rindu? Dia kok kaya gak peduli gitu sama Mia? Dia sibuk makan dan tertawa sama pacarnya, sementara anaknya entah ada dimana? Sudah tahu anak kandungnya hilang, tapi dia gak berusaha mencarinya. Apa tak sepenting itu Mia di matanya?." Delia.
"Aku sih gak heran kalau kamu berpikir seperti itu, maaf ya sayang, kalau aku cerita sedikit masa lalu aku sama dia?." Husni menatap Delia meminta persetujuannya.Delia mengangguk setuju.
"Sebenarnya dulu kehadiran Mia tidak di inginkan oleh Rindu, menurutnya kehadiran Mia adalah beban, menurutnya kehamilannya itu adalah penghambat karir Rindu yang sedang di atas puncaknya. Dia sering nangis tiap malam gara-gara harus bedrest saat hamil muda. beberapa kali dia juga berusaha menggugurkan kandungannya, dengan meminum obat penggugur kandungan. Untung saja janin Mia masih bisa di selamatkan." Husni menceritakan masa lalunya.
Delia diam mendengarkan nya. Entah mengapa dada Delia sesak mendengar cerita masa lalu Husni. Husni begitu bahagia dengan kehadiran janin Mia, sementara kehadiran anaknya kelak, entahlah. Bahkan untuk membahas anak suaminya pun enggan. Setetes air mata menetes di pelupuk mata Delia.
"Hey.. Delia, sayang. Kamu nangis?." Tanya Husni panik melihat istrinya menangis.
"Aku sedih ternyata dari kecil Mia, tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari mamanya." Delia.
"Maaf, ya. Sayang! Kamu jadi nangis gini."
"Itu benar, tapi sekarang dia sudah mendapatkan kasih sayang dari mamanya, Mama Delia!." Husni hiburnya.
Delia terkekeh. Husni menggenggam tangan Delia.
"Makasih ya, sayang. Udah sayang dan jagain Mia. Mia pasti sayang banget, sama kamu." Husni terharu.
Seperti biasa setiap Subuh, Delia dan Mia sholat subuh bersama. Sementara Husni sholat subuh di masjid terdekat dari rumahnya. Selesai itu Mia mencium tangan mama sambungnya. Sementara Delia mencium keningnya.
"Sayang, Mama mau bicara sama Mia, boleh?." Tanya Delia dengan masih mengenakan mukena nya.
"Boleh! Mama mau bicara apa, ma?." Mia.
"Sayang, kamu abis sarapan kita siap-siap, ya! Kita akan pergi sama ayah juga." Delia.
"Emang kita mau kemana, Ma?." Tanya Mia.
"Sayang, sebenarnya kita mau bertemu dengan seseorang, di rumah sakit." Delia.
Mia diam entah apa yang ada di pikirannya.
"Sayang, maafin Mama, ya! Sebenarnya kita kesana mau bertemu dengan dokter psikiater. Kita ingin Mia sehat lagi!." Delia berbicara dengan pelan.
"Emang Mia sakit jiwa, ya?." Mia sedih mamanya mengira ia sudah gila.
Sungguh Delia tak ingin melukai hati anak sambungnya. Namun ia tak ingin menutupi kondisi mental anaknya.
"Gak, Mia. Mia gak gila! Hanya saja Mia suka teriak dan histeris saat melihat Mama Rindu dan orang yang baru Mia kenal, sayang pergi ke psikiater bukan berarti kita gila. Tapi kita bisa cari solusi untuk menyembuhkan rasa trauma yang Mia alami setelah Mia nyaris di culik." Delia.
Mia diam mencerna setiap ucapan mama sambungnya, hingga ia pun mengangguk kepala setuju.