Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
"Gue mau jujur sama lo, Al. Sebenarnya kemarin gue habis ngerjain Bella. Gue nyuruh orang buat ngambil semua barang belanjaannya di jalan. Mungkin aja dia nyalahin Alin dan nyakitin dia."
Mendengar perkataan Raja membuat Al menggebrak meja di hadapannya dengan keras sehingga Raja langsung mengusap dadanya karena terkejut.
Brak!
"Kenapa lo lakuin itu, ja? Gara-gara ulah konyol lo itu, lo udah buat gue lakuin kesalahan besar tau nggak!" teriak Al.
Raja yang baru pertama kali melihat Al semarah itu menjadi bingung sekaligus keheranan.
"Lo kenapa, sih, Al? Nggak biasanya lo kayak gini kalau soal Bella?" tanya Raja.
Al yang baru menyadari apa yang baru saja dia katakan, kembali mengubah expresi wajahnya seperti semula.
"Lo kenapa, Al? Dan apa kesalahan besar yang udah lo lakuin gara-gara gue?" selidik Raja.
"Bukan urusan lo," ucapnya datar.
"Ternyata Alin emang benar, bukan dia yang nyuruh orang-orang itu. Argh! Kenapa gue nggak percaya sama dia, dan malah nyiksa dia dengan kejam!" batin Al frustasi, terbesit rasa bersalah pada Alin setelah tau bahwa yang mengerjai Bella adalah Raja tapi ia malah menuduh Alin dan tak mau mendengar penjelasan gadis itu.
Terjadi keheningan beberapa saat antara mereka berdua, hingga kedatangan Andre dan Charles di ruangan Al.
"Sorry, Bro, gue telat, gue habis rapat di kantor gue tadi," ucap Andre.
"Nggak papa, Ndre, gue juga baru datang kok," ucap Raja.
"Ohya, meetingnya jam berapa?" tanya Raja pada Charles.
"Sekarang juga, Pak, Pak Andre sudah tau tempatnya."
"char, gue titip kerjaan gue sama lo selama gue di luar," ucap Al.
"Siap, Bos." Charles memberi hormat pada Al yang berjalan mendahului Andre dan Raja.
"Kenapa dia? Beda banget hari ini tuh orang," bisik Andre pelan pada Raja.
"Mana gue tau, lagi pms kali teman lo," jawab Raja acuh.
"Teman lo juga kali, Ja,"
"Aw ah. Yuk pergi, entar ngamuk orangnya." Lalu Raja menyusul Al.
"Kita pergi dulu, Char, lo bae -bae di sini."
"Siap, Pak Andre."
***
Setengah jam perjalanan, akhirnya mobil Al, Raja, dan Andre kini sudah tiba di parkiran sebuah kafe. Raja yang mengenali kafe tersebut segera menghampiri dua sahabatnya yang baru keluar dari mobil mereka.
"Ndre, Ini benar kafenya, kan? Lo nggak salah, kan, Ndre?" tanya Raja memastikan.
"Benar kok, klien kita yang minta meeting di sini," ucap Andre.
"Emang kenapa sama kafe ini? Kok, muka lo berdua jadi senang gitu?" tanya Al yang memperhatikan wajah Raja dan Andre yang tiba-tiba sumringah.
"Kalau gue senang karena ini tempat kerja pacar gue. Kalau lo, ja, kenapa?" Andre menjawab lalu melontarkan pertanyaan pada Raja.
"Ya karena ini tempat kerjanya Alin. Lo berdua, kan, tau kalau gue suka sama Alin," jawab Raja.
Al hanya diam mendengar perkataan Al.
"Ya udah, yuk, masuk."
Mereka bertiga pun segera masuk ke dalam kafe dan langsung mencari meja yang sudah di pesan untuk meeting mereka. Setelah menemukan meja, mereka pun duduk.
"Kayaknya kliennya belum datang, deh," ucap Raja sambil melirik sekitar saat menemukan meja yang mereka pesan masih kosong.
"Paling bentar lagi datang kok, katanya mereka udah OTW ke sini tadi," sahut Andre.
"Sambil nunggu, gimana kalau kita pesan makan dulu, gue dah lapar soalnya."
"Bentar. Mbak!" Andre melambaikan tangan pada pelayan agar menghampiri mereka.
"Iya, Mas, mau pesan apa?" tanyanya ramah.
"Saya mau pesan spaghetti sama jus jeruknya satu. Kalian berdua?" Menatap bergantian pada Al dan Raja.
"Gue makanannya sama kayak lo, Ndre, tapi minumnya jus mangga."
"Gue jus mangga doang, soalnya gue udah makan tadi sama Bella di kantor."
"Jadi, jus mangganya dua, spaghettinya dua, sama jus jeruknya satu, ya, Mbak."
"Baik, Mas. Silahkan di tunggu pesanannya."
"Tunggu, Mbak!" cegah Andre saat pelayan itu hendak mengambilkan pesanan mereka.
"Iya, Mas?"
"Mbak, Putri masuk kerja nggak hari ini?"
"Oh, iya, ada, Mas, baru aja masuk. Kalau gitu saya permisi dulu." Pelayan itu pun meninggalkan meja mereka.
"Kenapa lo nanyain Putri, Ndre?" tanya Raja.
"Kepo amat lo jadi orang."
"Yaelah, gue, kan, cuma nanya."
Tak lama menunggu, akhirnya pesanan mereka pun datang. Seorang pelayan yang lain datang membawakan pesanan ketiga pria tampan itu.
"Makasih, Mbak .... Lah, Alin? Kamu udah ada di sini? Bukannya kamu tadi di rumah sakit?" Raja begitu kaget saat Alin yang mengantar pesanan mereka.
Al yang sedang fokus dengan ponselnya pun mendongak, menatap Alin yang belum menyadari keberadaan dirinya di sana. Lelaki itu tertegun menatap pucat Alin yang dihiasi oleh senyuman. Rasa bersalah pun tiba-tiba mengetuk hatinya setelah mengingat apa yang sudah ia lakukan pada gadis malang tersebut.
"Kenapa gue jadi kasihan gini lihat muka dia pucat kayak gitu?" batin Al tak tenang.
"Aku udah di bolehin pulang, kok, sama dokter, lagian aku juga udah nggak papa, kok, Bang." Alin tersenyum menjawab pertanyaan Raja yang menatapnya penuh khawatir.
"Emang kamu kenapa masuk rumah sakit, Lin," tanya Andre yang terkejut mendengar percakapan keduanya.
"Nggak papa, kok. Bang Andre nggak usah khawatir sama aku."
"Tapi kamu beneran udah baikan, kan?" tanya Raja lagi.
"Iya, Bang."
"Ekhmm!" Deheman keras dari Al membuat mereka menoleh ke arahnya. Alin yang juga ikut menoleh pun terkejut saat melihat Al di sana. Rasa takutnya pun muncul saat Al ada di sana dan kini sedang menatapnya tanpa ekspresi sedikit pun.
"Lin! Kamu kenapa? Kok, lihatin Al kayak orang lihat hantu gitu?" Raja yang bertanya pun semakin membuat Alin tegang karena ketakutan.
"E---enggak papa, Bang. Aku pergi dulu, Bang. Silahkan menikmati makanannya." Alin lalu pergi meninggalkan mereka karena tak mau lama-lama berada di dekat Al. Benar kata Raja, sekarang Al sudah seperti hantu yang menakutkan bagi Alin.
"Alin kenapa, sih? Kok, dia lihatin lo kayak gitu, Al? Lo lakuin sesuatu, ya, saat dia kerja di rumah lo?" selidik Raja.
"Enak aja lo. Ngapain gue lakuin sesuatu sama pelayan gue?" Al yang gugup berusaha untuk bersikap santai dan tenang.
"Ya, kan, gue cuma nanya doang, nggak usah pakai ngegas juga kalik."
"Maaf, saya telat." Seorang pria yang baru datang itu mengambil tempat duduk di depan tiga bersahabat itu.
"Oh, nggak papa, Pak, kami juga belum lama kok," ucap Andre pada orang tersebut sambil tersenyum seramah mungkin.
"Saya adalah asisten pribadinya pak CEO, Beliau menyuruh saya untuk menggantikannya, karena Beliau harus menghadiri rapat di tempat lain," ucapnya.
"Tidak masalah. Mari kita mulai meeting kita hari ini."
"Ja, lo bisa, kan, gantiin gue bentar? Gue mau ke toilet,".bisik Al pada Raja.
"Oke, gue bisa."
Al mengangguk kemudian ia pun berdiri dari duduknya untuk izin ke toilet.
"Maaf, apa boleh saya ke toilet sebentar?"
"Silahkan, Pak."
"Terima kasih. Silahkan di lanjutkan meetingnya, sekretaris saya, Raja yang akan menggantikan saya." Setelah itu Al berlalu pergi.
Di sisi lain, Alin yang terlihat sangat ketakutan itu berlari ke arah dapur. "Kak Lia!" Sambil berlari ke arah Aulia.
"Kamu kenapa, Lin? Kok, ketakutan gini?" tanya Aulia yang panik melihat keadaan Alin yang sangat ketakutan.
"Kak, dia ada di sini, Kak, dia ada di kafe ini," ucap Alin ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Sungguh dia sangat trauma dengan penyiksaan Al semalam hingga membuatnya begitu takut bertemu Al.
"Siapa, Lin? Siapa yang kamu maksud?"
"Di---dia, Pak Al, dia ada di sini."
"Di mana?"
"Di sana, tadi dia ada di sana, tadi dia sama Bang Andre dan Bang Raja."
"Kak Lia, aku takut banget, Kak." Alin yang menangis pun memeluk Aulia erat. Aulia membalasnya lembut dan mengusap kepala Alin untuk menenangkannya.
"Sstt, jamu nggak usah takut, ada aku di sini, dia nggak akan bisa nyakitin kamu di sini."
Setelah merasa Alin sudah cukup tenang, Aulia melepas pelukannya lalu tangannya menangkup wajah Alin yang sudah basah karena air mata.
"Gimana kalau kamu pergi tinggalin kota ini, Lin. Aku yakin dia nggak akan bisa nemuin dan nyakitin kamu lagi."
"Aku---"
"Mbak Aulia. Ini pesanan yang akan Mbak antar, dan ini alamatnya." Seorang pelayan menghampiri Aulia dengan membawa plastik besar yang berisi beberapa kotak makanan yang siap untuk di antar pada pelanggan.
"Oke, terima kasih." Orang itu pun pergi setelah Aulia mengambil plastik tersebut.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏