Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembaran Baru, Tantangan Baru
Bian dan Nada kini menjalani kehidupan pernikahan yang tampaknya sempurna di mata orang luar. Bisnis kedai kopi Bian yang mengusung konsep book café berkembang pesat. Rak-rak kayu penuh dengan buku berbagai genre menarik banyak pengunjung, mulai dari mahasiswa hingga wisatawan yang mencari tempat tenang untuk bersantai.
Nada, di sisi lain, telah menulis beberapa buku yang menjadi best seller. salah satunya buku yang berjudul "You and I". Yang terinspirasi dari perjalanan hidup dan cintanya dengan bian. Banyak pembaca yang terharu dengan perjalanan hidup bian dan nada. namanya mulai dikenal sebagai penulis berbakat, dan banyak penerbit yang antre untuk bekerja sama dengannya.
"gimana rasanya jadi penulis buku best seller?" tanya bian pada nada yang sedang duduk di depan laptop di teras rumah. Bian membawa segelas coklat hangat untuk nada.
"bahagia, mas. tapi yang pasti aku bersyukur ada kamu di hidupku sekarang. Kalau ngga ada kamu, buku itu ngga akan pernah ada" ucap nada sambil bersandar di pundak bian. Bian tersenyum sambil mengelus rambut istrinya itu.
Namun, di balik kesuksesan itu, rumah tangga mereka menghadapi tantangan yang tidak mudah. Penyakit mental Nada yang terkadang kambuh menjadi ujian besar bagi Bian sebagai suami.
......................
Suatu malam, Bian menemukan Nada duduk di balkon rumah mereka, menatap kosong ke arah langit malam.
“sayang, kamu nggak masuk tidur?” tanya Bian lembut, duduk di sampingnya.
Nada tidak menjawab, hanya menggeleng pelan. Wajahnya tampak lelah, matanya sembab seperti habis menangis.
Bian meraih tangannya, menggenggamnya erat. “Kamu nggak sendiri, Nad. Kalau ada apa-apa, cerita ke aku, ya?”
Nada menarik napas panjang, suaranya pelan dan bergetar. “Mas Bian, aku ngerasa gagal. Kadang semua ini terasa terlalu berat buat aku. Tulisan-tulisan aku... aku takut orang nggak suka. Dan aku takut jadi beban buat kamu.”
Bian memeluknya dengan hangat. “Dengar, Nad.
Aku nggak peduli seberapa berat ini. aku nggak akan ninggalin kamu. kamu nggak pernah jadi beban buat aku. Apa pun yang kamu rasain, kita hadapi bareng-bareng, oke?”
Nada meneteskan air mata di bahu Bian. “Makasih, mas. Aku nggak tahu gimana jadinya kalau kamu nggak ada di sini.”
......................
Bian menyadari bahwa ia perlu memahami lebih banyak tentang penyakit mental Nada agar bisa mendampinginya dengan lebih baik. Ia mulai membaca buku, menonton video, dan bahkan bergabung dengan komunitas pendukung keluarga penderita penyakit mental.
Dari sana, Bian belajar bahwa Nada tidak butuh solusi instan, melainkan seseorang yang mau mendengar dan mendukungnya tanpa menghakimi.
Ketika Nada mulai merasa cemas atau tertekan, Bian mencoba menciptakan suasana tenang di rumah. Kadang ia mengajaknya berjalan santai di taman, kadang hanya duduk bersamanya sambil membaca buku.
Namun, Bian juga sadar bahwa ia tidak bisa menangani semuanya sendirian. Ia mulai mendorong Nada untuk berkonsultasi dengan terapis secara rutin. Meski awalnya Nada ragu, ia akhirnya setuju karena kepercayaan pada Bian.
Hari-hari gelap datang dan pergi, tapi mereka berdua belajar menghadapi semua itu bersama. Setiap kali Nada merasa terpuruk, Bian selalu mengingatkannya bahwa ia adalah seseorang yang berharga.
Di sisi lain, Nada terus berusaha untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri. Ia belajar menerima bahwa menjadi seorang penulis tidak berarti harus sempurna setiap saat.
Kedai kopi mereka menjadi tempat di mana mereka menemukan pelarian dari dunia luar. Ketika pengunjung datang untuk membaca atau menikmati kopi, mereka menemukan ketenangan yang sama di tempat itu.
Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak mudah, tapi cinta yang mereka miliki adalah kekuatan yang membuat mereka bertahan.