NovelToon NovelToon
Endless Shadows

Endless Shadows

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Kultivasi Modern
Popularitas:800
Nilai: 5
Nama Author: M.Yusuf.A.M.A.S

Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cahaya dan Kegelapan

Malam itu, Elma berjalan sendirian di taman, lentera kecil di tangannya memancarkan cahaya lembut. Ia mencari Ryan, seperti biasa, saat ia merasa sahabatnya dalam kondisi yang sulit. Namun, malam ini terasa berbeda. Ada ketegangan di udara yang sulit dijelaskan.

Di persimpangan taman yang sepi, sosok seorang wanita berjubah putih muncul dari balik bayangan. Wanita itu tersenyum lembut, tatapannya penuh dengan ketenangan yang tidak biasa.

"Elma," kata wanita itu, suaranya tenang tetapi menggetarkan hati. "Kau telah memiliki keberanian dan keteguhan yang luar biasa. Aku melihat ada cahaya dalam dirimu yang belum sepenuhnya bangkit."

Elma berhenti, menatap wanita itu dengan kebingungan. "Siapa kau? Apa maksudmu dengan cahaya dalam diriku?"

Wanita berjubah putih mendekat, dan di tangannya muncul bola cahaya kecil yang bersinar lembut. "Aku datang untuk memberimu kekuatan, Elma. Cahaya ini adalah bagian dari dirimu yang tersembunyi, dan sekarang saatnya kau menggunakannya. Gunakan kekuatan ini untuk melakukan hal yang kau ingin lakukan, untuk melindungi apa yang kau anggap berharga."

Sebelum Elma sempat menjawab, bola cahaya itu melesat ke arah dadanya. Ia merasakan kehangatan yang luar biasa memenuhi tubuhnya, seolah-olah sebuah energi baru mengalir dalam dirinya. Lentera yang ia bawa bersinar lebih terang, dan cahaya itu terasa seperti menyatu dengan hatinya.

Wanita berjubah putih tersenyum sekali lagi. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Elma. Jangan ragu untuk menggunakan kekuatan ini. Tetapi ada sesuatu yang perlu kau ketahui." Tatapan wanita itu menjadi lebih serius. "Ryan, sahabatmu, memiliki kekuatan gelap di dalam dirinya. Kegelapan itu perlahan menguasainya. Kau harus menghentikan kekuatan itu sebelum ia kehilangan dirinya sepenuhnya."

Elma menatap wanita itu dengan kaget. "Ryan? Kekuatan gelap? Bagaimana aku bisa menghentikannya?"

Wanita itu menggeleng pelan. "Itu adalah keputusanmu, Elma. Kau harus menemukan caranya sendiri. Ingatlah, cahaya dalam dirimu adalah kunci untuk menyelamatkannya."

Sosok itu menghilang dalam sekejap, meninggalkan Elma yang berdiri di taman dengan tubuh yang kini terasa berbeda. Cahaya dari lentera di tangannya tidak lagi hanya milik lentera itu, tetapi juga miliknya. Namun, hatinya kini dipenuhi dengan pertanyaan dan kekhawatiran tentang Ryan.

Tak lama setelah itu, Elma menemukan Ryan berdiri di tengah taman yang sunyi, dikelilingi oleh bayangan yang tampak hidup. Mereka bergerak gelisah, seolah-olah merasakan konflik batin yang menguasai dirinya. Tanda tengkorak di punggung tangannya bersinar samar, mengingatkannya pada beban yang harus ia tanggung.

Elma mendekat dengan lentera di tangannya, yang memancarkan cahaya lembut. Bayangan di sekitar Ryan bergeser seolah menolak keberadaannya. Ryan menoleh, menatap Elma dengan campuran rasa khawatir dan kagum.

"Kenapa kau di sini?" tanya Ryan, suaranya pelan tetapi penuh emosi.

"Aku mencarimu," jawab Elma tanpa ragu. "Kau selalu pergi ke tempat ini saat kau merasa terganggu. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian, Ryan."

Ryan tersenyum tipis, meskipun rasa bersalah menyelimutinya. "Aku tidak yakin kau bisa memahami apa yang terjadi padaku. Aku bukan lagi orang yang sama."

Elma ragu sejenak, tetapi akhirnya ia memberanikan diri. "Ryan... apakah benar kau memiliki kekuatan gelap?"

Ryan terdiam, tatapannya perlahan berpindah ke tanah. Ia tidak menjawab, tetapi kesunyiannya sudah cukup bagi Elma untuk memahami bahwa apa yang dikatakan wanita berjubah putih itu adalah kebenaran.

Elma mendekat, dan cahaya lentera di tangannya semakin terang. Bayangan di sekitar Ryan bergeser menjauh, tetapi tetap berada dalam jangkauan. "Ryan, aku tahu kau merasa bahwa kegelapan ini telah menguasaimu. Tapi aku percaya bahwa kau masih memiliki cahaya di dalam dirimu. Aku bisa melihatnya, bahkan sekarang."

Ryan menggeleng, menatap tangannya yang bertanda tengkorak. "Setiap kali aku menggunakan kekuatan ini, aku kehilangan bagian dari diriku. Aku takut suatu saat aku tidak akan lagi menjadi Ryan yang kau kenal."

Elma meletakkan lentera di tanah, lalu meraih tangan Ryan. Tanda tengkorak itu terasa dingin di bawah sentuhannya, tetapi dia tidak mundur. "Kegelapan tidak membuatmu hilang, Ryan. Kau yang memutuskan siapa dirimu. Kekuatan ini adalah bagian dari dirimu, tapi itu bukan seluruh dirimu. Kau masih memiliki pilihan."

Bayangan di sekitar mereka tampak tenang, seolah merespons kata-kata Elma. Ryan merasa ada sesuatu yang hangat dari sentuhan Elma, meskipun ia dikelilingi oleh kegelapan.

"Bagaimana jika aku gagal?" tanya Ryan, suaranya penuh keraguan. "Bagaimana jika kegelapan ini mengambil alih sepenuhnya?"

Elma menatapnya dengan mata yang penuh keteguhan. "Kalau kau merasa kehilangan jalan, aku akan ada di sini untuk mengingatkanmu siapa dirimu. Kau tidak sendirian, Ryan. Kita akan menghadapi ini bersama."

Ryan terdiam. Kata-kata Elma seperti menembus kehampaan yang selama ini ia rasakan. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ada harapan untuk dirinya.

Di kejauhan, pria berjubah hitam berdiri diam, mengawasi mereka dari balik bayangan. Senyum samar menghiasi wajahnya, dan ia bergumam pelan, "Apa kegelapan dan cahaya bisa benar-benar bersatu?"

Keesokan harinya, Ryan dan Elma berjalan ke sekolah bersama. Meskipun mereka tidak banyak bicara, ada pemahaman diam-diam yang tercipta di antara mereka. Ryan merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Kegelapan yang selama ini membebani hatinya terasa lebih ringan, seolah-olah kehadiran Elma telah membuka jalan bagi keseimbangan yang ia butuhkan.

Saat mereka tiba di gerbang sekolah, Hery sudah menunggu bersama gengnya. Senyum dingin menghiasi wajahnya, dan tatapannya tertuju langsung pada Ryan.

"Jadi, kau masih datang ke sini, Ryan," kata Hery dengan nada mengejek. "Kukira kau sudah menyerah setelah peringatan terakhirku."

Ryan melangkah maju, berdiri di antara Hery dan Elma. "Aku tidak akan pernah menyerah. Kalau kau ingin sesuatu dariku, hadapi aku langsung."

Hery tertawa kecil. "Kau memang punya keberanian, tapi itu tidak cukup. Kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah dengan kegelapan itu."

Ryan mengepalkan tangannya, merasakan bayangan di sekitarnya bergerak dengan penuh semangat. Tapi kali ini, dia tidak merasa sendirian. Ketika dia menoleh, Elma berdiri di sisinya, matanya memancarkan cahaya yang berbeda dari biasanya.

"Kita hadapi ini bersama," kata Elma, suaranya tenang tetapi penuh tekad. Cahaya dari tubuhnya bersinar lembut, memancarkan energi yang membuat Ryan merasa lebih kuat.

Ryan mengangguk, dan untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa cahaya dan kegelapan dalam dirinya dapat bersatu. Mereka bukan lagi lawan, tetapi dua bagian dari dirinya yang saling melengkapi. Dengan keyakinan baru, Ryan dan Elma bersiap menghadapi Hery dan ancaman yang lebih besar yang mungkin menanti mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!