Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13.
*****
"Papa! aku pulang!"
Freya membuka pintu apartemennya, dengan senyuman yang selalu terlihat ceria, saat ia pulang kerja rasa penatnya hilang seketika.
Ia sedari jam setengah puluh telah meninggalkan Ayahnya. Meninggalkan nya mengurus diri sendiri, tanpa ada seorang pun yang membantu Ayahnya.
Drrttt!
Terdengar suara kursi roda berjalan keluar dari dalam kamar, dan Freya melihat Ayahnya tersenyum menyambut kedatangannya.
Walau senyuman itu tidak terlihat, karena bibir Erick telah tertarik ke samping, tapi Freya dapat melihat Ayahnya sedang tersenyum.
Cup!
Freya mengecup kening Ayahnya, seperti biasa ia lakukan kalau ia pulang kerja. Karena Ayahnya sangat baik telah menjaga diri sendiri, selagi Freya pergi bekerja.
Erick memejamkan matanya tersenyum bahagia. Putrinya yang berharga, sangat memperdulikan keadaannya, yang tidak bisa lagi melakukan apa pun untuk membantu putrinya tersebut.
Ia sangat beruntung memiliki seorang putri, yang sangat lembut hati, dan memiliki perasaan peduli yang dalam akan keadaan dirinya.
Erick terkadang berpikir, seandainya suatu saat nanti ia tidak dapat bertahan lagi, bagaimana dengan keadaan Freya setelah ia tidak ada.
Erick berharap ada seorang pria baik hati, dengan tulus mencintai Freya apa adanya, dan selalu menjaga Freya dengan penuh kasih sayang.
Mata Erick terus memandang Freya, yang sedang memasak untuk makan malam mereka. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan putrinya itu.
Memikirkan masa depan Freya, jika Freya menemukan pria yang hanya sesaat saja mencintai Freya, dan kemudian akan mengabaikan Freya. Rasanya sangat sakit sekali, walau hanya memikirkannya saja.
"Papa, makan malam sudah siap, Ayo kita makan!"
Freya menghampiri Erick yang sedang mengamatinya. Freya tersenyum melihat tatapan Ayahnya, yang selalu terlihat prihatin padanya.
Freya tahu, kalau Ayahnya itu sangat mengkhawatirkan dirinya. Sebagai anak gadis yang masih perawan, dengan umur yang sudah sepantasnya memiliki seorang pacar, Freya tentu saja memaklumi kekhawatiran Ayahnya.
Cup!
Freya mengecup pipi Ayahnya. Ia sangat menyayangi Ayahnya, dan akan selalu menjaga Ayahnya, sampai seorang pria menerima ia dan Ayahnya apa adanya.
Jika ia tidak menemukan pria yang tulus mencintai dan menyayanginya, dan tidak menerima keadaan Ayahnya, ia akan tetap melajang sampai Ayahnya tidak dapat bertahan hidup lagi.
"Papa, jangan buat tatapan seperti itu, aku tahu apa yang ada di dalam pikiran mu, aku akan selalu berada di sisi mu, dan akan selalu menjaga mu, jadi jangan merasa sedih dan khawatir padaku!" kata Freya tersenyum sayang menatap mata Erick.
Tangan kanan Erick, yang tidak terkena stroke perlahan ia angkat, lalu mengelus kepala Freya yang menunduk menatap matanya.
Freya menyunggingkan senyuman, melihat Ayahnya yang menyunggingkan senyuman bahagia. Ia pun meraih tubuh Ayahnya, dan memeluk tubuh lemah itu dengan pelukan penuh kasih sayang.
Tanpa sadar Erick meneteskan air mata. Ia sangat bahagia mendengar apa yang dikatakan Freya.
Kemudian mereka pun makan malam di meja makan, sembari berbincang-bincang di sela-sela makan malam mereka.
Freya menceritakan apa saja kejadian, yang ia alami saat bekerja di toko dessert. Nada suara yang terdengar begitu ceria, saat ia menceritakan sosok pria idolanya.
Sebagai pendengar, Erick hanya bisa diam saja mendengar nada senang Freya, menceritakan sosok pria kejam, yang menurut Freya sangat keren itu.
"Sekali tendang, tubuh kekar anak buahnya melayang membentur tembok toko, luar biasa! tenaganya sangat kuat sekali! seperti Hulk!" kata Freya dengan mata berbinar-binar, sembari tersenyum senang.
Erick menyendok nasi dan lauk ke dalam mulutnya, dan dengan perlahan mengunyah nya sembari mendengar cerita Freya.
Ia hanya bisa pasrah saja mendengar cerita Freya, yang menurutnya memiliki minat pribadi yang aneh, dalam soal menyukai seorang pria.
Gadis cantik bertubuh mungil, dan cenderung terlihat ringkih itu, bisa-bisanya mengagumi pria kejam, yang terlihat seperti seorang psychopath.
Dari cara Freya menceritakan sosok pria kejam itu, Erick dapat merasakan perasaan Freya terhadap pria kejam itu, bukan hanya sekedar idola saja! tapi perasaan suka sebagai wanita terhadap pria.
Dan ia juga dapat merasakan, kalau Freya tidak menyadari akan perasaannya itu, karena Freya menganggap perasaannya kepada pria kejam itu, murni hanya sebatas mengagumi saja.
Bersambung......
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗
lanjut