NovelToon NovelToon
Loving You Till The End

Loving You Till The End

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Tujuannya untuk membalas dendam sakit hati 7 tahun lalu justru membuat seorang Faza Nawasena terjebak dalam pusara perasaannya sendiri. Belum lagi, perasaan benci yang dibawa Ashana Lazuardi membuat segalanya jadi semakin rumit.

Kesalahpahaman yang belum terpecahkan, membuat hasrat balas dendam Faza semakin menyala. Ashana dan perusahaan ayahnya yang hampir bangkrut, tak memiliki pilihan selain berkata 'ya' pada kesepakatan pernikahan yang menyesakkan itu.

Keduanya seolah berada di dalam lingkaran api, tak peduli ke arah mana mereka berjalan, keduanya akan tetap terbakar.

Antara benci yang mengakar dan cinta yang belum mekar, manakah yang akan menang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LYTTE 13 — Heartbeat

"Sedang apa kau?" tanya Faza yang tiba-tiba masuk, ia penasaran dengan apa yang sedang dilakukan perempuan itu. 

Ashana terkesiap namun dengan cepat menjawab, "Menikmati hidupku."

"Oh," sahut Faza dengan enteng, ia kemudian ikut merentangkan kedua tangannya dengan bebas, turut menikmati kehangatan mentari yang menenangkan. 

"Kau mengikutiku!" protesnya saat melihat Faza mengikuti setiap gerakannya. 

"Memangnya tidak boleh?" 

"Ah, sudahlah! Tak ada gunanya berdebat denganmu!" Ashana menghentikan kegiatannya lalu beranjak ke dalam, duduk di sebuah sofa dan mengelap keringat di pelipisnya. 

Faza pun turut duduk dengan menukang kaki kanan di atas kaki kirinya, lalu berkata, "Katakanlah, aku akan setuju jika itu memang menguntungkan bagiku. Jika tidak, kau tahu apa yang seharusnya kau lakukan." 

Ashana tak menjawab, melainkan menunjukkan jari telunjuknya membentuk angka satu. "Rules number one, jangan mengekang dan memaksaku melakukan hal yang tidak aku sukai, karena aku tidak suka dikekang dan dipaksa," katanya dengan tegas. 

Faza hanya menganggukkan kepala dan berkata, "Oke, next rule."

Ashana menarik nafas sebelum melanjutkan, ia menjentikkan jarinya lalu mengacungkan ibu jari dan ibu tengahnya, menunjukkan angka dua. "Rules number two, I can do anything." Tanpa ragu dan penuh penekanan, Ashana mengatakannya dengan lantang. 

Sebelah alis Faza terangkat, "Sure, you can do. Lakukan apa saja yang kau mau, bukankah aku juga pernah mengatakannya?" jawab Faza lugas. "Aku tidak akan pernah mematahkan sayapmu jika kau ingin terbang. Hanya saja, kau juga harus tahu batasanmu, Ashana."

"Batasan? Batasan apa?" 

"Untuk tidak mendekati pria lain, kau ingat? Oh, kau juga harus tahu apa yang akan aku lakukan jika kau berani terbang terlalu jauh," kata Faza dengan niat menyindir Ashana. 

Tapi perempuan itu sepertinya sama sekali tak terpengaruh, wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia tahu itu, hanya saja, Ashana terlalu pandai memainkan raut wajahnya seolah ia tak tahu apa-apa. 

"Next," ucap Faza berikutnya, setelah beberapa jeda antar mereka yang tak berarti apa-apa. 

Ashana hampir jengah tiap kali mendengar kata 'next' yang Faza ucapkan. "Rule number three, you can't publishing our marriage into media." 

Pernyataan Ashana yang terakhir itu, sukses membuat rahang Faza menegang. Urat-urat lehernya yang menonjol dan tangannya yang terkepal cukup membuat Ashana yakin bahwa pria di hadapannya sangat mudah terprovokasi. 

"Kau sudah terlalu banyak permintaan, Ashana. You should know your position!" bentak Faza. Ashana tak tahu bagian mana yang membuat ego pria itu terluka. Tapi Ashana sudah siap untuk berargumen dan mempertahankan boundaries yang ia miliki. 

Langkah Faza semakin mendekat, saat jarak keduanya hanya beberapa senti, Faza meraih lengan Ashana dan berkata, "Tentang pernikahan ini, akan aku umumkan pada dunia atau tidak, kau sama sekali tidak berhak mengaturku!" makinya.

Dari jarak sedekat ini, Ashana dapat merasakan nafas memburu pria itu. "Kenapa tidak?" tantang Ashana dengan berani. Ia beranikan diri untuk mendongak, pandangan mereka bertemu. 

"Karena di sini, aku-lah yang mengatur segalanya. Lagipula, kenapa kau ingin merahasiakan pernikahan ini? Apakah kau malu? Oh, atau kau takut pria yang semalam itu—"

"Cukup, Faza! Hentikan!" teriak Ashana menarik tangannya dari genggaman Faza. Saking kesalnya Ashana, gigi-giginya bergemeletuk saling beradu, deru nafasnya tak teratur dan dadanya naik turun menahan amarah. 

"Aku tidak serendah yang kau pikirkan!" hardiknya memukul-mukul lengan Faza dengan sekuat tenaga. Seolah dengan itu, harga dirinya yang terluka dan perasaan terhina yang ia rasakan dapat hilang sekejap mata. 

Alih-alih melindungi diri dari amukan perempuan itu, Faza justru menariknya mendekat, memeluk pinggang perempuan itu hingga tak ada lagi kesempatan untuknya bergerak. 

Di saat seperti ini, Ashana seharusnya menarik diri dan menjauh. Namun, entah mengapa, berada dalam pelukan pria itu, amarahnya mereda untuk sesaat, berganti menjadi debaran hebat yang menggelitik perutnya.

Faza mengulum senyum, melihat sorot mata Ashana yang polos namun penuh binar, membuatnya menyadari satu hal.

Dibalik sosok Ashana yang selalu waspada dan keras kepala ini, masih ada sosok Ashana yang terlihat lugu, sosok yang dapat membuatnya jatuh cinta tujuh tahun lalu. 

Ia jadi bertanya-tanya, jika seandainya tak ada yang terjadi tujuh tahun lalu, akan seperti apa mereka sekarang?

Menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai atau dua orang asing yang saling meninggalkan? 

Menepis pikiran-pikiran di kepalanya, Faza mendekatkan wajah, melihat bibir ranum Ashana yang terbuka membuat hasrat liar dalam dirinya kembali menyala.

Pandangan Ashana mengikuti ke mana wajah Faza bergerak menelusuri sudut bibirnya. 

"Jadi, karena aku sudah mendengarkan semua aturanmu itu, shall we seal the deal with a kiss?"

Kedua mata Ashana mengerjap tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, tak tahu harus mengiyakan atau menolak. Otaknya tak lagi mampu untuk berpikir karena berada dalam jarak sedekat ini dengan Faza setelah tujuh tahun berlalu. 

Meskipun begitu, sepertinya tubuhnyalah yang mengambil kendali atas keputusan itu, karena ia tidak menghindar ataupun memberontak saat Faza memberinya satu kecupan lembut di pipi kirinya. 

"Jika kau tak menyukainya, inilah saat yang tepat untuk menarik diri dariku," bisik Faza dengan sensual tepat di bibirnya. Ashana tidak menjawab, melainkan memejamkan mata dan membiarkan Faza mengambil alih. 

Pria itu tersenyum dengan bangga, awal pagutan yang lembut berubah jadi memanas dalam sesaat. Tetapi kali ini, Ashana melakukannya dengan sukarela, sesuai dengan keinginannya sendiri. Atau setidaknya itulah yang Ashana pikirkan. 

Entah kapan pastinya Ashana mulai kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Padahal beberapa menit yang lalu, ia baru saja melayangkan aturan untuk tidak memaksanya.

Tapi ciuman ini bukan paksaan, pikirnya lagi. Sepertinya, Ashana sudah keliru dalam mengambil keputusan. Mungkin, pria ini, adalah salah satu hal yang ia butuhkan sekarang. 

Satu hal yang Ashana lupa perkirakan adalah tentang perasaannya sendiri, perasaan yang sempat dikuburnya dalam-dalam selama tujuh tahun terakhir dalam hidupnya.

Sentuhan-sentuhan pria itu, caranya dalam memperlakukan Ashana dan memeluknya dengan erat seperti sekarang jelas berhasil memicu kenangan dan perasaan yang sempat dilupakan itu. Seolah menarik Ashana ke permukaan kenyataan yang menyakitkan. 

Saat Ashana yakin ia akan kehilangan pijakannya, Faza meraihnya dan kembali mendudukkanya di kursi. Menjauhkan tubuhnya, ia menatap sosok Ashana yang bersemu merah setelah perbelitan lidah yang memabukkan itu.

Kedua tangannya memegang bahu Ashana, tersenyum lembut ke arah perempuan itu dengan mata yang terbelak indah. Ashana mengangkapnya sebagai sinyal kepuasan pria itu. 

"Hari ini cukup, melihatmu merespon semua sentuhanku sudah cukup membuatku yakin, ke depannya tak akan sulit bagi kita, ya kan?" katanya dengan bangga. Ia lalu berdiri dan merapihkan kerah pakaiannya yang kusut karena ulah Ashana tadi. 

Ashana mendongak dan menyentuh bibirnya sendiri, mencecap rasa yang tertinggal di sana. Melihat bibir Faza yang membengkak dan sedikit memerah juga cukup membuat Ashana puas. Lain kali, ia akan menggigitnya dengan lebih kuat. 

"Bersiaplah pukul 8 malam nanti, aku akan mengajakmu pergi ke pesta pernikahan temanku," kata Faza sambil berlalu pergi dari sana. 

"Apa? Hanya itu saja?" gumamnya merasa terluka. Apakah begini cara Faza memperlakukannya? Membuatnya seperti wanita simpanan yang diabaikan ketika pria itu puas lalu diajak pergi ke sebuah pesta sebagai bayaran? 

1
EsTehPanas SENJA
3 bulan itu bisa ketinggalan banyak gosip lho ses... percaya deh ses 😌😶
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang dudul jadi laki🤭 udah tahu masih cinta malah egois... 😌
〈⎳Mama Mia
sukurrrrr
〈⎳Mama Mia
enak amat punya teman km ginj
〈⎳Mama Mia
sapa lagi tuh
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣUmu⒋ⷨ͢⚤Ꮶ͢ᮉ᳟🤎§͜¢●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Kenangan dengan orang-orang yg kita cintai tidak mudah untuk dilupakan begitu saja walaupun sudah puluhan tahun terlewati
EsTehPanas SENJA
nah nah nah .... apa? masih cinta? 😳😧
EsTehPanas SENJA
hmmmm bapake ashana penyebabnya... 😳
〈⎳Mama Mia
sopo maneh sehhh
〈⎳Mama Mia
Si Asih tenar banget yakk /Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia
wooo bpk nya ternyata biangnya
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
huf menggantung banget 🥴
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
no comment bab inii 😳
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Kenapa sama nel, punyaku peran Mbok Asih juga sama 🤣🤣
EsTehPanas SENJA
hmmm iya yah... tapi bukan berarti langsung di tentang 🤔🤔🤔
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kau masih mencintainya Faza gitu ajaa nggak paham🙄
HK: Kudu disembur dulu kayaknya
total 1 replies
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
emang salah paham 😫😫
‎ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
kenapa tidak k nyaa bedaa font 🥴
✍️⃞⃟𝑹𝑨 ••iind•• 🍂🫧
Huh atau hah? 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!