NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:95
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32.

Beberapa saat kemudian, Yuki berpamitan, "Gua pulang dulu ya. Kalau kalian mau pulang, jangan lupa hubungin gua." Yuki menatap Yuna dan Yui sebelum berbalik menuju pintu.

"Lu tenang aja. Gua pulangnya gantian sama Yui. Gua juga nggak mungkin ninggalin Nana sendirian," jawab Yuna dengan santai.

Yui terkekeh sebelum menyeringai. "Iya, lu sok perhatian banget sama Nana. Udah kayak pacar sendiri aja." Ucapan itu membuat Yuna langsung menatap Yui tajam. Sementara itu, Yuki terdiam, sedikit kepikiran dengan kata-kata Yui.

Yuki menoleh, "Gua cuma nggak mau teman sekelas gua kenapa-kenapa," jawabnya datar, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Begitu Yuki keluar, Yuna langsung mendelik ke arah Yui. "Lu ngomong dijaga, anjir!"

"Maaf, gua nggak sengaja," jawab Yui, sedikit canggung.

"Udah-udah, kalian jangan ribut terus," sela Nana dengan suara lembut.

Nana kemudian menoleh ke Yui, matanya sedikit menyipit, seakan sedang mengamati sesuatu. "Lu suka sama Yuki?" tanyanya tiba-tiba.

Yui terbelalak. "Hah? Gua suka sama Yuki? Enggak lah!" serunya cepat, lalu mendecak. "Dia kan punya elu. Memangnya orang yang ada di depan gua ini udah tahu Yuki pacar lu, masih aja suka sama Yuki?" Ucapan itu jelas ditujukan pada Yuna, menyindirnya secara langsung.

Yuna mendengus sebelum menyeringai. "Eh, brengsek. Memangnya kenapa kalau gua suka sama Yuki? Lagipula, Nana tahu."

Yui sontak menoleh ke Nana dengan mata terkejut. "Lu nggak marah, Nana?"

Nana hanya tersenyum tipis. "Enggak. Nggak mungkin juga gua ngelarang orang yang suka sama Yuki, apalagi sahabat gua sendiri."

Yuna langsung merasa menang, sementara Yui masih menatap Nana dengan ekspresi tak percaya.

"Lu juga suka sama Yuki?" Nana kembali bertanya pada Yui.

Yui hanya diam, belum berani jujur.

Nana menatapnya dalam. "Dulu, lu yang bawa Yuki ke rumah sakit, kan? Saat dia dikeroyok anak-anak 1F."

Yui menegang. "Gimana lu bisa tahu?" tanyanya.

Nana tersenyum samar. "Lu ingat saat gua, Yuna, Keisuke, dan Naoki ketemu lu di depan lift? Saat itu kami mau lihat keadaan Yuki, dan lu juga baru keluar dari ruangannya, bawa bunga dan buah."

Yui menghela napas, lalu mengalihkan pandangan. "Gue cuma mau ngancem dia supaya nggak bilang kalau 1F yang ngeroyok dia," ucapnya pelan.

Nana tersenyum lebih lebar. "Kalau cuma mau ngancem, nggak perlu bawa bunga juga kan?"

Yui langsung salah tingkah. "Itu,,, itu cuma kebetulan aja!"

Yuna tertawa sinis. "Ngeles aja lu."

"Kenapa sih kalian maksa gua harus bilang suka sama Yuki?" tanya Yui, mulai kesal.

"Gua cuma pengen lu jujur," ucap Nana.

Yui terdiam cukup lama sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Oke. Gua emang suka sama Yuki. Sejak pertama kali ketemu dia, pas gua nitip pesan buat nantang lu di rooftop."

Nana menyeringai. "Sayang sekali, sekarang lu berteman sama gua. Kalau aja gua tahu sebelum kita berteman, gua udah hajar lu."

Yui terkekeh. "Mau duel sekarang buat rebutin Yuki?"

Nana mendengus, matanya kembali terlihat sayu. "Untuk apa? Sekarang yang ada di pikiran Yuki cuma Ayaka."

Ada jeda sejenak sebelum Nana berkata dengan nada yang lebih ringan, seakan bercanda, "Seandainya Yuki nggak hilang ingatan, gua rela minjemin Yuki ke lu."

Yui melotot. "Hah?! Emangnya Yuki barang, bisa dipinjemin?"

Nana tertawa. "Sahabat gua juga pernah minjem Yuki untuk semalam."

Yuna langsung memutar mata. "Apaan sih lu, Nana? Pake cerita segala."

Yui tampak syok. "Yuna minjem Yuki? Semalam? Ngapain aja?"

Yuna menatapnya santai. "Gua kasih keperawanan gua ke Yuki. Puas lu?"

Nana tertawa, sedangkan Yui langsung cemberut. "Curang. Jadi kalian udah ngelakuin itu sama Yuki?"

Yuna mengangkat bahu, sementara Yui menggumam. "Pokoknya kalau Yuki udah sembuh, gua mau minjem Yuki juga."

Yuna menyeringai. "Itu pun kalau Yuki suka sama lu."

Nana hanya tertawa, menikmati pembicaraan ini.

"Emangnya Yuki suka sama lu?" tanya Yui pada Yuna.

Yuna tersenyum penuh percaya diri. "Kalau Yuki nggak suka sama gua, dia nggak bakal mau tidur sama gua, lagipula gue ini sebenarnya udah jadi pacarnya Yuki juga"

Yui mendecak. "Narang lu"

"Yuna bener, Yuki sudah menganggap Yuna pacarnya juga", ucap Nana tersenyum.

"Kalau gitu gue perkosa Yuki, kalo dia nolak gue" ucap yui.

Mereka tertawa penuh kehangatan.

**

Sementara itu, saat malam tiba. Di apartemen, Yuki duduk di sofa, menunggu Ayaka pulang. Malam semakin larut, tetapi Ayaka masih belum juga datang. Yuki melirik ponselnya. Layar menunjukkan pukul 02:00 pagi, dan panggilannya ke Ayaka masih tak tersambung. "Kemana dia ya,,? Teleponnya juga nggak aktif," gumamnya, mulai merasa khawatir.

Kelelahan akhirnya membuatnya tertidur di sofa. Tak lama kemudian, pintu apartemen terbuka perlahan. Ayaka masuk dengan langkah pelan, tubuhnya berusaha tidak menimbulkan suara. Bajunya berlumuran darah, terutama di lengan kanannya.

Ia meringis, menekan luka tembak di lengannya, lalu berjalan ke lemari tempat ia menyimpan kotak obat. Saat hendak mengambilnya dengan satu tangan, kotak itu terjatuh, menimbulkan suara keras.

Yuki terbangun seketika. Matanya membelalak melihat Ayaka yang berdiri di sudut ruangan, berlumuran darah. "Sayang?! Kamu kenapa?!" tanyanya panik.

Ayaka tersenyum tipis. "Aku nggak apa-apa, sayang. Cuma luka sedikit."

Tapi saat Yuki mendekat dan melihat lebih jelas, wajahnya langsung tegang. "Ini,,, ini luka tembak?! Kita ke rumah sakit sekarang!"

"Nggak perlu, sayang. Kita obati di sini aja," Ayaka menahan Yuki.

"Tapi,,,,"

"Aku bisa mengobatinya sendiri, tapi kamu bantu aku."

Yuki akhirnya mengangguk, meski ragu. Ia membantu Ayaka duduk di sofa, lalu mengambil kotak obat yang berantakan di lantai."Gimana caranya, sayang?" tanyanya.

"Pertama, kita harus keluarkan dulu pelurunya."

Mata Yuki membelalak. "Kamu yakin?"

Ayaka mengangguk dan menyerahkan alat penjepit medis pada Yuki. Yuki menelan ludah, tangannya sedikit gemetar saat menjepit peluru itu.

Tiba-tiba, Ayaka menggenggam tangannya dengan erat dan 'Tarik!'

Ayaka menjerit tertahan, peluru berhasil dikeluarkan.

"Sekarang bersihkan pakai antiseptik," ucapnya lemah.

Saat Yuki sedang membersihkan lukanya, Ayaka berbisik, "Sayang, tolong jangan tanya apa yang terjadi padaku."

Yuki terdiam, lalu mengangguk. Setelah membalut lukanya, Yuki menarik Ayaka ke dalam pelukannya.

"Terima kasih, sayang,," bisik Ayaka, suaranya bergetar.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!