Dusk Till Dawn

Mas Shaka dan Bella menikmati kunjungan mereka di Jepang, tidak terasa dua pekan telah berlalu, selama rentang waktu tersebut, Bella banyak berubah, tidak hanya dari sikapnya yang lebih ceria, ia juga menjadi gemuk.

Dua pekan ini adalah batas waktu mereka mengunjungi Kyouto. Senin mereka harus segera terbang ke tanah air.

Di Kyoto, Bella benar benar seperti putri bangsawan, ia tidak mengerjakan perjalanan rumah sedikitpun, hanya menghabiskan waktu dengan hal hal yang ia sukai, seperti berjalan jalan dan belanja bersama suaminya. Bella juga mendapat banyak hadiah di hari ulang tahunnya kali ini, ia mendapatkan beberapa set perhiasan dari Nenek Hima, membuatnya seperti pengantin baru.

Bella memanggil pelayan dari meja makan, untuk memasak sesuatu untuknya.

Mas Shaka selesai membantu kakek Midori menanam bonsai ia mencari istinya dikamar tapi tidak menemukan, akhirnya ia mencari ke dapur, Bella sedang lahap makan semangkuk udon.

Keduanya saling menatap, lalu tertawa bersamaan. Mas shaka ikut duduk ia menemani istrinya menghabiskan makanannya.

Sore harinya Nenek Hima dan Kakek Midori keduanya saling melirik ke arah Bella dengan sedikit tertawa

Bella hanya tersenyum, ia masih mengunyah moci di mulutnya.

"Kakek Midori dan Nenek Hima, kunjungan kali ini akan berakhir besok." Kata Shaka.

Kakek Midori dan Nenek Hima mereka berdua terlihat sedikit sedih, menanti perpisahan pasangan tersebut.

Ditengah malam, Bella berulang kali menggoyangkan tubuh suaminya, badannya terasa begitu panas.

Mas Shaka terbangun, ia duduk memeriksa istrinya.

"Ada apa?." Tanya Mas Shaka, ia meraih tangan Bella.

"Panas." Ucap Bella.

Mas Shaka menyentuh kening Bella, tapi dia tidak deman, hanya mengeluh panas. Sampai keesokan harinya, Bella terlambat bangun karena semalam mengeluh panas dan tidak bisa kembali tidur dengan nyenyak.

Nenek Hima masuk ke kamar, ia mendapati cucunya masih terlelap, padahal hari ini mereka akan di antar ke bandara.

"Kirihime chan... Kirihime chan?." Ucap Nenek Hima.

Bella sedikit membuka matanya, ia melihat Nenek Hima dengan wajah cemas.

"Doo Shimasintaka?." Tanya Nenek Hime.

Bella mengeluh semalaman merasa panas, di pagi harinya ia merasa selalu lesu.

"Apakah kamu mual?." Tanya kembali Nenek Hima.

"Iie... ."

Nenek Hima membiarkan Bella kembali untuk istirahat, ia keluar dari kamar menjelaskan keadaan Bella pada yang lainnya.

Sekitar satu jam berlalu, Bella bangkit dari tidurnya ia melihat hanya ada dua pelayan yang sedang beberes dan Nenek Hima yang duduk membaca majalah.

Nenek Hime mengatakan bahwa Mas Shaka dan Kakek Midori sedang menjemput ayah Bella, Tuan Takahashi Hijita.

Mata Bella terkejut mendengar hal ini, kemudian duduk di dekat Nenek Hima.

"Hari ini Nenek akan membawamu ke dokter." Ucap Nenek Hima, ia melihat ke arah Bella sambil menyuruh Bella bersiap siap.

Bella hanya bisa menurut, begitu sampai ia baru protes karena membawa dirinya menemui dokter Obgyen.

Setelah melakukan mendaftar dan melakukan tensi secara mendiri dengan mesin, tiba giliran mereka mendapat giliran menemui dokter Obygen, yang ternyata adalah teman dari Nenek Hima, ia bernama dokter Takae ia juga fasih menggunakan bahasa Indonesia.

Dokter menyuruh Bella untuk melakukan tes Ultrasonografi, Dokter Takae dengan serius melihat layar, Bella diam menunggu hasil, sambil menengok berdoa di dalam hatinya.

Dokter mengangguk ia menjelaskan hasil pemeriksaan sambil menunjukkan layar hasil USG, dan hasilnya adalah Bella telah hamil dan diperkirakan usia kehamilannya mendekati 7 Minggu.

Tentu hal itu menjadikan kabar paling bahagia, Dokter Takae juga menjelaskan jika hasil USG menunjukkan dua janin kecil, Bella mengalami kehamilan kembar, Dokter juga tersenyum memberikan arahan jika Bella tidak boleh terlalu banyak makan, menghindari daging setengah matang, dan istirahat yang cukup.

Setelah selesai pemeriksaan, Dokter Takae juga menyarankan agar Bella menunda perjalanannya ke Indonesia, karena dia masih di trimester pertama, dan sangat rawan terjadi keguguran.

Dengan hasil USG dan Vitamin di tangan, Bella dan Nenek Hime pulang ke rumah, di perjalanannya tanpa di sadari keduanya menangis haru.

Sambil menyetir mobil, Nenek Hime merencanakan sebuah kejutan untuk memberi tahu kabar gembira ini pada Mas Shaka dan yang lainnya.

Sesampainya di rumah, mereka menyiapkan sebuah pesta kecil untuk memberi kejutan.

Ia juga mengatur kamera untuk merekam momen ini.

Dua pelayan sibuk memasak hidangan yang lezat. Menjelang sore saat Bella selesai bersiap siap ia mendengar mobil datang. Ia segera sekali lagi bercermin, melihat penampilan dirinya.

Mas Shaka memasuki beranda rumah, di sertai Kakek Midori dan Ayahnya.

Mereka begitu terkejut, suasana rumah mendadak seperti acara pesta.

"Apa ini untuk menyambut diriku." Ucap Tuan Hijita.

"Entahlah... ." Balas Kakek Midori.

Sama halnya dengan mereka berdua, Mas Shaka juga sedikit bingung, tapi mereka di persilahkan oleh dua pelayan untuk menuju duduk.

Nenek Hime juga sudah duduk di sana, Tuan Hijita melirik sekitar, saling menatap satu sama lain.

"Dimana Bella?." Tanya Tuan Hijita.

Tidak lama kemudian Bella datang, ia terlihat begitu cantik dengan kimono hijau toska, rambutnya kali ini dibiarkan terurai dengan hiasan di sisi rambutnya.

"Kawaiii.... ." Puji Kakek Midori, ia juga menyiku tubuh putranya untuk memuji cucunya.

"K.k.kawai." Ucap Tuan Hijita, kaku.

Mas Shaka juga di siku oleh Ayah mertuanya untuk ikut memuji putrinya.

"CANTIKKK!!." Ucap Mas Shaka spontan.

Setelah itu Bella memberikan mereka sebuah kotak, ketiganya disuruh untuk membuka.

"Dalam hitungan ketigaa.... Ichiiii... Niii.... Sannn!."

Kotak kecil itu di buka, didalamnya terdapat amplop. Setelah di buka mereka masih bingung, sampai mereka menyadari secara bersama.

"Aku hamil." Ucap Bella, "Akan ada dua calon anggota Keluarga Takahashi."

Suasana langsung berubah riuh dengan rasa haru bersama, Tuan Hijita, Ayah Bella yang dingin terlihat begitu emosional untuk pertama kali setelah sekian lama ia memeluk putri semata wayangnya.

Mas Shaka menangis, apalagi Kakek Midori ia langsung mengangkat segelas sake sebagai ungkapan syukur.

Mereka kemudian makan bersama, suasana begitu hangat, Kakek Midori dan Ayahnya yang begitu bersemangat sudah terlalu mabuk, Nenek Hima juga hanya tertawa melihat tingkah suami dan putranya.

Sebagai seorang muslim, Bella dan Mas Shaka hanya menikmati segelas susu, sambil mengobrol bertiga dengan Nenek Hima, setelahnya mereka kembali ke kamar masing masing.

Di kamar, Mas Shaka mengelus perut istrinya, ia begitu bahagia sambil terus menciumi sang istri. Mereka juga berdiskusi akan menunda perjalanan pulang mereka.

Mereka juga tidak luput memberi kabar kepada anggota keluarga yang lain, lewat ponsel.

Hati Bella begitu bersyukur, tidak mudah untuk mendapatkan senyum hari ini, ia harus menghadapi banyak jalan terjal, dan berusaha sekuat tenaga menepis trauma dalam dirinya. Tangis Bella pecah, kali ini bukan tangis sedih namun, tangis bahagia yang tercurahkan.