"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Arthur masih menatap luka bekas cakaran dan gigitan di bahu dan punggung nya saat ini namun terbersit senyum manis di bibir Arthur yang jarang sekali orang lain lihat bahkan bisa dibilang langka karena yang sering ia perlihatkan adalah tawa lepas saat dirinya berhasil melumpuhkan lawan nya.
Emilia masih belum bangun setelah digempur habis-habisan oleh Arthur di malam pertama nya itu.
Antara lelah dan sakit yang membuat wanita itu tidak kunjung bangun dari alam mimpinya.
Tubuhnya terasa remuk redam, bahkan jika disuruh memilih antara berkelahi dan melakukan malam pertama dia lebih memilih berkelahi.
Karena sakit yang dia dapatkan dari sebuah perkelahian masih bisa membuat dia merasa bangga terhadap pencapaian nya saat itu, tapi sakit karena malam terlarang seperti yang ia rasakan saat ini membuat jiwa dan raganya hancur.
Arthur sudah keluar dari dalam kamar mandi saat melihat Emilia masih terlelap di atas ranjang nya.
Arthur buru-buru masuk kedalam walk-in closed untuk memakai pakaian nya. Dia tidak membangunkan Emilia atau mengganggu tidur dari singa betina yang sudah memporak-porandakan jiwa dan raganya bahkan bekas cakaran tersebut akan Arthur abadikan lewat sebuah foto di ponselnya.
Arthur sudah selesai menggunakan pakaian lengkap seperti biasanya yang selama ini selalu berpenampilan formal, karena Arthur dituntut untuk selalu siap dalam keadaan apapun.
Saat itu dia langsung bergegas pergi meninggalkan kamar utama untuk mengecek kondisi rumah dan juga Valeria.
Jangan berharap akan terjadi seperti cerita di dalam novel dimana setelah percintaan dimalam pertama akan ada perlakuan manis dari pasangannya itu. Entah itu soal menyiapkan air hangat untuk berendam dengan taburan kelompok bunga di dalam bathtub-e atau pun dibantu oleh pasangan pria saat wanita nya kesulitan untuk berjalan karena rasa sakit di area sensitif nya.
Emilia justru bangun dari tidurnya dengan umpatan dan sumpah serapahnya, karena Arthur bahkan sudah tidak ada di dalam kamar ditambah lagi dia merasa kesakitan saat akan berjalan menuju kamar mandi dan dia harus berjuang sendiri untuk bisa sampai di dalam kamar mandi dan menyiapkan air hangat sendiri untuk merendam tubuhnya yang terasa begitu remuk redam.
"Bajingan!! Pria terkutuk! Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab setelah mendapatkan enaknya dia pergi begitu saja pantas saja tidak laku dasar kutu busuk!!! Gembala mesum."ucap Emilia yang kini berteriak-teriak di dalam kamar mandi.
Sementara Arthur tidak tau soal itu, dia masih fokus pada pekerjaannya sambil memperhatikan Valeria yang kini masih terlihat baik-baik saja.
Arthur semakin dibuat penasaran dengan Valeria yang kini terlihat baik-baik saja dan prilakunya seperti saat Emilia merawatnya dan bahkan jauh lebih baik dari itu.
Hari ini rencananya Arthur akan terbang ke California untuk memastikan secara langsung bagaimana kondisi adik satu-satunya itu saat ini.
Sampai saat Austin tiba di ruangan pribadinya dan melaporkan sesuatu pada Arthur tentang jejak penemuan bahwa ada seorang pria paruh baya yang menemukan seorang bayi perempuan dijalan yang sepi.
"Dimana pria itu saat ini segera lakukan pengecekan sekarang juga."ucap Arthur yang kini terlihat sangat berharap bahwa bayi balita itu benar-benar putrinya dan dia dalam keadaan baik-baik saja.
Austin pun langsung meminta anak buahnya untuk memastikan semuanya itu. Dan Arthur terlihat mondar-mandir hingga saat pintu di terobos oleh wanita yang tadi pagi ia tinggalkan di dalam kamarnya.
Ya, siapa lagi jika bukan Emilia yang berani melakukan hal itu."Ada apa?"tanya Arthur.
"Aku lapar tapi tidak kunjung menemukan dapur."ucap Emilia yang kini terlihat memalingkan pandangannya tidak biasanya.
Jika tadi wanita itu berani mengumpat dan bahkan mengutuk Arthur maka saat ini keberanian itu seakan telah menghilang dan yang ada hanya rasa malu yang tidak tertahankan saat dia bertemu dengan pria yang sudah mengambil mahkota nya itu.
Emilia teringat dengan kelembutan sikap Arthur yang telah memporak-porandakan jiwa raganya semalam.
Arthur pun bangkit dan menghampiri Emilia lalu menatap lekat wajah cantik yang kini semakin terlihat bercahaya."Ayo ikut aku."ucap Arthur yang membawa Emilia menuju sebuah ruangan yang cukup luas Arthur pun menunjukkan sebuah dapur yang super mewah dengan kitchen set yang luas dan super mewah Arthur pun menunjukkan sebuah tombol dan Emilia menekan tombol tersebut hingga kitchen set itu menjadi transparan dan semua perabot dapur lengkap pun terlihat di setiap kabin penyimpanan tidak hanya itu keran wastafel pun muncul bersama dengan kompor yang membuat Emilia begitu takjub.
"Semua sudah lama tidak digunakan tapi tenang saja semua bersih dan aman untuk digunakan. Sementara untuk bahan makanan semua tersedia di lemari penyimpanan dan kamu tempelkan telapak tangan mu di sana agar kamu bisa mengambil bahan-bahan makanan."ucap Arthur.
Emilia masih terdiam hingga beberapa detik kemudian ia pun berjalan menghampiri dinding yang ditunjuk oleh Arthur.
Dan benar saja saat dia menempelkan telapak tangannya di sana semua berubah transparan dan itu adalah sebuah lemari es berukuran besar dengan segala macam bahan makanan tersedia di sana dan Emilia pun membuka pintu kulkas tersebut lalu mengambil beberapa bahan makanan dan bumbu yang lengkap seperti menu yang akan dia buat itu.
Semua terkumpul di atas meja kitchen set tempat di samping kompor dan wastafel tersebut.
"Apa itu masih sakit, cara berjalan mu sungguh aneh?"tanya Arthur.
Emilia langsung menghentikan pergerakan tangannya namun dia tidak menatap Arthur ataupun menjawab pertanyaan dari pria itu.
Hingga seseorang datang lalu berkata."Wah sepertinya ada koki baru disini."ucap Erdogan yang kini datang sambil menggendong Zabella yang tampak kurus diikuti puluhan anak buahnya.
"Kau."ucap Arthur yang kaget.
"Makanya jangan terus fokus pada satu titik dalam hidup mu, kau sudah terkecoh berulang kali Don."ucap Erdogan yang kini menatap kearah Emilia dengan tatapan memuja.
"Oh baby daddy pikir kau tidak akan kembali."ucap Arthur yang kini mengambil alih putrinya dari tangan Erdogan.
"Zabella."ucap Emilia yang kini tersenyum manis pada balita yang sudah hampir tiga minggu menghilang.
"Mommy..."panggil Zabella yang kini terlihat sangat memprihatikan entah siapa yang telah berani menculik dan membuang balita yang kini berusia 32 bulan itu.
"Kemarilah sayang ku."ucap Emilia yang baru saja mencuci tangan.
"Zabella sama mommy kalau begitu biar daddy saja yang masak."ucap Arthur yang kini menyindir wanita yang tadi bilang lapar.
"Tidak biar aku saja."ucap Emilia lembut.
Erdogan pun bisa merasakan kecanggungan diantara mereka saat ini.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Emilia sibuk memasak sementara Arthur membawa putrinya itu untuk diperiksa oleh dokter karena kondisinya yang terlihat sangat memprihatikan saat ini.
Dan benar saja, gadis kecil itu mengalami gangguan pada pencernaan dan pernafasan nya itu, mungkin karena dia tidak dirawat dengan baik dan terakhir terlunta-lunta di jalanan sungguh sangat miris.
Arthur pun mengepalkan tangannya dengan sangat erat hingga rahang kokoh itu menegang Arthur sudah tidak tahan dengan kekacauan yang terjadi saat ini.
"Akan ku habisi mereka semua hingga mereka menjadi abu dengan tangan ku sendiri."ujar Arthur yang kini sangat murka.
"Nenek mu meninggal dunia beberapa hari yang lalu setelah dia mengalami kecelakaan maut terjatuh ke laut."ucap Erdogan yang sebenarnya telah menghabisi monster lansia itu dengan tangannya sendiri.
Erdogan bergerak cepat setelah dia tau siapa dalang dibalik penyerangan itu. Dan saat dia tau dimana lansia itu tinggal saat itu juga Erdogan melakukan penyerangan terhadap lansia itu dan dengan tangan nya sendiri Erdogan menghabisi wanita keji itu tanpa ampun bahkan pria tampan itu membuang jasadnya ke laut.
Erdogan sengaja melakukan hal itu sendirian tanpa ijin dari Arthur agar pria itu tidak disalahkan oleh Edison.
Erdogan pun menjelaskan bahwa semua yang terjadi pada Valeria masih ulah dari wanita tua itu yang menginginkan Valeria mati secara perlahan dan Irena adalah tangan kanannya.
Arthur pun hendak pergi untuk mencari keberadaan wanita itu, namun Emilia menghadang langkahnya."Makanan sudah siap."ucap Emilia yang masih menundukkan pandangannya.
Arthur pun terpaksa mengikuti Emilia disusul oleh Erdogan dan Austin yang kini berjalan beriringan menuju meja makan.
Emilia langsung mengambil makanan miliknya tanpa peduli dengan yang lainnya dia pun menyantap makanan tersebut hingga baru satu suap sendok kedua sudah berpindah ke mulut Arthur yang kini mengunyah makanan tersebut tanpa rasa bersalah sama sekali.
Tapi hanya beberapa detik kemudian Arthur tersadar akan sesuatu yang tidak biasanya. dia bahkan memastikan hal itu namun tetap sama.
Arthur pun menarik Emilia dan membawa wanita itu keatas pangkuannya lalu berkata."Kita makan berdua dan kau suapi aku."ucap Arthur tegas.
Emilia tidak menolak untuk menyuapi Arthur makan tapi tidak dengan dirinya yang kini menghentikan makanya dan menunggu Arthur selesai makan baru dia akan makan.
Sementara Arthur kini heran kenapa Emilia tidak kunjung makan.
"Kenapa kau tidak makan?"tanya Arthur.
"Bagaimana aku bisa makan sedang kau memintaku untuk menyuapi mu."ucap Emilia
"Bukankah bisa bergantian."ucap Arthur lagi.
"Tidak bisa silahkan kamu duluan."ucap Emilia.
Arthur pun kembali menerima suapan tersebut, sementara Erdogan sedari tadi mencuri pandang terhadap Emilia yang terlihat semakin cantik.
Sampai saat Arthur menyudahi makannya dia pun membiarkan Emilia untuk melanjutkan makan siang nya.
"Kalian berdua jaga putriku sampai aku datang."pinta Arthur pada kedua pria yang kini ada di sampingnya.
"Baik Don."jawab keduanya serempak.
Mereka pun langsung bergegas menuju ruang perawatan Bianca sementara Emilia kini makan sambil menundukkan kepalanya.
"Apa masih sakit?"ujar Arthur tanpa ragu.
"Hmm.."balas Emilia.
"Untuk satu minggu kedepan kau bisa beristirahat dan jangan melakukan aktivitas apapun. Aku akan pergi untuk beberapa minggu kedepan dan ingat janga dirimu baik-baik"ucap Arthur.
"Hmm..."lirih Emilia yang kini masih menikmati makan siang nya.
"Apa tidak ada jawaban lainnya selain hmm...?"ucap Arthur yang kesal.
"Aku sedang makan tuan gembala."ucap Emilia yang kini berusaha untuk bersikap seperti biasanya padahal dia benar-benar sangat canggung setelah apa yang terjadi pada mereka semalam.
"Baiklah selesaikan makan mu dulu setelah itu kita bicara."ucap Arthur yang kemudian dijawab dengan anggukan.
Tidak lama kemudian Emilia selesai dengan makan siang nya, dan seseorang muncul dari balik dinding dan mengambil semua piring kotor dan membersihkan meja.
"Dia adalah robot tukang bersih-bersih jadi tidak ada pelayan disini jika ingin masak bisa lakukan sendiri."ucap Arthur yang menjawab pertanyaan Emilia yang belum sempat terucap itu.
"Aku tidak melihat kerbau mu, dimana mereka? Oh iya sebaiknya kamu berhati-hati dengan mereka yang ternyata banyak kerbau penyusup."ucap Emilia yang mengatakan apa yang ia lihat saat itu.
"Mereka sudah mati,dan yang ada di sekitar kita nanti hanya ada pengawal setia."ucap Arthur yang membuat Emilia membulatkan matanya.
"Kamu bisa berkeliling di sekitar rumah ini semua aman, tapi ingat jangan pernah berfikir untuk pergi dariku karena tidak akan ada kesempatan untuk itu."ucap Arthur yang membuat Emilia mendengus kesal.
"Jangan lupa hubungi aku jika kamu rindukan aku di ruangan yang tadi kamu masuki adalah ruang kerja ku dan kamu bisa gunakan alat komunikasi yang ada di sana. Tapi ingat jangan coba-coba menghubungi siapapun karena dengan begitu kau akan memancing musuh untuk datang ke tempat ini."ucap Arthur.
"Si siapa juga yang akan merindukan mu."ucap Emilia yang kini memalingkan wajahnya.
"Benarkah aku tidak percaya itu."ucap Arthur yang kini meraup bibir Emilia dengan sedikit gigitan kecil di bibir manis itu agar Emilia membalas ciuman mereka.
Sampai Arthur puas barulah ia bangkit dan meninggalkan Emilia di meja makan tersebut.
"Dasar mesum."ucap Emilia yang kini bangkit dan pergi meninggalkan ruangan tersebut menuju teras rumah yang luas itu.
"Bagaimana bisa dia juga memiliki Pulau pribadi lainnya darimana kekayaan yang dia dapatkan sementara dia tidak pernah pergi bekerja."ucap Emilia yang tidak tau bahwa saat ini Arthur pun akan melakukan perjalanan bisnis gelapnya itu.
"Don semua sudah siap, kita sudah ditunggu oleh mereka ucap Austin yang kini berjalan menghampiri Arthur yang sudah menggunakan jas kebesarannya.
Pria tampan dan gagah perkasa itu kini berjalan menuju jet pribadi miliknya yang sudah siap untuk berangkat bersama Erdogan dan Austria.
Sementara anak buahnya menggunakan helikopter menuju Texas.
"Pastikan rumput liar ku baik-baik saja saat kita tidak ada di sana."ucap Arthur.
"Baik Don."ucap Austin yang bertanggung jawab untuk keamanan setiap pulau pribadi milik Arthur.
Sementara itu Emilia kini tengah berdiri di samping pohon kelapa sambil menatap ombak yang datang sili berganti.
Wanita itu kini hanya sendiri di Mansion megah yang dikelilingi oleh keindahan yang tidak pernah ia duga sebelumnya entah siapa yang mendesain rumah megah itu dengan keindahan sepanjang mata memandang itu.
Terdapat banyak pepohonan rindang serta bunga-bunga yang tumbuh berjajar rapi dan bermekaran seakan tempat itu memiliki banyak pelayan yang akan mengurus semuanya itu.