dayn seorang anak SMA intorvert yang memiliki pandangan hidup sendiri itu lebih baik daripada berinteraksi dengan orang lain, tapi suatu hari pandangan hidupnya berubah semenjak bertemu dengan seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama, dan disinilah awal mula ceritanya dayn merubah pandangan hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamdi Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan yang sangat berat
Aku masih duduk di bangku tua di belakang sekolah, tempat yang selalu menjadi pelarianku. Sejak Rika mengungkapkan perasaannya tadi pagi, pikiranku terus berkecamuk. Kata-katanya—"Aku suka kamu, Dayn."—membuat segalanya berubah.
Aku mencoba menenangkan diri sambil memandangi ponselku yang menyala, menampilkan anime yang tak benar-benar kutonton. Aku ingin menjawab perasaannya, tapi… apa perasaanku terhadap Rika benar-benar sama?
Langkah kaki mendekat membuatku mengangkat kepala. Rika muncul dari balik pohon, kali ini tanpa senyum ceria yang biasanya menghiasi wajahnya.
“Dayn,” panggilnya pelan, berdiri beberapa langkah di depanku.
Aku duduk tegak. “Rika…”
Dia menghela napas sejenak, lalu melangkah mendekat dan duduk di bangku di sebelahku. “Aku nggak mau memaksa, tapi aku harus tahu. Kamu sempat mikirin soal yang aku bilang tadi?”
Aku menggenggam ujung ponselku, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku… iya, aku mikir soal itu, Rika. Aku cuma…”
“Kalau kamu nggak suka sama aku, nggak apa-apa,” katanya cepat, mencoba terdengar tenang meski suaranya sedikit gemetar. “Aku cuma mau kamu jujur.”
Aku menatapnya. Wajah Rika penuh harapan, tapi aku juga bisa melihat ketakutan di matanya. Aku mengambil napas dalam-dalam.
“Rika, aku…”
Sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, suara langkah lain terdengar. Kami berdua menoleh bersamaan dan melihat Meira berjalan mendekat dengan senyum santainya.
“Oh, kalian di sini. Aku kira Dayn masih sendiri,” katanya sambil melambaikan tangan.
Rika langsung memasang ekspresi tegang. “Meira, kenapa kamu ke sini?”
Meira mengangkat bahu. “Aku cuma mau ngobrol sama Dayn. Ada hal penting yang mau aku bahas.”
Rika menyipitkan matanya curiga. “Ngobrol apa?”
Meira menoleh ke arahku. “Dayn, boleh sebentar? Aku janji nggak lama.”
Aku melirik Rika, yang tampak tidak senang. Tapi Meira menarik tanganku lembut, memaksaku berdiri.
“Sebentar aja, Rika,” kata Meira sebelum Rika sempat memprotes.
Aku akhirnya mengikuti Meira, meski merasa tidak nyaman meninggalkan Rika begitu saja. Kami berjalan ke sisi lain pohon besar, cukup jauh untuk tidak terdengar, tetapi masih berada di belakang sekolah.
“Ada apa, Meira?” tanyaku bingung.
Meira tampak canggung sejenak, memainkan ujung rambutnya. “Hmm… aku, uh… sebenarnya nggak ada yang penting banget.”
Aku menatapnya tidak percaya. “Jadi kenapa kamu bilang ada yang penting?”
Dia tertawa kecil, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Ya, aku cuma mau ngomong aja. Kamu jarang ngobrol sama aku akhir-akhir ini. Aku pikir, ini kesempatan bagus.”
"Hah bukannya kita sering ngobrol ya bahkan hampir setiap hari di belakang sekolah"ucapku bingung kepada Meira.
"Hahaha...,iya juga ya"ucap meira yang terlihat bingung dengan apa yang diucapkannya sendiri.
Aku menghela napas, merasa ada sesuatu yang janggal. Tapi sebelum aku bisa bertanya lebih jauh, suara Rika memanggil dari belakang kami.
“Meira, apa-apaan ini?”
Aku dan Meira menoleh bersamaan. Rika berdiri dengan tangan di pinggang, menatap Meira dengan tatapan tajam.
“Kenapa kamu sengaja bawa Dayn pergi pas aku lagi mau ngomong sama dia?” tanyanya dengan nada kesal.
Meira mencoba tersenyum santai. “Aku nggak sengaja, kok. Aku cuma mau ngobrol sebentar. Lagian, kan Dayn belum kasih jawaban apa-apa.”
"Ehh...jangan jangan...,kamu tau aku ngungkapin perasaanku ke dayn?"ucap Rika tegas.
Meira pun hanya mengangguk, tapi pandangannya tetap tajam kepada Rika.
"Bagaimana kamu bisa tau?"ucap Rika tegas dengan pandangan yang tidak kalah tajam.
"Itu tidak penting kan, mau dari mana aku tau tentang kamu yang ngungkapin perasaan ke dayn"ucap meira tegas.
Rika melangkah mendekat, berdiri di antara kami. “Meira, kalau kamu cuma nganggep Dayn teman, kenapa kamu kelihatan seperti sengaja menghalangi?”
Meira tersentak, tetapi dia cepat menguasai dirinya. “Aku nggak ngerti maksudmu. Aku cuma… nggak mau kamu bikin Dayn tertekan. Dia butuh waktu untuk mikir.”
“Bukan kamu yang harus ngatur waktu Dayn,” balas Rika tajam. “Aku mau dengar jawabannya sekarang.”
Aku berdiri di sana, terjepit di antara dua orang yang kini tampak seperti sedang berperang dingin.
“Dayn,” panggil Rika sambil menatapku penuh keyakinan. “Tolong jujur sama aku. Aku nggak mau terus seperti ini.”
Meira segera menyela. “Dayn, jangan buru-buru. Kita bisa bahas ini lain kali. Kamu nggak harus jawab sekarang.”
Aku menatap mereka berdua, merasa semakin tertekan. Meira terlihat seperti ingin melindungiku, tetapi Rika menatapku dengan mata penuh harapan dan ketulusan.
“Rika… Meira…” Aku mencoba berkata sesuatu, tapi kata-kataku terhenti. Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semua ini.
Flashback
Meira sebenarnya mendengar pengakuan Rika kepada Dayn tadi pagi secara tidak sengaja. Dia sedang melintasi lorong kelas dekat belakang sekolah, ketika mendengar suara Rika memanggil Dayn. Awalnya, Meira tidak bermaksud mendengarkan, tetapi langkahnya terhenti begitu mendengar nada serius dalam suara Rika.
“Dayn, aku suka kamu.”
Kata-kata itu menghentikan Meira di tempatnya. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Dia memutuskan untuk segera menjauh, tetapi sejak saat itu, pikirannya terus dipenuhi oleh rasa tidak nyaman.
Kembali ke masa kini
“Dayn,” Rika memanggil lagi, suaranya lebih lembut. “Aku nggak peduli siapa yang ada di sini. Aku cuma ingin tahu bagaimana perasaanmu.”
Meira menoleh dengan pandangan tegas. “Dayn, kamu nggak harus menjawab sesuatu yang belum jelas. Jangan biarkan orang lain memaksamu.”
Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Keheningan menggantung di antara kami bertiga, membawa ketegangan yang semakin sulit diabaikan.
Aku tahu, apa pun yang kukatakan sekarang akan mengubah hubungan kami selamanya.
Eps 13 bersambung....