Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Curhat
Malam itu semua orang terlihat tak bergairah, hanya Marni satu-satunya orang yang selalu ceria di rumah itu. Suaranya yang merdu saat ia bersenandung terdengar nyaring hingga ke ruang tamu.
Surti dan Paijo saling berpandangan.
"Aku kok merinding kalau denger Marni nyanyi ya," ucap Surti bergidik
"Hmm," suara Paijo membuat Surti langsung diam
"Terus apa rencana mu selanjutnya Mar?" tanya Paijo
"Entahlah, aku juga masih berpikir," jawab Amar
Tidak lama Marni keluar, dengan senyuman manis ia mengajak suami dan mertuanya makan.
"Makanannya sudah siap, mari makan," ucapnya lirih
Amar segera bangun mengikuti Marni menuju ke ruang makan, diikuti Surti dan Paijo.
Malam itu Marni memasak ayam bakar dengan capcay. Sebagai menantu Marni memang nyaris sempurna, selain jago masak ia juga rajin bebenah. Kalau masalah cantik dan prilakunya Marni lebih dari sempurna.
Suasana canggung begitu terasa di meja makan. Sunyi, karena tak ada seorangpun yang berbicara. Semuanya tampak menunduk menikmati makanan mereka.
"Dek, kalau boleh tahu kenapa suami dulu meninggal?" ucap Amar tiba-tiba membuat wajah Marni berubah tegang
"eh itu, suamiku meninggal karena serangan jantung,"
Jawaban Marni membuat Surto seketika tersedak, Paijo bahkan buru-buru mengambil segelas air putih untuknya.
"Pelan-pelan toh bu kalau makan, jadi keselek kan?"
Marni melirik kearah Surti membuat wanita itu langsung memalingkan wajahnya.
Sorot matanya sangat menakutkan, ucap Surti dalam hati.
Melihat ketegangan antara Istrinya dan sang ibu Amar kembali mencairkan suasana dengan pertanyaan lain.
"Apa jasadnya membiru?" tanyanya lagi
"Aku tidak tahu mas, soalnya aku itu kan penakut jadi aku tidak berani melihat jenazah almarhum suamiku, semuanya aku tidak lihat,"
Jawaban Marni yang sangat berbeda dengan keterangan keluarga suaminya membuat Amar mulai yakin jika ada yang disembunyikan oleh istrinya itu.
Ia tahu benar jika suami Marni meninggal dimalam pertama pernikahan mereka, dengan jasad yang membiru seperti orang keracunan.
jawaban Marni membuat Amar tak bisa tidur, beberapa kali ia menatap kalender yang terpasang di dinding kamarnya.
"Besok sudah hari Senin, lalu selasa kliwon!"
*********
Pabrik Gula tempat Amar bekerja
Hari Senin Amar mulai bekerja setelah cutinya selesai.
"Cie pengantin baru, kok manyun aja dari tadi, kenapa si Mar?" tanya Ruri sahabat Amar
"Kerjaan numpuk," jawab Amar dengan malas
"Ya biasa lah namanya juga akhir bulan, ditambah lo abis cuti ya udah nambah numpuk. Ngomong-ngomong gimana malam pertama mu, pasti seru dong, secara Marni itu udah janda tiga kali," celetuk Ruri
"Apaan sih!" sahut Amar dengan wajah kesal
"Sudah, jangan ganggu Amar, biarkan dia kerja," ucap Damar menarik Ruri menjauhi meja kerja Amar
"Kenapa sih!" seru Ruri berusaha melepaskan diri
"Sudah jangan ganggu dia, kamu gak liat apa mukanya kusut gitu, pasti dia lagi banyak masalah," tandas Damar
"Mukanya Si Amar itu kusut bukan karena banyak masalah tapi karena dia kebanyakan lembur. Maklumlah secara dia kan pengantin baru, jadi sudah pasti tiap malam dia lembur, makanya kusut tuh muka karena kurang tidur!" sahut Ruri
"Iya kalau beneran sering lembur, gimana kalau malah belum melakukan sama sekali. Asal lo tahu orang kalau kebutuhan biologisnya terpenuhi auranya itu berseri-seri bukan kusut macam dia. Lihat saja mukanya si Amar kusut, kaya gak pernah di sentuh!" sahut Damar
"Sotoy lo, darimana lo tahu!" sahut Ruri
"Karena gue kan udah berpengalaman, gue udah nikah lima tahu bro jadi kalau masalah beginian gue sudah hafal!"
"Ok deh, tapi sepertinya lo bener," jawab Ruri
Pemuda itu kemudian menghampiri Amar saat jam istirahat. Seperti biasa ketiganya selalu makan bersama saat jam istirahat.
"Ngopi yuk, udah lama nih kita gak ngopi bareng!" ajak Ruri
"Kalian aja duluan, tar aku nyusul!" sahut Amar
"Dih gak asik banget lo, emang kenapa sih lo uring-uringan begini. Si Marni lagi datang bulan, atau Marni susah di jinakkan," celetuk Ruri
"Kesurupan, puas lo!" seru Amar tak sadar melontarkan sesuatu yang seharusnya ia rahasiakan
"Marni kesurupan, yang bener Mar?" tanya Ruri dengan wajah penasaran
Seketika wajah Amar berubah pucat ia benar-benar tak menyangka akan kehilangan kontrol bicaranya karena terpancing ucapan sahabatnya Ruri.
"Ibuku yang kesurupan,"
"Ibumu kesurupan, gak percaya aku, yang ada setan takut sama mbokmu. Wong kalau dia ngomong itu kecepatannya melebihi kereta, yang ada setan malah ngacir!" sahut Ruri terkekeh membuat Amar semakin kesal
Ia mengalihkan rasa kesalnya dengan meneguk air mineral di depannya.
"Sebenarnya ada apa, kenapa kamu terlihat kusut seperti itu, katakan saja padaku, kali aja kita bisa bantu," ucap Damar
"Betul Mar, sebagai sahabat kita siap jadi pendengar yang baik kalau kamu mau cerita atau sharing tentang kehidupan rumah tangga kamu, sans aja kita bisa jaga rahasia kok," imbuh Ruri
Amar masih terdiam, meskipun ia tahu kedua sahabatnya itu memang bisa dipercaya namun ia masih belum berani memberitahu mereka tentang Marni. Ia masih takut untuk membuka aib istrinya.
"Jujur saja aku sempat kaget saat datang ke pernikahanmu aku melihat ada sosok wanita tua di belakang istrimu. Aku kira waktu itu aku hanya sekali lihat, tapi ternyata tidak, berapa kali aku bertemu dengannya aku selalu melihat wanita itu bersamanya. Sepertinya wanita itu memang selalu mengikutinya," ucap Damar
Amar terkejut saat mendengar pengakuan Damar. Semua orang tahu jika Damar memiliki kemampuan supranatural yang bisa melihat makhluk tak kasat mata.
"Ada sesuatu di tubuh istrimu, aku yakin kamu pasti sudah merasakannya,"
Mendengar ucapan Damar membuat Amar memberanikan diri untuk menceritakan tentang Marni kepada sahabatnya itu.
"Marni yang kesurupan," ucap Amar
"Beneran Mar, kapan?" tanya Ruri
"Saat malam pertama,"
"Astaghfirullah," ucap Ruri dan Damar bersamaan
"Terus kamu sudah mengobatinya?" tanya Damar
"Sudah di rukiyah tapi gak mempan, dia malah mengoreksi bacaan tajwid ku," jawab Amar dengan wajah lesu
"Beneran Mar??" tanya Ruri dengan bulu kuduk yang meremang
Amar mengangguk pelan membuat suasana berubah hening untuk sesaat. Ketiganya terdiam dengan pemikiran masing-masing.
"Bagaimana dengan Banaspati, apa dia ada hubungannya dengan istriku?" tanya Amar
"Maksudnya?" jawab Damar balik bertanya
Amar kemudian menceritakan tentang banaspati yang muncul di malam pertamanya.
"Apa kamu punya musuh Mar, atau kamu pernah menyakiti orang lain?" jawab Damar balik bertanya
"Gak adalah kalian tahu kan selama ini hidup gue lurus-lurus aja. Semua ini terjadi semenjak ada Marni, lebih tepatnya semenjak aku menikahi Marni," jawab Amar
"Setahuku, kalau banaspati, suara pasir atau suara kerikil di atas atap itu artinya ada orang yang ingin berbuat jahat kepada kita. Mengirim teluh contohnya, mungkin saja sasarannya istrimu Marni. Mereka tidak suka dengan Marni atau apa yang Marni bawa mengusik kenyamanan mereka,"