NovelToon NovelToon
Long Journey

Long Journey

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Epik Petualangan / Dunia Lain / Ahli Bela Diri Kuno / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yudha Lavera

Kejadian pilu pun tak terduga menimpa Bjorn, para polisi menuduh dia sebagai kaki tangan seorang kriminal dan akhirnya ditembak mati secara tragis.

Bjorn yang tidak tahu alasannya mengapa dirinya harus mati pun terbangun dari kematiannya, tetapi ini bukanlah Akhirat.. Melainkan dunia Kayangan tempat berkumpulnya legenda-legenda mitologi dunia.

Walau sulit menerima kenyataan kalau dirinya telah mati dan berada di dunia yang berbeda, Bjorn mulai membiasakan hidup baru nya dirumah sederhana bersama orang-orang yang menerima nya dengan hangat. Mencoba melupakan masa lalunya sebagai seorang petarung.

Sampai saat desa yang ia tinggali, dibantai habis oleh tentara bezirah hitam misterius. Bjorn yang mengutuk tindakan tersebut menjadi menggila, dan memutuskan untuk berkelana memecahkan teka-teki dunia ini.

Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.

(REVISI BERLANJUT)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudha Lavera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Hasil berteduh

"Memangnya masih jauh?" tanya Sulpha yang sedang berjalan bersama dengan yang lainnya.

The Punish sedang dalam perjalanan misi pertamanya, yaitu mengalahkan monster Ular Axetail, misi pertama ini begitu sulit untuk peringkat regu yang masih tergolong muda atau baru berlisensi.

Mereka pergi dari arah selatan yang menuju kearah timur, perjalanan itu cukup memakan banyak waktu.. Membutuhkan waktu sekitar dua minggu berjalan kaki untuk sampai kesana. Dan sekarang adalah hari Ke-9 mereka dalam perjalanan "Sabarlah, aku juga lelah" ucap Amoria berjalan dengan tangan memegangi kerudung dikepalanya, menghindari terik sinar matahari dengan jubah Sulpha yang ia pinjam.

"Memangnya sebenci itu kau pada matahari?" Tanya Januza yang berjalan disebelahnya..

"Habitat-ku itu air, sangat jelas matahari menyengat seperti ini membuatku merasa tak nyaman, bodoh" balas gadis Duyung itu membuang pandangannya dengan desah kesal.

"Eh- Aku cuma nanya"

"Siang ini sepertinya kita harus istirahat paman, kita sudah tiga hari penuh berjalan kaki" ucap Neil bernapas jengah.

Melambatkan langkahnya, Bjorn mengurai rambut "Hmm.. Kalau begitu, kita istirahat didepan sana saja, aku mendengar ada suara aliran sungai disana" menunjuk arah tepian hutan yang dekat dengan bebatuan Gua.

Cuaca yang sebelumnya cerah nan panas, tiba-tiba awan gelap menutupi langit, mendung pun diiringi rintik-rintik air hujan yang mulai turun.

Hujan kecil itu berangsur deras, mereka ber-lima berlarian menuju Gua untuk berteduh di aliran sungai "Semuanya masuk, kita akan meneduh sambil istirahat di dalam Gua ini"

****

Bjorn menyalakan api unggun dengan tumpukan ranting kayu, mencoba untuk menghangatkan tubuh mereka yang sudah terkena air hujan.. Duduk melingkar mengitari api unggun "Neil, duduklah, hangatkan tubuhmu" Wajah Neil terlihat begitu pucat. Dia mengucilkan diri bersandar sendirian di dinding Gua dengan tubuh yang gemetar.

"Hei, Neil? Kemarilah, aku akan merangkulmu agar kau tak kedinginan" Amoria melambaikan tangannya.

Januza yang kembali masuk kedalam Gua setelah berburu beberapa ikan di sungai untuk di-bakar di api unggun, pria bongsor itu berjalan menuju mereka yang melingkari api unggun "Tolong bersihkan ikan ini, Sulpha, Lalu sekalian panggang di api unggun" ucapnya sambil meletakan ikan-ikan itu.

"Baiklahh.."

Setelah tubuhnya agak kebasahan terkena hujan, Januza duduk bersilang dan menjulurkan tangannya yang kedinginan didekat api unggun, Januza memutar kepalanya kiri kanan.. Seperti sedang mencari sesuatu "Hei, Bjorn. Aku tidak melihat Neil, dimana dia?"

"Entah, dia menjauhkan diri disana dari tadi" sambil menunjuk Neil yang sedang duduk bersandar di dinding Gua.

Januza mengusap kedua telapak tangannya yang sudah terasa sedikit hangat, kemudian ia berdiri dan menghampiri gadis kecil yang menyendiri itu "Neil.." panggilnya yang tak dijawab "Kau tidak apa-apa? Suhu tubuhmu panas, Wajahmu juga pucat" merasa khawatir ia meletakan telapak tangannya didahi Neil.

Di dalam Gua ini dipenuhi oleh suara bising air sungai yang mengalir, dan tidak terdengar suara apapun selain suara aliran sungai dan gemuruh hujan, tetapi entah kenapa Januza mendekatkan telinganya dihidung Neil.

Nafas Neil begitu pendek, terdengar seperti sesak yang terengah-engah "Bjorn! Kemari, Neil terkena racun" Januza sadar ada kejanggalan pada tubuh Neil, karena dirinya tumbuh besar di timur, dia begitu paham bagaimana kondisi orang yang sedang terindikasi racun.

Bjorn yang panik langsung menghampiri mereka berdua "Hei, Neil, katakan sesuatu" ucapnya seraya mengelap keringat dingin di dahi Neil.

"Pa-paman.."

"Pinggangku.. Sangat nyeri"

Mata Bjorn langsung merujuk pada pinggul ramping Neil, hanya ada sebuah kapak kecil yang dikaitkan dipinggangnya, tetapi sesekali permata yang berbentuk kepala ular dikapaknya tersebut mengeluarkan sinar redup ke-unguan.

Bjorn mengambil kapak itu dari kaitan pinggangnya, sesaat batu permata itu tidak lagi mengeluarkan sinarnya, Januza menatap cemas.

"Amoria, tolong obati Neil" panggil Bjorn.

"Hah? Memangnya ada apa?" bergegas bangkit dari duduknya dan berjalan dengan tergesa-gesa.

Tangan Amoria memonyongkan bibir Neil, dan menyentuh sela-sela gusi nya, liur dari mulut Neil berlendir dan panas "Bjorn.. Ini bukan racun, ini sihir"

"Apa? ..Memangnya tidak ada yang bisa kau lakukan padanya?" ucap Bjorn dengan wajah panik.

"Biar kucoba dulu"

Amoria merapalkan mantra kuno seraya merentangkan jari-jari nya diatas kepala Neil "Uyeon krai smailla furo makusoae" sesaat merapalkan mantra-nya tubuh gadis kecil itu mengeluarkan asap tipis.

"Tidak, sihir ini bukanlah dibuat seseorang.. Aku tidak bisa menembus lapisan yang lebih dalam" ucap Amoria.

Nafas Neil semakin berat dan sesak, air aliran sungai mulai berbuih, aliran deras itu mengeluarkan kabut asap yang pedas bila di hirup "Oh? Diantara kalian ada yang bisa menggunakan mantra kuno?" ucapan misterius itu keluar dari bagian gua yang lebih dalam dan sangat gelap.

"Apa ini ulahmu?! Keluarlah!" ucap Bjorn seraya berdiri.

Lalu pijakan mereka bergetar dan dinding-dinding Gua bergoyang.

"Hei, sopan sedikit" Muncul seekor ular berwarna hitam keunguan yang begitu besar, taring panjangnya berkeluaran dari mulutnya.

Sulpha yang sedang memutar-mutar ikan panggang di api unggun terkejut, dan meraih panahnya "Hoi! Kalian semua menjauh dari sana!" sambil cepat-cepat menarik busurnya.

Amoria merangkul Neil dan membawanya pergi dari sana, Bjorn dan Januza berdiri berhadapan dengan ular besar itu.. Terlihat mata Bjorn sangat tajam dan alisnya ditekuk kesal, terpampang jelas amarahnya sedang meledak, Januza yang berdiri disampingnya merasa tak nyaman.

"Apa yang kau lakukan padanya" tanya Bjorn pada ular tersebut.

Ular besar itu hanya diam, menatap rendah Bjorn, lalu mencambuk nya dengan ekor besarnya mengarah mereka berdua hingga terhempas menabrak dinding Gua.

"Aku sudah coba tanya baik-baik" Bjorn yang terkena serangan barusan, mencengkram ekor ular tersebut dengan tubuh yang terhimpit bebatuan dinding.

Ular itu menatap Bjorn dan tetap tidak mengatakan sepatah kata pun.

"Januza bantu aku! Sulpha dan Amoria lindungi Neil!" perintah spontan Bjorn yang siap menyerang balik.

"SIAP!"

Bjorn berlari mendekati sang ular, ditemani oleh Januza yang bersusah payah menangkis cambukan ekor ular itu dengan tombaknya.

Berlari dengan otot bermekaran dikakinya, Bjorn melompat tinggi, mengudara tepat diatas kepala ular.. melesatkan sikutnya di tempurung kepala ular itu sekuat tenaga.

Pukulan itu membuat sang ular sampai bertekuk mencium tanah. Membalas dengan mencambuk keras tubuh Bjorn yang masih berada di udara dengan ekornya sampai menembus atap Gua.

Setelah menerima serangan Bjorn, ular itu mencoba menegakkan kembali kepala nya, namun ia tak bisa mengimbangkan tubuhnya, pandangannya menjadi kabur dan gelisah mengamuk. Sulpha menarik busur panah dengan mantra sihir anginnya, desiran angin mulai memenuhi Gua yang kedap udara, sekitarnya dipenuhi hembusan angin yang kencang "Vila majka sa mnom, jao tebi" dengan yakin ia melepas busurnya, hingga aliran air sungai berhamburan terkena efek angin dari busur Sulpha.

Sebuah kapak kecil terlempar kencang membelokan arah busur Sulpha, membuat bidikannya melenceng dari arah yang ditentukan "Hah?!"

"Neil?! Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?!" seru Amoria.

Neil yang kesulitan bernafas, tiba-tiba berdiri didepan ular itu dengan merentangkan kedua tangannya.. Seolah sedang melindungi ular tersebut.

.....

Huru-hara menyelimuti Gua, Bjorn melompat dari atap Gua dengan tangan yang memar kebiruan "Ayo kita selesaikan secara jantan" ucap Bjorn yang melangkahkan kakinya mendekati Ular Axetail.

Neil berlari dengan nafas terengah-engah, dia menghentikan langkah nya seraya menghadang Bjorn yang mencoba mendekati ular tersebut "Dia.. Ti-tidaklah jahat, ku-kumohon.. Mengertilah" ucap Neil bersusah payah mengatur napas-nya yang sesaki sambil merentangkan tangan.

Taring ular itu nampak mengecil, menciut menjadi seukuran tusukan garpu, lalu ia menggigit pingggang Neil yang sedang berdiri disampingnya tanpa gadis itu sadari "Neil!!" teriak Amoria.

Gigitan ular itu membekas dan membuat urat disekitar pinggul Neil menjadi kehitaman, dia menunduk merintih memegangi bekas gigitan itu dengan tangannya, setelah melawan rasa sakitnya dia bergegas berdiri mengelus lembut tubuh ular itu, memeluk hangat wajah ular yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya sampai berlinang air mata.

Mereka berempat yang menyaksikan itu kebingungan dengan apa yang Neil lakukan.. "Aku.. Turut bersedih" ucap Neil berwajah sedih dengan isak tangis. Ular itu pun ikut mengeluarkan air matanya seakan bersyukur ada orang yang memahami-nya.

Urat hitam ditubuh Neil memudar, napasnya pun kembali normal dan wajahnya tidak lagi pucat. Hal yang membuat Neil menangis adalah, karena dirinya sesaat melihat ingatan sang ular ketika mendapati gigitan dipinggangnya.

"Aku mohon, tolong jangan sakiti dia lagi" larang Neil memutar badan kembali merentangkan tangannya dengan mata sembab.

"..Itu karena ular ini adalah, anak dari pemimpin ras Ular Hujan yang bunuh diri"

Ular yang sedang mereka hadapi ini adalah anak semata wayang dari pemimpin ras Ular Hujan terakhir, dia bernama Kundea. Dirinya berukuran sangat besar karena umurnya yang sudah tua, sebab semakin lama mereka hidup, maka semakin besar tubuhnya. Walaupun rumornya mereka adalah ras kuno yang sudah punah, Kundea adalah satu-satunya ras ular hujan yang tersisa, dan bersembunyi di dalam Gua ini selama beratus-ratus tahun lamanya karena tidak ingin berurusan dengan manusia.

Mendengar kalimat itu membuat seisi Gua hening, muncul suara besi tombak yang dijatuhkan.. Januza melepaskan genggaman tombaknya ke tanah, dan Sulpha menurunkan kembali panahnya.

Bjorn pun ikut menurunkan pandangannya sambil berdecak lidah..

"Lalu.. Kundea, bisakah kau jelaskan apa yang terjadi pada Neil?" tanya Bjorn.

Kundea mengangkat kepalanya "Apa yang menimpa Neil adalah kutukan dari kapak yang ia bawa, kutukan itu akan terhubung jika berdekatan langsung dengan darah keluarga pemimpin"

"Jadi.. Bukan kau ya.."

"Kutukan itu bisa hilang jika ia memiliki darah dari pemimpin Ular Hujan langsung, aku sengaja mengigitnya untuk memasukan darahku ketubuhnya"

"Apa kau yakin?.." tanya Sulpha.

"..Secara tidak langsung kau sudah membuat kontrak dengannya" sambungnya.

"Kapak hitam itu sebelumnya sudah mengeluarkan cahaya redup, itu adalah tanda kalau dia adalah orang yang tepat untuk mewarisi kapak ini" Balas Kundea

"Dengan begitu, aku akan menghabiskan sisa umurku bersamanya"

Januza berjalan dengan kerut wajah dan sengal, memijat perlahan dagunya yang berbulu janggut tipis, matanya naik turun memperhatikan lekuk tubuh ular kundea dengan jeli "Kundea.. Sebenarnya kau ini pria atau wanita?"

Tubuh Kundea yang begitu besar, mengecil perlahan dan berubah menjadi sosok gadis muda "Seperti yang kau lihat.. Aku wanita" sontak membuat wajah Januza merah merona, dirinya terpesona oleh kecantikan Kundea.

"Ah sialan, sepertinya aku jatuh cinta pada siluman"

"Menjijikan" sahut Amoria.

"Hei!! Jangan usik selera orang!"

Kaki Neil gemetar.. Dirinya terjatuh ke lantai "Mungkin sudah saatnya aku bersemayam disisi Neil" Kundea terhisap kedalam tubuh Neil melalui bekas gigitannya.

...

...

"Tunggu! KUNDEAAA!"

"Tidak! Kundea.. Jangan tinggalkan aku" ucap Januza dengan wajah sedihnya yang lebay mengulurkan tangan.

"Januza.. Aku disini, aku sudah bilang aku hanya bersemayam" sahut Kundea dengan sosok kabut dibelakang tubuh Neil yang pingsan.

"Dasar norak" sambung Amoria.

"Diam duyung sialan" Januza canggung bercampur malu membuang pandang berlawanan.

Bjorn mengangkat tubuh Neil "Maaf, kamu pasti begitu kelelahan"

*****

Mereka semua kembali ke api unggun, duduk melingkar sambil menyantap ikan panggang selagi hujan deras diluar Gua.

Sulpha yang sedang meneguk minumannya secara tiba-tiba tersedak, dirinya seperti baru menyadari sesuatu "Amoria~ apa kamu belum sadar kalau Kundea itu target misi kita?" berbisik-bisik ditelinga Amoria.

Amoria tercekat membungkus mulutnya yang menganga dengan telapak tangan "Kau benar, aku juga baru ingat!" sahut bisiknya.

"Hadiahnya gimana? Jadi perjalanan kita jauh kesini sia-sia dong?" sambung berbisik.

Selagi sibuk saling berbisik, mereka baru sadar kalau Bjorn sedang memperhatikan mereka dengan wajah sinisnya.

"Kalian itu bukan manusia, bisa-bisanya kalian mata duitan" Sela Bjorn.

"Eh, maaf Bjorn.. Kedengeran ya?" Amoria memaksa tertawa kecil.

"Bisikan kalian payah, suara kalian itu jelas sekali" sahut Januza.

Neil yang belum juga siuman, berbicara dengan mata tertutup, tapi suara itu adalah suara Kundea yang keluar dari mulutnya "Jika kalian membawakan potongan ekor-ku, kalian bisa mengambil hadiahnya" ucap Kundea dari mulut Neil.

"Hah? Kundea kau kah itu?" tanya Januza.

"Memangnya dimana potongan ekormu?" tanya Amoria dan Sulpha.

"Aku meninggalkannya ditempat Neil pingsan, bagi kami para ras Ular Hujan, melakukan kontrak adalah hal tabu, hal itu akan membuat ujung ekor siluman putus dengan sendirinya, karena ular yang tak memiliki ujung ekor adalah aib bagi siluman"

Amoria dan Sulpha bergegas mengambil potongan ekor tersebut, kemudian saat mereka kembali.. "Baiklah the punish, dengan ini kita akan merenovasi markas bobrok kita" ucap lantang Amoria sembari mengangkat ekor itu dengan pose percaya diri.

Tanpa diduga-duga, sekelompok petualang dengan perlengkapan serba mahal dan zirah mengkilap, memasuki Gua yang beranggotakan 4 orang.

Datang tanpa permisi, menyorot dengan mata angkuh, mereka adalah sekelompok orang menyebalkan.. Kelihatannya.

"Apa kalian melihat ular? ular yang agak besar. Kami datang ingin membunuh ulat itu" Ucap pemimpin kelompok yang baru saja datang.

1
01
fufufafa/Hammer/
Yudha Lavera: weeee
total 1 replies
Kuro Kagami
Setiap chapter bikin penasaran terus, authornya jago banget.
Jenny Ruiz Pérez
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
Kamiblooper
Ini bukan cerita lagi, tapi candu, tolong jangan terlambat update thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!