Dibesarkan oleh keluarga petani sederhana, Su Yue hidup tenang tanpa mengetahui bahwa darah bangsawan kultivator mengalir di tubuhnya. Setelah mengetahui kebenaran tentang kehancuran klannya, jiwanya runtuh oleh kesedihan yang tak tertahankan. Namun kematian bukanlah akhir. Ketika desa yang menjadi rumah keduanya dimusnahkan oleh musuh lama, kekuatan tersegel dalam Batu Hati Es Qingyun terbangkitkan. Dari seorang gadis pendiam, Su Yue berubah menjadi manifestasi kesedihan yang membeku, menghancurkan para pembantai tanpa amarah berlebihan, hanya kehampaan yang dingin. Setelah semuanya berakhir, ia melangkah pergi, mencari makna hidup di dunia yang telah dua kali merenggut segalanya darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Antara Bambu Berduri dan Tipu Muslihat
Kelelahan yang mendalam setelah Uji Ketahanan Lapis Es adalah beban nyata. Su Yue, Xuqin, dan Lanxi dibawa ke sebuah ruang pemulihan khusus untuk seratus peserta yang lolos. Ruang itu dipenuhi dengan energi bumi yang hangat dan ramuan herbal yang menenangkan, dirancang untuk mempercepat pemulihan fisik dan spiritual. Mereka duduk bersila di atas bantal meditasi, dikelilingi oleh peserta lain yang sama-sama lelah dan diam.
Namun, istirahat mereka tidak lengkap. Mata dan pikiran mereka tetap waspada. Mereka berada di ruangan yang sama dengan rival-rival mereka. Gao Feng dan dua anggota kelompoknya yang lolos duduk di seberang ruangan, tatapan dingin sesekali meluncur ke arah mereka. Mei Ling dan kawan-kawannya berada di sudut lain, juga sedang memulihkan diri dengan ekspresi serius.
Seorang tetua perempuan dengan wajah ramah namun berwibawa memasuki ruangan.
"Selamat telah melewati tahap pertama. Istirahatlah dengan baik. Besok pagi, kalian akan memasuki Arena Hutan Bambu Berduri untuk tahap kedua: Pertarungan Beregu. Setiap tim terdiri dari tiga orang. Jika tim kalian tidak lengkap karena ada yang tidak lolos, kalian bisa membentuk tim baru dengan peserta lain, atau bertarung dengan anggota yang kurang."
Su Yue merasa lega. Mereka bertiga masih utuh.
"Aturan pertarungan tim sederhana," lanjut tetua itu. "Tiap tim akan diberi sebuah 'Lencana Inti'. Tujuan kalian adalah melindungi lencana tim sendiri sambil berusaha merebut lencana tim lain. Tim yang lencananya direbut akan tersingkir. Lima tim terakhir yang masih memiliki lencana akan lolos ke tahap final."
Itu berarti dari sekitar tiga puluh tiga tim (dari seratus peserta), hanya lima yang akan bertahan. Persaingan akan sangat sengit.
"Lencana itu akan terikat pada salah satu anggota tim, dipilih oleh tim itu sendiri. Jika anggota itu terbunuh dalam simulasi, ditandai dengan token kristal yang pecah, lencana akan berpindah ke anggota lain secara acak. Arena Hutan Bambu Berduri adalah formasi ilusi yang realistis. Kalian akan merasa sakit jika terluka, tapi tidak akan benar-benar mati. Namun, jika token kalian pecah, kalian akan dikeluarkan dari arena."
Dia memberi mereka waktu untuk menyerap informasi. "Kalian punya sisa hari ini untuk memulihkan diri dan merencanakan strategi. Gunakan dengan bijak."
Setelah tetua itu pergi, ruangan kembali sunyi, tapi ketegangan tak terucapkan mengisi udara. Su Yue, Xuqin, dan Lanxi saling mendekat, berbisik.
"Siapa yang akan membawa lencana?" tanya Xuqin.
"Bukan aku," jawab Lanxi cepat. "Aku akan di garis depan bertarung. Lebih baik lencana ada pada orang yang bisa bertahan atau bersembunyi dengan baik."
Mata mereka tertuju pada Su Yue dan Xuqin.
"Xuqin," kata Su Yue setelah berpikir. "Dengan kemampuan kayumu untuk menyamarkan dan bertahan, serta nalurimu yang bijaksana, kau yang terbaik untuk menjaga lencana. Kau bisa bersembunyi dan bertahan sementara aku dan Lanxi menghadang dan menyerang."
Xuqin mengangguk, meski wajahnya tegang. "Baik. Tapi kita butuh rencana jika aku ditemukan atau diserang."
"Kita punya sinyal," ingat Lanxi. "Dan kita punya titik kumpul, sumber air terdekat, seperti yang kita latih."
Mereka melanjutkan membahas detail. Bagaimana jika menghadapi tim dengan spesialis pengintai? Bagaimana jika mereka dijebak? Bagaimana jika mereka bertemu dengan tim yang sangat kuat seperti kelompok Gao Feng atau tim lain yang berpengalaman?
Sementara mereka berdiskusi, mereka melihat beberapa peserta mulai bergerak, mendekati orang lain, berbisik. Pembentukan aliansi baru atau pengaturan tim sedang terjadi.
Mei Ling menangkap pandangan mereka dan memberikan isyarat halus dengan matanya: hati-hati. Dia tampaknya tidak akan bergabung dengan mereka untuk tahap ini; timnya sendiri masih lengkap.
Gao Feng, di seberang ruangan, sedang berbicara dengan dua peserta lain yang bukan dari kelompok aslinya. Dia sedang merekrut pengganti untuk anggota yang tidak lolos. Dia menoleh dan bertatapan dengan Su Yue. Senyum tipis yang penuh arti muncul di bibirnya sebelum dia kembali berbisik.
"Persekongkolan," desis Xuqin. "Mereka mungkin menyatukan beberapa tim untuk menjatuhkan kita terlebih dahulu."
"Itu tidak melanggar aturan," gumam Su Yue. "Kita harus siap menghadapi lebih dari satu tim sekaligus."
Hari itu berlalu dengan lambat. Mereka memaksakan diri untuk bermeditasi, memulihkan Qi mereka sebisa mungkin. Malam harinya, mereka dipindahkan ke asrama sementara untuk peserta lolos. Mereka sekamar bertiga, sebuah keuntungan kecil.
Sebelum tidur, mereka melakukan pemeriksaan terakhir.
"Pil pemulihan, sudah."
"Pil energi darurat,sudah."
"Senjata dan perlengkapan,sudah."
"Segel komunikasi,aktif."
Mereka saling mengangguk. Tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Mereka berpelukan singkat, sebuah gestur langka yang penuh arti, lalu berusaha tidur meski kecemasan menggerogoti.
Fajar Pertarungan Tim
Pagi hari kedua turnamen terasa lebih dingin dan tegang. Seratus peserta yang lolos berkumpul kembali di lapangan yang sama. Kali ini, mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai tim. Su Yue, Xuqin, dan Lanxi berdiri bersama, menerima sebuah lencana perak berukir simbol awan dari seorang petugas. Xuqin dengan cepat menyimpannya di dalam kantong khusus di balik bajunya, terlindung oleh beberapa lapis kain dan segel penyamaran sederhana yang mereka buat semalam.
Zhang Tianhe kembali muncul di panggung. "Hari ini, kalian akan diuji kerja sama dan strategi. Masuklah ke dalam formasi. Arena menunggu."
Dia mengangkat tangannya, dan sebuah portal energi besar terbuka di tengah lapangan, memamerkan pemandangan hutan bambu lebat dengan batang-batang berduri dan cahaya remang-remang.
"Satu per satu tim, masuk!"
Mereka masuk dalam urutan acak. Saat tiba giliran mereka, Su Yue memimpin, melangkah ke dalam cahaya portal. Sensasi terpelintir, dan mereka berdiri di tepi sebuah hutan bambu yang sunyi. Udara lembap, dan batang-batang bambu berduri besar menjulang tinggi, menciptakan kanopi yang menghalangi sebagian besar cahaya. Suara aneh dengungan serangga, kicau burung yang asing memenuhi udara. Ilusi ini sangat realistis.
"Tempatkan lencana, lalu bertahan atau berburu. Pilihannya ada pada kalian," suara Zhang Tianhe bergema dari langit, seolah-olah dia adalah dewa yang mengawasi.
Mereka segera bergerak. Rencana mereka: cari tempat persembunyian yang baik untuk Xuqin terlebih dahulu, lalu Su Yue dan Lanxi akan berpatroli di sekitarnya sebagai umpan sekaligus penjaga.
Mereka menemukan sebuah area dengan akar bambu besar yang membentuk ceruk tersembunyi di balik semak lebat. Xuqin memasang segel penyamaran tambahan dan duduk bersila di dalamnya, memusatkan Qi-nya untuk meminimalkan aura.
"Kami akan berpatroli dalam radius lima ratus langkah," bisik Su Yue. "Jika ada bahaya, sinyal tiga pendek. Jika kami membutuhkan bantuan, dua panjang."
Xuqin mengangguk, matanya penuh kepercayaan. "Hati-hati."
Su Yue dan Lanxi kemudian menyusuri hutan, bergerak dengan senyap mungkin. Indra mereka dipertajam maksimal. Su Yue merasakan dinginnya kelembapan, sementara Lanxi merasakan getaran tanah.
Mereka tidak perlu menunggu lama. Sekitar setengah jam setelah mereka berpisah, Lanxi tiba-tiba berhenti, menempelkan tangannya ke tanah. "Getaran. Tiga, mungkin empat orang. Bergerak cepat. Dari arah timur."
Mereka segera bersembunyi di balik batang bambu besar. Beberapa saat kemudian, tiga peserta melintas. Bukan tim yang mereka kenal. Mereka terlihat waspada, mencari-cari.
"Tim pemburu," bisik Su Yue. Mereka membiarkan tim itu lewat.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara benturan dan teriakan dari arah barat. Pertempuran pertama telah dimulai. Su Yue dan Lanxi bertukar pandang. Mereka harus tetap tenang. Ikut campur sekarang hanya akan membuang energi dan mengungkapkan posisi mereka.
Namun, takdir memiliki rencana lain. Saat mereka akan bergerak ke posisi lain, sebuah anak panah melesat dari atas, tepat di antara mereka, menancap di tanah dengan getaran.
Mereka mendongak. Tao, dari kelompok Mei Ling, sedang duduk di dahan tinggi dengan busurnya. Dia tidak menyerang mereka; dia hanya memberi peringatan. Lalu, dia menunjuk ke arah utara dengan cepat sebelum menghilang di antara daun-daun.
Itu adalah peringatan. Ada bahaya di utara.
Su Yue dan Lanxi segera bergerak menghindar, mengambil posisi di balik batu besar. Beberapa detik kemudian, sekelompok lima orang, dua tim yang bergabung! muncul dari arah utara. Mereka dipimpin oleh Gao Feng. Mereka sedang berburu.
"Lihat, ada jejak di sini," kata salah satu dari mereka, seorang murid dengan hidung mancung yang menjatuhkan buku di perpustakaan.
Gao Feng mengamati sekeliling. "Mereka ada di dekat sini. Cari. Ingat, target utama adalah gadis es itu. Jatuhkan dia, tim mereka runtuh."
Su Yue menahan napas. Mereka dikepung. Dan mereka tahu targetnya adalah dia. Rencana berubah. Mereka tidak bisa membiarkan kelompok ini menemukan Xuqin.
Dia memberi isyarat pada Lanxi: kita jadi umpan, tarik mereka menjauh.
Lanxi mengangguk, lalu dengan tiba-tiba melompat keluar dari balik batu, berteriak, "Lari, Su Yue! Mereka di sini!"
Itu adalah akting. Su Yue berpura-pura terkejut dan mulai berlari ke arah selatan, menjauh dari persembunyian Xuqin. Lanxi berlari ke arah yang sedikit berbeda.
"Kejar! Jangan biarkan mereka kabur!" teriak Gao Feng.
Keduanya dikejar. Su Yue berlari dengan cepat, melompati akar dan bebatuan. Dia mendengar langkah-langkah di belakangnya. Dia tidak bisa berlari terlalu jauh, atau dia akan terlalu jauh dari Xuqin. Dia harus menghadapi mereka, tapi dengan kondisi yang menguntungkan.
Dia melihat sebuah area yang lebih terbuka dengan beberapa batu besar. Itu tempat yang bagus untuk bertarung terbatas. Dia berbalik, menghunus pedang Ratapan Dingin.
Dua orang pengejarnya adalah Gao Feng dan murid hidung mancung. Dua lainnya mengejar Lanxi.
"Berakhir di sini, Su Yue," kata Gao Feng, senyum sombongnya kembali. "Kau pikir bisa bersaing denganku? Kau cuma sampah desa yang beruntung."
Su Yue tidak menjawab. Dia mengamati mereka. Gao Feng elemen api, agresif. Murid hidung mancung elemen angin, mungkin untuk gangguan. Dia harus cepat.
Dia mengirim sinyal dua panjang ke arah Xuqin, kami dalam pertarungan, waspada.
Gao Feng menyerang pertama. Bola api besar meluncur. Su Yue tidak menghindar. Dia mengangkat tangannya, menciptakan dinding es tipis. Api dan es bertemu, menciptakan ledakan uap yang mengaburkan pandangan.
Di dalam kabut, Su Yue bergerak. Dia menggunakan "Embun Beku di Ujung Jari", tapi tidak pada musuh. Dia menembakkan semburan es ke tanah di sekitar mereka, membuat lapisan es licin.
Murid hidung mancung, yang mencoba mendekat dari samping, terpeleset. Gao Feng mengutuk, lalu menstabilkan diri.
Itu adalah saat yang dibutuhkan Su Yue. Dia bukan menyerang Gao Feng, tapi yang lemah dulu. Dia melesat ke arah murid hidung mancung yang sedang bangkit, pedangnya menusuk cepat ke arah token di pinggang orang itu.
"Jangan berani-berani!" Gao Feng menerjang, pedang apinya menyala.
Tapi Su Yue sudah menghitung. Dia membelokkan tubuhnya, membiarkan pedang Gao Feng melewati bahunya, sementara pedangnya sendiri mendarat tepat pada token kristal murid hidung mancung.
Kreek!
Token itu pecah. Murid itu berteriak, tubuhnya langsung diselimuti cahaya dan ditarik keluar dari arena.
Satu tumbang.
Tapi Su Yue membayarnya. Pedang Gao Feng, meski tidak menembus, menggores bahunya dengan panas yang menyakitkan. Dia mengerang, mundur.
"Bajingan!" geram Gao Feng, marah karena kehilangan satu anggota.
Su Yue mengabaikan rasa sakit. Sekarang satu lawan satu. Tapi Gao Feng lebih kuat, di puncak Qi Refining juga, dan murid api yang agresif.
Dari kejauhan, dia mendengar suara benturan dan teriakan Lanxi. Dia berharap Lanxi baik-baik saja.
Gao Feng menyerang tanpa henti, jurus api demi jurus api. Su Yue bertahan, menggunakan esnya untuk memadamkan dan menghindar. Tapi konsumsi Qi-nya besar. Dia tidak bisa bertahan lama.
Dia perlu mengakhiri ini dengan cepat. Tapi bagaimana? Jurus andalannya butuh waktu.
Tiba-tiba, dari antara bambu, sulur-sulur tanaman hijau muda menjalar dengan cepat, membelit kaki Gao Feng. Xuqin! Dia telah meninggalkan persembunyiannya!
Gao Feng terkejut, berusaha membakar sulur-sulur itu. Tapi itu memberikan waktu berharga bagi Su Yue.
Dia tidak menggunakan "Embun Beku di Ujung Jari". Dia menggunakan sesuatu yang lebih sederhana, lebih brutal. Dia mengumpulkan sisa Qi es-nya dan melepaskannya dalam gelombang dingin yang luas dan tumpul, bukan untuk membekukan, tapi untuk mengejutkan, untuk membuat Gao Feng kaku sepersekian detik.
Itu cukup. Lanxi, dengan wajah berdarah dan pakaian robek, tiba-tiba melompat dari balik pohon. Dia telah mengatasi lawan-lawannya! Dengan teriakan keras, tinjunya yang diperkuat tanah menghantam dada Gao Feng dengan kekuatan penuh.
Dum!
Gao Feng terlempar ke belakang, token di pinggangnya retak. Cahaya menyelimutinya, dan dia menghilang, wajahnya dipenuhi ketidakpercayaan dan amarah.
Pertempuran selesai.
Su Yue, Xuqin, dan Lanxi berdiri di antara bekas pertarungan, napas mereka tersengal, tubuh mereka terluka. Tapi mereka masih ada. Lencana mereka masih utuh.
Xuqin memeluk mereka berdua dengan cepat. "Aku dengar sinyal pertarungan. Aku tidak bisa tinggal diam."
"Kamu datang tepat waktu," kata Su Yue, tersenyum lelah.
"Musuh kita belum habis," ingat Lanxi, melihat sekeliling dengan waspada. "Masih ada banyak tim di luar sana."