Geng motor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayliz_Mavka97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALAH PAHAM!
..."Terkadang apa yang kita dengar belum tentu kebenaran, dan apa yang kita lihat belum pasti kenyataan"...
...~ Aileen Shaenetta Auristella Z. W.~...
Milan, Italia
Markas Black Dragon
Hujan di pagi hari, sedang melanda Negara yang terkenal sebagai Negeri spaghetti dan Negeri pizza itu, suara rintik hujan, awan mendung, dan suara petir yang menjadi musik alami untuk semua warga yang ada di Negara tersebut.
Berbeda dengan hari sebelumnya, biasanya setiap pukul 06 pagi, para penghuni Markas BD akan berkumpul di Taman belakang untuk berlatih.
Pagi ini berbeda dari biasanya, karna hujan yang melanda Negara yang terkenal dengan aneka jenis pizza dan spaghettinya itu. Maka semua orang yang ada di Markas Black Dragon, hanya duduk bersantai dengan menikmati kopi, teh, dan berbagai jenis minuman, dan makanan sebagai pendamping duduk santai mereka.
Semua orang berkumpul di ruang keluarga, kecuali si gadis cantik bermata indah nan langka itu, siapa lagi kalau bukan Sheina, dia saat ini masih fokus dengan semua eksperimen yang dia buat.
Sejak Sheina bangun tidur dia tidak pernah keluar kamar, bahkan Arzhel lah yang mengantarkan sarapan untuknya. Padahal biasanya, gadis itu akan sangat bersemangat kalau soal makan, tapi kali ini dia benar-benar lebih fokus pada eksperimen yang dibuatnya.
Ceklek!
"Aiiiiii..." gemas Arzhel menggertakkan giginya saat melihat kekasihnya masih fokus pada semua alat yang ada di hadapannya.
Padahal beberapa menit yang lalu kekasihnya itu sudah berjanji akan makan sarapan yang di bawa oleh Arzhel.
Tapi, sampai saat ini gadis cantik itu sama sekali belum memakan sarapannya, karna Sheina masih saja sibuk dengan kegiatannya. Dia bahkan, tidak menyentuh sama sekali sarapan yang di bawa oleh Arzhel tersebut.
Arzhel berjalan dengan cepat ke arah Sheina, dia berkacak pinggang di hadapan gadisnya.
Sheina mengangkat kepalanya, dia mengerjapkan mata berkali-kali, Sheina menatap polos ke arah Arzhel, saat dia melihat Arzhel yang sudah berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang, seperti seorang Ayah yang sedang memberi peringatan pada Anaknya.
Arzhel yang melihat wajah polos dari gadisnya jadi gemas sendiri. Sial! Kenapa dia harus bertingkah seperti itu? Aish, kalau seperti ini aku mana tega menegurnya, huh! Gadis nakal ini, benar-benar tau bagaimana cara meluluhkan hatiku." gerutunya dalam hati.
Arzhel mengalihakan pandangannya sebentar, lalu menoleh ke arah Sheina lagi. "Kenapa kamu belum sarapan? Hm? Bukannya tadi kamu sudah berjanji, akan memakan sarapanmu sebelum aku pergi. Lalu apa ini? Kenapa kamu belum makan?" tanyanya beruntun.
"Sekarang aku tidak mau tau, kamu harus makan! Simpan semua peralatanmu dulu, Ai, lalu makan!" tambah Arzhel dengan nada dingin sambil berkacak pinggang.
Sheina menatap Arzhel dengan mata berkaca-kaca. "Maaf," lirihnya.
DEG!
Arzhel tersentak melihat hal itu. "Shit! Arzhel Bodoh! Apa yang sudah kulakukan?" umpatnya dalam hati melihat mata gadisnya berkaca-kaca.
Arzhel mendekat dan duduk di hadapan Sheina. "Honey, hei kenapa minta maaf? Kamu nggak salah apa-apa, aku yang salah. Maaf ya," ucapnya dengan nada bersalah.
Sungguh Arzhel tidak bermaksud membuat Sheina seperti ini, dia mengomeli Sheina karna gadis itu nakal, tapi justru respon dari sang gadis membuat Arzhel benar-benar marah pada dirinya sendiri.
Sheina hanya diam dengan mata berkaca-kaca, dia bahkan terisak, hal itu membuat Arzhel marah pada dirinya sendiri.
Mata Arzhel melebar saat melihat gadisnya terisak, dia menarik pelan Sheina ke dalam pelukannya. "Shit! Arzhel bodoh! Lo bego zhel!" ucapnya dalam hati marah pada dirinya sendiri.
Arzhel memeluk dan mengelus punggung Sheina pelan. "Honey, maaf, maafkan aku ya, aku nggak bermaksud marah sama kamu," ungkapnya dengan lembut.
"Sudah jangan nangis, aku yang salah, kamu tidak salah baby. Udah jangan nangis lagi, maaf, maafkan aku, aku yang bodoh sayang." sesal Arzhel dengan rasa bersalah.
DEG!
Arzhel melonggarkan pelukannya, dia tersentak saat melihat air mata di wajah cantik Sheina.
Tes! Tes! Tes!
"Arzhel goblok! Lihat ulah lo, sialan lo Zhel!" ucap Arzhel mengumpat pada dirinya sendiri, sungguh dia benar-benar menyesal.
"Honey please, jangan nangis lagi hm. Aku yang salah bukan kamu, maaf ya." ucap Arzhel dengan tatapan bersalah.
Arzhel menghapus air mata Sheina dengan lembut, dia menatap gadisnya dengan tatapan bersalah, dia rasanya ingin memukul dirinya sendiri, saat melihat gadis yang dia cintai menangis seperti itu karna ulahnya.
CUP!
CUP!
Arzhel mencium kedua mata Sheina bergantian.
"Maaf, maaf, maaf honey." sesal Arzhel.
"Kamu nggak salah, aku yang salah, maaf," jawab Sheina serak.
Arzhel menggeleng dengan cepat, dan memeluk Sheina lagi. "Tidak, kamu tidak salah sama sekali, aku yang bodoh! Aku yang salah, maaf ya. Jangan nangis lagi, aku nggak suka lihat mata cantik kamu seperti ini." ungkapnya lembut.
"Astaga, gue baperan amat deh, gara-gara ini doang masa langsung mewek, pasti karna gue lagi palang merah makanya jadi sensitif kayak gini." gerutu Sheina dalam hati.
Arzhel terus menerus mengusap punggung Sheina, dia juga mencium ubun-ubun gadisnya. Tangan Arzhel yang sebelah kiri mengepal erat, dia marah pada dirinya sendiri, Arzhel benar-benar menyesal.
Sheina melonggarkan pelukannya, dan mendongak, "Aku min..." ucapannya terpotong.
CUP!
Arzhel mencium bibir Sheina sekilas. "Jangan minta maaf, aku yang salah," jawabnya.
Sheina ingin protes, tapi tidak jadi karna lagi-lagi Arzhel memotong ucapannya.
"Kamu makan, ya!" titah Arzhel dengan lembut.
"Iya," jawab Sheina masih serak.
Mendengar suara serak dari gadisnya, lelaki tampan itu mengepalkan tangan kirinya dengan erat, Arzhel marah pada dirinya sendiri karna sudah membuat Sheina seperti itu.
Sheina ingin mengambil piring makanan yang ada di hadapannya, tapi Arzhel lebih dulu mengambilnya.
"Sini, aku yang suapin," tawar Arzhel.
"Buka mulutnya, honey," tambahnya dengan suara sangat lembut.
Arzhel menyuapi Sheina dengan lembut, dia dengan telaten melakukan hal itu, sesekali membersihkan sisa makanan yang ada di bibir gadisnya.
Kurang lebih dua puluh menit lamanya, akhirnya Sheina menghabiskan semua makanan miliknya, dengan Arzhel yang menyuapi dirinya dengan penuh kasih sayang.
"Mau makan buah? Puding? Ada kue juga, mau yang mana honey? Mau jus? Hm?" tanya Arzhel dengan sangat lembut.
"Semuanya boleh," jawab Sheina dengan nada imut.
Arzhel menatap Sheina dengan gemas. "Boleh baby, tapi satu-satu ya," peringatnya dengan lembut.
Sheina menganggukkan kepala berkali-kali dengan lucu, matanya berkedip polos beberapa kali.
Arzhel menekan pipi dalamnya dengan lidah, cowok tampan itu mengalihkan pandangannya sebentar, saat ini dia mencoba menahan diri dengan tingkah lucu dan menggemaskan dari Sheina.
"Bae," panggil Sheina lembut.
Arzhel langsung menoleh. "Kamu bilang apa tadi?" tanyanya memastikan apa yang dia dengar.
Sheina tersenyum. "Bae," jawabnya.
"Bae," ulang Arzhel.
Sheina mengangguk sebagai jawaban.
"One more!" titah Arzhel dengan tatapan masih tidak percaya.
Sheina tersenyum. "Bae, bae, bae, bae." ulangnya.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Arzhel berdetak dengan cepat mendengar panggilan sayang dari Sheina, si iceboy itu mengigit bibir dalamnya menahan salting.
Salting?
Tentu saja sang iceboy itu salting, karna ini untuk pertama kalinya Sheina memanggilnya seperti itu. Rasanya begitu banyak kupu-kupu beterbangan di perut Arzhel, panggilan itu benar-benar membuat si kutub utara itu meleleh.
Sheina tersenyum geli melihat reaksi Arzhel.
Belum juga perasaan Arzhel tenang karna panggilan Sheina, dia kembali dibuat tersentak saat Sheina mencium pipinya.
CUP!
Sheina mencium pipi Arzhel tiba-tiba.
Arzhel memegang pipi kanannya, dia menggigit bibir dalamnya karna salting. "Sial! Pipi gue yang dicium, kenapa jantung gue yang jungkir balik." ucapnya dalam hati.
"Bae," panggil Sheina lagi, die menepuk pelan bahu Arzhel.
(Bae : before anyone else / sebelum orang lain)
Arzhel yang mendapat tepukan pelan dari Sheina tersadar dari lamunannya.
Arzhel menatap Sheina dengan tatapan dalam. "Hm? Kenapa honey?" tanyanya.
"Ayo, ke bawah. Katanya Tante Elsa mau memukuli dan mengintrogasi Xavier," ajak Sheina.
Arzhel tersentak mendengar hal itu. "Memukul? Kamu tau dari mana?" tanyanya heran.
Sheina berdiri dari tempat duduknya. "Jennie kirim pesan barusan, ayo," jawabnya.
Arzhel ikut berdiri, dia meraih tangan Sheina lalu berjalan keluar kamar dengan bergandengan.
***
Lantai 1 Markas BD
"XAVIERRRRR......!" teriak Elsa.
"Mama dengerin penjelasan aku dulu," jawab Xavier.
"Apa lagi yang mau kamu jelaskan, hah?" tanya Elsa mengangkat sapu untuk memukul Xavier.
Saat Elsa ingin memukul Xavier, Sheina datang dan memegang dan menahan sapu itu.
Elsa menoleh. "Cantik, lepasin sapunya ya, Tante mau kasih pelajaran sama bocah tengik ini dulu," jelasnya.
"Sebaiknya Tante selesaikan masalah dengan kepala dingin, jangan mengutamakan emosi seperti ini Tante juga belum mendengar penjelasan dari Xavier," saran Sheina dengan pelan.
"Tapi nak....". Ucapan Elsa terpotong.
"Maaf, kalau aku memotong pembicaraan Tante. Tapi, kalau aku boleh kasih saran seharusnya Tante nggak boleh mendengarkan cerita hanya dari satu orang saja," ucap Sheina dengan pelan memberikan nasehat pada Elsa.
"Seperti sebuah perahu pedal yang membutuhkan keseimbangan dari orang yang mendayung agar perahu itu berjalan dengan seimbang, dan tidak goyah, maka kita juga harus bersikap seperti itu," ujar Sheina.
"Kita tidak boleh mendengar sesuatu hanya satu orang saja, karna kita punya dua telinga. Kalau misal telinga yang sebelah kiri mendengar keburukan seseorang, maka seharusnya kita gunakan telinga sebelah kanan untuk mencari tau kebenarannya, apa itu fakta atau hanya hoax," sambung Sheina.
"Jangan asal menjudge sesuatu dari satu sudut pandang saja, kita harus bergerak seperti kamera cctv 360 untuk mencari bukti apa yang kita lihat dan dengar itu memang fakta atau hanya hoax semata," tambah Sheina memberi pengertian.
"Karna terkadang apa yang kita dengar belum tentu kebenaran, dan apa yang kita lihat belum pasti kenyataan." lanjut Sheina.
Semua orang yang ada di sana menatap kagum pada Sheina, gadis itu memberi Elsa nasehat dengan cara berkelas, benar dan sopan, dia menjelaskannya dengan nada bicara pelan tanpa berbicara kasar.
"Lagi-lagi Ai, kamu buat aku jatuh hati untuk yang kesekian kalinya, I Love You honey," ungkap Arzhel dalam hati menatap kagum pada kekasih hatinya.
Elsa terdiam mendengar nasehat yang dikatakan oleh Sheina, Gilbert yang melihat istrinya terdiam, dia berdiri dari tempat duduknya dan menarik pelan tangan istrinya untuk duduk.
Arzhel juga menarik pelan tangan Sheina untuk duduk.
Setelah mereka semua duduk."Maaf Tante, kalau aku bersikap tidak sopan," ucapnya menatap Elsa.
"Tidak cantik, justru kamu membuat Tante sadar, Nak. Justru Tante mau berterima kasih sama kamu karna udah memberi nasehat pada Tante, kalau bukan karna kamu mungkin Tante akan melakukan kesalahan tadi padahal Tante belum mendengar penjelasan Vier." jawab Elsa tersenyum menatap Sheina.
Elsa Adaline Grayson, adalah Mama Xavier dan Agatha.
Sheina mengangguk, dia juga membalas senyuman Elsa.
"Jelaskan! Vier, Kenapa Karissa mengaku kalau dia hamil anak kamu?" tanya Gilbert dingin
DEG!
Jantung Jennifer seolah tertimpa batu besar saat mendengar pertanyaan Gilbert, dia mencengkram dengan kuat tangan Sheina dan Evelyn yang duduk di sebelahnya.
Sheina dan Evelyn tidak memberi reaksi apa pun pada cengkraman Jennifer, mereka berdua tetap memasang wajah datar dengan pandangan lurus ke depan, menunggu jawaban dari Xavier.
Semakin lama, Jennifer memperkuat cengkraman tangannya di tangan kedua sahabatnya, dia begitu gugup menunggu jawaban dari kekasihnya itu, baik Sheina atau Evelyn, mereka berdua tetap diam dan tanpa protes sama sekali karna mereka paham apa yang dirasakan oleh sahabatnya saat ini.
Kekasih?
Jennifer adalah kekasih yang dianggap oleh Xavier meninggal dalam kecelakaan 2 tahun lalu, tidak ada yang mengetahui hal itu selain Sheina, Evelyn, Laura, dan Jeslyn.
"Itu bukan Anakku, Pa!" tegas Xavier.
Mendengar jawaban Xavier membuat perasaan Jennifer sedikit lega.
"Kalau bukan anak kamu? Lalu anak siapa? Kenapa Karissa bilang itu adalah anakmu?" tanya Elsa beruntun.
Xavier menghela nafas. "Mama, aku tidak pernah tidur dengan Karissa kalau Mama nggak percaya tanya sama Agatha dan Bryan. Soal anak yang ada dalam kandungan Karissa, aku sama sekali tidak tau siapa Ayahnya." jelasnya.
"Kamu tidak bohong, kan? Awas saja kamu! Kalau benar anak yang dikandung oleh Karissa itu anak kamu, kamu harus bertanggung jawab dan menikah dengan Karissa secepatnya!" tegas Elsa.
DEG!
Apa yang dikatakan oleh Elsa, mampu membuat jantung Jennifer seperti tertusuk ribuan peluru, dia menatap Xavier dengan tatapan sulit diartikan, dia kembali mencengkram kedua tangan sahabatnya dengan sangat kuat.
Sakit!
Itulah yang dirasakan oleh Jennifer saat ini, saat dia mendengar ucapan dari Elsa rasanya benar-benar menyakitkan, mendengar lelaki yang dia cintai harus menikah dengan orang lain.
Bahkan saat ini, tangan Sheina dan Evelyn sudah jadi korban sebagai bukti perasaan campur aduk yang dirasakan oleh Jennifer, tangan mereka berdua sudah memerah akibat cengkraman dari Jennifer, tapi hal itu tidak membuat si pemilik tangan protes, menegur, atau meringis sedikit pun.
Justru mereka memasang wajah semakin datar dari sebelumnya, mata mereka semakin tajam menatap lurus ke depan.
DEG!
Bukan hanya itu, saat ini mata cantik Sheina sudah berubah menjadi warna amber, hal itu membuat kedua Kakak Sheina kaget saat melihat perubahan warna bola mata sang Adik.
Dark side Sheina on!
"Kenapa mata Princess tiba-tiba berubah?" bisiknya pada Geovano.
"Nggak tau," balas Geovano berbisik.
Bukan cuma kedua Kakak Sheina yang menyadari perubahan warna bola matanya, tapi Arzhel, Edrick, Edgar, Nathan, dan Leon juga melihat perubahan warna bola mata Sheina, mereka saling lirik saat menyadari hal itu.
Edgar dan Nathan memberi kode pada Arzhel yang duduk di sebelah Sheina.
Arzhel yang paham maksud dari Papa mertua, dan Grandpanya itu, dia mengusap lembut punggung tangan Sheian yang sejak tadi dia genggam.
Sheina tetap menatap lurus ke depan entah apa yang dipikirkan oleh gadis cantik itu, bukan hanya dia tapi juga Evelyn, Laura, dan Jeslyn, mereka bertiga menatap lurus ke depan dengan tatapan sulit diartikan.
Jennifer menuduk. "Mungkin kita memang tidak di takdirkan untuk bersama Vier," ucapnya dalam hati tersenyum kecut.
Sheina melirik Jennifer, Sheina mengusap tangan sahabatnya itu dengan ibu jarinya untuk memberi kekuatan pada gadis cantik tersebut.
"Aku menolak! Itu bukan Anakku Ma, aku tidak pernah tidur sekalipun dengan Karissa. Aku hanya pernah tidur bersama gadis yang aku cintai, hanya dia dan cuma dia, tidak ada yang lain." tegas Xavier.
DEG!
Mendengar suara dari Xavier, Jennifer mengangkat kepalanya, dia menatap ke arah Xavier.
Deg! Deg! Deg!
Tatapan mata Xavier dan Jennifer bertemu, detak jantung mereka berdua berdegup dengan cepat seirama.
DEG!
"Tatapan itu? Kenapa tatapannya mirip Kimy? Sangat mirip! Apa mungkin?" ucap Xavier dalam hati menatap ke arah Jennifer dengan tatapan sulit diartikan.
*
*
*
To Be Continued
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Minggu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Selasa 🙏😇
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Sabtu 🙂✨🙏😇
Selamat hari jum'at ❤️❤️😊
Thanks 🙏🏻🙏🏻❤️❤️😊😊
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇
Selamat Hari Juma't Thor 👍🙂🙏✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
Selamat Hari Kamis🙂🙏👍
Semangat 💪🙂✨🙏
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏😇