NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:228.2k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis Jahat

Dian menatapnya penuh simpati. "Kenapa harus pusing? Bawa saja ke rumah sakit. Mereka punya peralatan medis canggih. Pasti bisa ditangani."

Nurul menggeleng lemah. "Tidak bisa, Dian. Masalah Raka bukan sekadar cedera biasa. Tulang punggungnya hancur, bukan patah biasa. Dokter bilang tak ada cara untuk memperbaikinya."

Dian terdiam sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, kenapa tidak bawa ke tukang urut? Mereka kadang punya cara-cara tradisional yang bisa membantu."

Nurul tersenyum masam dan menggeleng lagi.

"Kami sudah mencoba. Beberapa tukang urut yang kami datangi menyerah. Mereka bilang kondisinya terlalu parah."

Dian masih tidak menyerah. "Kalau begitu, bawa saja ke sensei. Kamu tahu kan, yang ahli pengobatan Cina? Aku dengar mereka bisa mengobati berbagai macam penyakit."

"Sama saja." Kata Nurul dengan suara pelan.

"Kami sudah pergi ke sana juga. Tapi hasilnya nihil. Tak ada yang bisa dilakukan."

Dian tampak berpikir keras. "Hmmm... Kenapa tidak coba ke rumah sakit di Jogja? Aku dengar Dokter Poli Akupunktur di sana sangat mumpuni. Mereka menggunakan metode pengobatan alternatif yang sering kali berhasil ketika cara lain gagal. Tetangga aku baru saja pulang berobat di sana semalam."

Nurul terkejut mendengar saran itu. "Apa iya? Aku belum pernah dengar soal itu. Kamu yakin?"

"Iya, tetangga baru berobat di sana dan langsung sembuh. Teman sepupuku juga pernah berobat di sana."

"Katanya Dokter Akupunktur di sana ahli dalam menangani masalah-masalah yang tidak bisa ditangani dengan metode medis konvensional. Coba saja, Nurul. Mana tahu itu berhasil."

Nurul merenung sejenak, pikirannya mulai terbuka untuk kemungkinan baru.

"Mungkin itu ide yang bagus. Aku akan coba bicara dengan keluarga Raka. Mungkin kita bisa bawa dia ke sana."

Dian tersenyum lebar. "Nah, itu baru semangat! Jangan menyerah dulu. Selalu ada jalan, kita hanya perlu mencarinya."

Mereka berdua terus mengobrol, membahas kondisi Raka dan kemungkinan pengobatan yang bisa dijalani.

Kebetulan, hari ini di kantor tidak banyak pekerjaan, jadi mereka bisa berbicara dengan lebih santai.

"Kapan terakhir kali kamu lihat Raka?" Tanya Dian setelah beberapa saat hening.

"Seminggu lalu." Jawab Nurul, suaranya sedikit bergetar. "Kondisinya semakin lemah. Dia bahkan susah untuk menggerakkan tangannya sendiri. Aku benar-benar khawatir."

Dian menatap Nurul dengan serius. "Kamu sangat peduli padanya, ya?"

Nurul mengangguk pelan. "Tentu saja. Raka itu... Dia orang yang sangat penting bagiku. Melihat dia menderita seperti ini rasanya sulit sekali."

Dian menghela napas, merasa simpati pada Nurul.

"Aku bisa lihat. Dan itulah kenapa kamu harus tetap kuat, Nurul. Jika kamu menyerah, siapa lagi yang akan memberi semangat pada Raka?"

Nurul tersenyum tipis, meski hatinya masih berat.

"Kamu benar. Aku harus tetap kuat. Untuk Raka."

Setelah beberapa saat, Dian melanjutkan, "Kamu tahu, akupunktur bukan cuma untuk penyakit fisik, lho."

"Aku dengar mereka bisa menangani masalah energi tubuh juga. Siapa tahu masalah Raka bukan cuma fisik, mungkin ada sesuatu yang menghambat aliran energinya."

Nurul menatap Dian, tertarik dengan saran itu. "Aliran energi? Maksudmu seperti pengobatan tradisional Cina?"

"Yup." Jawab Dian. "Semacam itu lah yang aku dengar. Mereka percaya kalau energi di tubuh kita tidak mengalir dengan baik, bisa menyebabkan penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah ada."

"Mungkin Raka butuh perawatan yang lebih dalam, sesuatu yang bisa menyelaraskan kembali tubuh dan energinya."

...****************...

Nurul duduk di ruang tamu yang sederhana di rumah keluarga Raka. Dia memandang pria muda yang terbaring di kasur dengan penuh empati.

Wajah Raka pucat dan dipenuhi kelelahan, sebuah ekspresi yang sudah lama melekat padanya.

Di tepi tempat tidur, duduk kedua orang tuanya yang tampak sedih dan juga jengkel.

“Pak, Bu, saya paham perasaan Bapak dan Ibu.” Kata Nurul lembut, memecah keheningan.

“Saya tahu ini berat bagi kalian. Tapi saya percaya, kali ini kita bisa coba sesuatu yang berbeda. Kita tidak boleh menyerah pada keadaan."

Ayah Raka, Pak Jali, menghela napas panjang.

“Kami sudah mencoba berbagai cara, Nurul. Dokter, tabib, dukun… tapi Raka tidak kunjung sembuh. Sekarang kamu mengajak kami mencoba sesuatu yang lain lagi? Apa bedanya? Ujung-ujungnya hal itu akan mengecewakan juga kan?"

Nurul tersenyum kecil, meskipun di dalam hatinya dia juga merasa sedikit ragu. Namun dia tahu mereka harus berusaha.

"Yang penting kita berusaha, Pak. Jangan berputus asa. Saya mendapat kabar, Di poli akupuntur itu, ada seorang ahli yang sudah menangani banyak kasus."

"Akupuntur adalah metode pengobatan yang sudah terbukti efektif dalam mengatasi persoalan tulang dan urat saraf."

Raka yang dari tadi hanya diam, akhirnya membuka mulut.

“Akupuntur, Nurul? Memasukkan jarum-jarum kecil ke tubuhku? Kamu pikir itu akan berhasil?”

"Raka..." Nurul memulai dengan suara penuh perhatian,

"Saya tahu kedengarannya tidak masuk akal. Saya paham. Tapi kita sudah berusaha begitu lama, mencoba berbagai cara. Akupuntur bukan hanya tentang memasukkan jarum, ini adalah seni mengembalikan keseimbangan energi dalam tubuh. Banyak yang meremehkannya, tetapi banyak juga yang berhasil."

Ibunya, Bu Sri, memotong. “Kami tidak punya banyak uang lagi, Nurul. Semua pengobatan yang sudah kami coba hanya menghabiskan biaya. Jika ini tidak berhasil, bagaimana?”

"Ini bayarannya tak mahal, Buk. Sudah dibayar oleh Pemerintah. Kalau memang ada biaya lain-lain nanti, pakai uang saya saja."

Pak Jali terlihat ragu. “Kamu sangat yakin ini akan berhasil, Nurul?”

“Tidak ada jaminan, Pak." Jawab Nurul dengan jujur.

“Tapi ini adalah kesempatan yang layak dicoba. Tidak ada ruginya jika kita mencoba satu kali lagi.”

Keheningan melingkupi ruang tamu itu. Semua tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Setelah beberapa saat, Bu Sri berkata pelan,

“Raka, bagaimana menurutmu? Ini tubuhmu. Kalau kamu merasa tidak mau, kami tidak akan memaksa.”

Raka mengangguk pelan. Dia menatap Nurul seolah menimbang-nimbang usulnya.

Dia sudah lama menderita, dan meskipun rasa takut serta skeptis masih menyelimuti pikirannya, ada sesuatu dalam suara Nurul yang membuatnya merasa ada harapan, meski hanya sedikit.

“Ayo kita coba.” Kata Raka akhirnya.

Keesokan harinya, Nurul menjemput Raka dan keluarganya ke Rumah Sakit dan mereka mendaftar ke bagian Poli Akupuntur.

Saat tiba giliran Raka, mereka semua masuk.

"Eh!" Nurul terkejut melihat wajah yang tampak familiar.

Mumu tersenyum dan mempersilahkan mereka duduk sedangkan Raka langsung dibaringkan di Bed.

"Apa keluhannya, Pak, Buk?"

"Anak saya, Dok. Tulang dia..."

Buk Sri lah yang terus bicara menjelaskan tentang kondisi anaknya.

Sekira lima menit kemudian baru lah dia selesai bercerita.

"Bagai mana, Dok? Apa kah anak kami bisa diselamatkan?"

Mumu menghela nafas. Ia menggelengkan kepala.

"Sulit, Buk..."

"Kan aku sudah bilang tak perlu kita berobat lagi. Tak ada gunanya tapi kamu memaksa juga. Kamu senang ya melihat Raka tersiksa."

"Wajar lah jika anak kami tidak menyukai mu karena sifat kamu sangat buruk."

Buk Sri langsung memotong perkataan Mumu dan menuding Nurul dengan jari telunjuknya.

1
Yandi Maulana
Memang gak ada kata "jika" sebelumnya /Facepalm/
Suwardi Sumantri
Sayang sekali Mumu terlalu baik hati , seharusnya bapak sama anaknya dikasih pelajaran biar tidak songong dan semakin memupuk dendam dikemudian hari.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
Rikarico
next banyak2 thor
tirta arya
ya dikempesin biar keplnya ga gede lah..gonblok banget nih anak!..🤪🤪🤪🤲😜😜😜😝😝😝😝
Mohammad Djufri
ah bang ali, memang sengaja nampaknya, menggantung cerita....
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
Leni Agustina
lalu lanjut lagi
Sarita
krrekk ,ternyata Mumu kebal senjata .dan si jaka langsung tumbang kena totokan yg mematikan
Casudin Udin
Lalu..
bersambung...
Muchtar Albantani
lalu lau
icih maricih
lalu...apa thor?!
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Sirot Judin
lanjut.....
Leni Agustina
lanjut
Saad Kusumo Saksono SH
Luar biasa
Suwardi Sumantri
Kalau Desta bisa kebakaran jenggot nih kalau sampai tahu Mala mendatangi rumah Mumu
Puspa Dewi kusumaningrum
hah mesti begt y
Rikarico
next
Muchtar Albantani
mumuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!