Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Kejadian Yang Tak Terduga
"Mau kemana bang? Ini acara akan segera dimulai. Kok Abang berdiri?" Tanya orang yang menepuk pundaknya tadi.
Dia tidak tahu bahwa orang yang sedang diajaknya bicara sebenarnya adalah Ustadz Adin sendiri.
"Nggak kemana-mana kok! Cuma mau kesitu aja!" Kata Ustadz Adin. Tangannya sambil menunjuk kearah depan ketempat mimbar panggung pengajian.
"Emang Abang mau ngapain kesitu? Itu bukanlah tempat kita, itu tempatnya khusus untuk orang-orang gede, orang yang punya ilmu, Kiyai, Ustadz dan orang-orang yang berpangkat lainnya. Kita duduk disini saja, disini juga kelihatan kok!" Serunya lagi ngotot. Ustadz Adin hanya bisa tersenyum saja mendengar celotehannya itu.
"Sekali lagi kepada yang terhormat Al-Mukarrom Al-Ustadz Adin Ahmad dengan segala hormat kami persilahkan!" Suara Pembawa Acara terdengar lagi.
Pas Ustadz Adin melangkahkan kakinya baru juga satu tindak dia ditarik tangannya oleh orang itu."Bang udah duduk disini aja, mau kemana sih?" Serunya agak keras.
Mendengar ada sedikit suara gaduh itu para jamaah semuanya menolehkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang berani membuat kegaduhan ditempat pengajian ini. Tidak terkecuali para panitia dan orang-orang yang berada di depan pun melirik kearah suara itu. Umi Tiah hanya bisa geleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut melihat adiknya terjebak ditengah-tengah kerumunan jamaah itu. "Ini anak suka sekali membuat ulah. Dasar bocah bandel" Batin Umi Tiah.
Para panitia salah mengartikan gelengan kepalanya Umi Tiah, mereka mengira bahwa Umi Tiah tidak senang melihatnya lalu berkata "Maaf Umi ada kegaduhan kecil sehingga membuat Umi tidak nyaman. Kami akan segera mengurusnya!" Kata panitia itu.
"Bukan itu!" Kata Umi Tiah kalem
"Maksud Umi, bagaimana?" Kata panitia lagi.
"Itu, orang itu adalah Ustadz Adin. Orang yang akan memimpin pengajian ini!" Kata Umi Tiah. Sambil menunjuk kearah kerumunan itu.
Syifa Fauziyah dan orang-orang yang sudah mengenal Sang Ustadz juga terkejut bukan kepalang karena tidak menyangka bahwa Sang Ustadz lah yang membuat kegaduhan itu.
"Astaghfirullah... Subhanallah... Masyaallah..." Seru mereka semua kaget setelah mendengar penjelasan Umi Tiah barusan sambil menyebutkan Asma Allah. Secara refleks Syifa Fauziyah berdiri dari tempat duduknya dan ingin segera menghampiri Sang Ustadz namun langsung ditarik dan ditegur oleh ibunya.
"Udah, anak gadis mah duduk aja, diem-diem disini dan jangan sok kecentilan malu tuh dilihat banyak orang!" Kata ibunya. Syifa Fauziyah pun jadi malu ditegur begitu sama ibunya.
Para panitia pun langsung berdiri dan berjalan tergopoh-gopoh menuju ketempat kerumunan itu sambil berseru agak keras:
"Tolong buatkan jalan untuk Ustadz Adin. Firman kenapa kau menarik-narik tangan beliau. Bukannya menuntun beliau kesini. Kamu malah menarik-nariknya!" Kata salah satu panitia yang rupanya mengenali pemuda itu.
"Haaaaaaah" Semua jamaah sontak kaget sekali mendengar seruan itu mulutnya ternganga dan matanya membelalak lebar-lebar, orang yang paling over shock adalah pemuda yang menarik tangan Ustadz Adin yang ternyata bernama Firman. Wajahnya merah sekali seperti kepiting yang direbus yang dikasih saos sambal karena menahan malu yang tidak terkira. Badannya gemetar dan lemas, keringat dingin bercucuran hingga membasahi bajunya. Rasanya ingin sekali ia membenamkan wajahnya kedalam tong sampah dan ngumpet disana. Tidak mau keluar sebelum semuanya balik dan menjadi sepi.
Kini suasana menjadi sangat ramai bukan lagi seperti dipasar, melainkan seperti orang yang lagi demo meminta bahan sembako diturunkan.
"Tenang, tenang para hadirin-hadirot sekalian. Tenang yah!" Kata Pembawa acara yang cantik itu. Mencoba menenangkan para jamaah yang gaduh.
"Sekali lagi, saya mohon semuanya harap tenang dan tolong bukakan lah jalan untuk Ustadz Adin" Kata pembawa acara lagi.
"Sebentar, jamaah ada yang punya air minum gak? Tolong berikan air minum pada saudara Firman ini!" Seru Ustadz Adin. Masih terlihat kalem dan tenang tidak nampak sedikitpun kepanikan diwajah tampannya.
"Ini Ustadz kalem bener" Suara dalam hati ibu-ibu.
"Ini Ustadz..., ini Ustadz..., ini Ustadz...!" Banyak sekali jamaah yang berebut menyodorkan air minumnya kepada Ustadz Adin. Namun Sang Ustadz hanya mengambilnya satu dan yang paling terdekat dari sekian banyaknya air minum yang disodorkan padanya. Segera saja Sang Ustadz mengambil air minum itu lalu membacakannya do'a dan segera meminumkannya kepada Si Firman hingga dia merasa tenang.
Semua mata yang memandangnya merasa kagum pada Ustadz Muda yang tampan ini. Dalam situasi yang menegangkan pun dia masih tetap terlihat tenang dan kalem. Kini Firman sudah merasa baikan tapi dia tidak berani mengangkat kepalanya apalagi melihat orang yang tadi ditarik-tariknya. Dia merasa sangat, sangat malu sekali sehingga hanya bisa pasrah, dalam hatinya dia mau diapakan saja terserah.
"Saudara Firman! Apa sudah merasa lebih baik sekarang?" Kata Ustadz Adin sopan. Namun yang ditanya hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya saja tidak membuka suaranya sama sekali. Mungkin karena malu atau grogi semuanya tidak tahu dengan pasti.
"Ya sudah, sekarang saudara tenangkan pikiran dan lepaskanlah semua beban yang ada sambil memperbanyak baca sholawat dan istigfar, oke!" Kata Ustadz Adin dengan entengnya sambil mengusap-usap dan menepuk punggung badannya Firman.
"Baiklah, kita lanjutkan pengajian! Saya pribadi minta maaf pada semuanya yang hadir disini. Kegaduhan ini disebabkan oleh saya!?" Kata Ustadz Adin tulus.
"Bukan! Bukan! Bukan!" Protes semuanya.
"Bukan begitu Ustadz! Kamilah yang bodoh tidak bisa mengenali Ustadz" Jawab Para panitia tidak mau kalah.
"Baiklah, Sekali lagi kepada yang terhormat Al-Mukarrom Al-Ustadz Adin Ahmad dengan segala hormat kami persilahkan!" Suara Pembawa Acara terdengar lagi namun kali ini terasa merdu sekali.
"Mari Ustadz! Mari silahkan...!" Kata Panitia. Dengan sangat sopan sambil menggandeng tangan Sang Ustadz dari kanan dan kiri juga dibelakangnya pun ada yang mengiringinya. Persis seperti orang lagi menjemput mempelai pengantin pria yang mau dinikahkan dengan dihadiri oleh banyak orang.
"Ini menjemput Ustadz apa menjemput calon pengantin, hehehehe" Celetuk ibu-ibu dengan wajah tanpa dosa. Suaranya keras sekali hingga membuat semua jamaah yang hadir ingin sekali tertawa lepas tapi tidak berani hingga masing-masing membekap mulutnya sendiri. Namun masih ada orang yang tidak sanggup menahan tawanya hingga kelepasan bahkan suara tawanya cukup keras tapi sangat merdu dan serasa menyentuh dikalbu.
"Hahaha hahaha hahaha! Hppp!"
Kata dalam hati orang yang tertawa "Aduuuhh malunya. Mau ditaruh dimana muka gue yang cantik ini, aduh.. aduh.. gimana ini, aduh.. gimana dong aduuuhh pasti Ustadz Adin juga ngeliatin aku terus kan?" Ia menyumpahi dirinya sendiri sambil menutupi wajah cantiknya.
Kini beribu-ribu mata menatapnya. Sedangkan orang yang ditatap itu. Mungkin malunya melebihi dari malunya yang dirasakan oleh Si Firman tadi.
"Memang beda yah, kalau orang cantik yang tertawa mah kedengarannya enak merdu, gurih. Eh maaf keceplosan lagi? Seru ibu-ibu yang wajahnya seperti tanpa dosa tadi.
"Hmm.. Hmm.. Ini akan sampai kapan kalau terus begini. Ustadz bisakah kita langsung saja mulai pengajiannya?" Kata Kiyai H. Lutfi Hakim penuh wibawa. Disamping itu beliau juga ingin meredakan suasananya dan menjaga tatapan mata semua orang agar tidak lagi menatap anak gadisnya. "Ya, yang tertawa kelepasan tadi adalah Nabila Putri Sang Pembawa acara yang cantik itu.
"Bisa Kiyai!" Sahut Ustadz Adin sopan.
"Baiklah silahkan." Kata kiyai H. Lutfi Hakim.
"Terimakasih kiyai!" Jawab Ustadz Adin.