NovelToon NovelToon
Aku Di Sini Istriku

Aku Di Sini Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nadya

Demi menjalankan wasiat dari almarhum Om nya Kean rela menikahi Tasila yang merupakan istri dari sang om yang ditinggal meninggal. Kean rela menikahinya secara diam-diam demi bisa merawat dan menjaganya karena sejak ditinggal meninggal oleh sang Om Tasila menderita obsessive compulsive disorder.
Dengan sabar dan ikhlas Kean berusaha mempertahankan pernikahannya walaupun beberapa kali ia merasakan sakitnya tak dianggap. Namun, Kean tak menyerah! Demi mendapatkan hati istrinya Kean rela melakukan apapun bahkan hal-hal konyol yang sebenarnya bukanlah ciri khasnya sebagai seorang CEO muda yang cool.
____
Mampukah Kean mendapatkan hati Tasila seiring berjalannya waktu? Dan mampukah ia membuat sang istri benar-benar sembuh dari penyakitnya?
•••••••
(SEQUEL The Waits Gets Duda Elegan-Bisa dibaca terpisah)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nasehat Ustadz Abyan

"Pelan-pelan dong Ke." Protes Tasila saat Ia kesulitan mengikuti gerakan Kean.

"Saya kan ngikutin lagu."

"Hufh... Hufh... Udah ah capek." Tasila membungkuk dengan nafas ngos-ngosan.

Namun nampaknya instruktur senam abal-abal di depannya masih saja bersemangat dengan gerakanya tanpa sadar Tasila di belakangnya sudah tidak mengikuti gerakannya lagi.

"Aduh duh..." Kean mengeluh saat tiba-tiba kaki kirinya terasa tidak dapat digerakkan.

"Kean, kenapa?"

"Aduh duh kaki saya keram." Kean berjalan pincang ke tepi.

"Pelan-pelan." Tasila menghampiri Kean dan membantu laki-laki itu meluruskan kakinya.

"Makanya jangan jadi instruktur senam abal-abal!" Tasila memijat kaki Kean perlahan.

Tentunya Ia melijat hanya sampai batas kaki Kean tertutupi celana.

"Aduh duh sakit sakit."

"Tahan dulu." Kean berusaha menahan walaupun ekspresi wajahnya nampak sudah tidak karuan.

Tasila menarik handuk yang mengalung di belakang leher Kean dan menggunakannya untuk menutupi bagian bawah kaki Kean.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Krek...

"Aaaaarrrgggh..." Kean menjerit saking sakitnya tindakan yang dilakukan Tasila.

"Ya Allah ampunilah dosa-dosaku ya Allah."

Tasila terkekeh mendengar rintihan Kean.

"Udah, coba gerakin."

Kean dengan hati-hati menggerakkan pergelangan kakinya yang tadi sempat merasakan keram juga.

"Eh, udah bisa gerak." Kean tersenyum antusias menatap Tasila.

"Makanya percaya."

"Hehe..."

Tak lama, datanglah 3 orang maid yang mengantarkan makanan dan minuman ke hadapan mereka.

"Monggo Nyonya, Aden sarapan dulu."

"Masyaallah makasih ya Bibi bibi semua." Ujar Tasila.

"Makasih Bi." Sahut Kean.

"Sama-sama Nyonya, Aden Mari." Ke3 maid itupun pergi kembali.

"Nih sarapan." Tasila meletakkan semangkuk bubur di hadapan Kean duduk.

Tasila pun mulai memakan bubur bagiannya sendiri yang dibuat khusus tanpa bawang goreng, berbeda dengan punya Kean.

Kean pun mengambil buburnya dan mulai menikmatinya.

"Hiks... Hiks..." Dahi Kean mengernyit mendengar suara isakan dari mulut Tasila.

"Kamu di mana Mas? Kamu biasanya sarapan bubur sama aku hiks..." Tasila menunduk menangisi buburnya.

"La..." Kean memberanikan diri menyentuh pundak kanan perempuan itu.

"Mas?" Tasila celingukan.

Kean menunduk dengan perasaan berkecamuk. Namun, detik berikutnya Kean kembali menegakkan kepalanya dan menatap Tasila teduh.

"Iya, ini aku Ta." Kean ingat jika Gezze selalu memanggil Tasila dengan sebutan Ta bukan La.

"Mas..." Tanpa lama Tasila langsung berhambur ke pelukan Kean dan mulai menangis haru.

Kean tertegun dengan apa yang dilakukan Tasila. Memang kesannya Ia mencari kesempatan dalam kesempitan namun, dengan cara apalagi Ia bisa menyentuh istrinya sendiri jika tidak dengan cara ini.

"Aku kangen banget sama kamu Mas hiks... Jangan tinggalin aku, aku takut." Tasila berceloteh dengan lirih.

Walaupun ia sekarang dapat merasakan dekapan istrinya namun, tetap saja Kean merasakan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam karena apa yang istrinya bayangkan bukanlah sosok dirinya.

Mereka memang berpelukan sekarang namun, bukan dengan arti yang sebenarnya.

"La?" Kean dengan sengaja memanggil nama itu.

Seolah terlepas dari hipnotis. Tasila pun seketika langsung melepas pelukannya. Ia mendongak menatap sosok laki-laki di depannya yang wajahnya terasa samar-samar.

"La? Astagfirullahhala'dzim" Kean langsung menahan tubuh Tasila yang mendadak pingsan.

Kean pun beranjak dan mengangkat tubuh Tasila lalu menggendongnya ala bridal style. Kean memutuskan untuk membawa tubuh Tasila ke dalam paviliun karena tempat itu yang paling dekat sekarang.

Kean meletakkan tubuh Tasila ke atas kasurnya seraya menyelimuti tubuh perempuan itu.

"Saya minta maaf La. Saya gak bermaksud membuat kamu pingsan tapi bagaimanapun kamu harus sadar bahwa yang berada di hadapan kamu ini bukan Om Gezze." Kean menatap lirih perempuan yang kini sedang menutup rapat matanya itu.

Kean menelepon Bi Siti dan meminta wanita paruh baya itu datang ke pavilunnya agar menjaga Tasila yang pingsan. Kean tau jika Tasila itu tidak mau satu ruangan berdua saja dengan laki-laki yang dia kira bukan mahramnya ini. Kean tidak mau membuat perempuan itu marah seperti waktu itu.

Tak lama kemudian Bi Siti pun datang sambil membawa obat yang tertinggal di luar.

"Tolong Bibi jangan lagi memasak bubur untuk Tasila. Gara-gara bubur OCD nya kambuh lagi."

"Astagfirullah, maaf Den bibi gak tau. Soalnya memang dari sejak almarhum masih hidup, Nyonya sering masak sarapan bubur, dan Nyonya pun masih suka sampai sekarang makanya Bibi bikinin bubur. Tapi bibi gak tau kalo bubur bisa bikin nyonya sakit lagi."

"Saya gak nyalahin bibi kok. Saya cuma minta bibi jangan masak bubur lagi atau makanan apapun yang mengandung kenangan antara Tasila dan Om Gezze mulai sekarang."

"Baik Den. Nanti bibi akan lebih teliti lagi."

"Mas Gezze Mas kamu dimana Mas..." Kean dan Bi Siti menoleh bersamaan mendengar Tasila mengigau.

"Aku takut Mas hiks... Mas Gezze jangan tinggalin aku hiks..." Bi Siti pun duduk di tepi ranjang dan mulai mengelus kening perempuan itu untuk menenangkannya.

Bi Siti menatap Kean dengan tatapan lirihnya. Hati suami mana yang tidak kecewa saat istrinya menyebut-nyebut nama laki-laki lain. Walaupun memang Gezze pernah ada di kehidupan Tasila namun, sekarang sudah bukan eranya lagi. Kini Kean yang sudah menjadi suami sahnya dialah orang yang kini berusaha menjaga Tasila.

"Saya keluar dulu ya Bi. Titip Tasila." Kean berjalan pergi dengan ekspresi kecewa yang tertahan.

"Ati-ati Den." Balas Bi Siti setengah lirih.

****

Duduk melamun sendirian di undakan tangga masuk masjid sambil menatap langit malam yang pada malam hari ini seolah sudah sekongkol dengan hatinya. Gelap, sepi, tanpa cahaya bintang maupun bulan. Beberapa kali Kean menghela nafas gusar.

Dari tadi siang Kean memang belum pulang ke pavilun hingga malam ini. Entah kenapa ada masanya Ia malas untuk bertemu dengan perempuan yang sangat Ia cintai itu.

"Assalamu'alaikum." Kean menoleh mendengar suara yang familiar itu.p

"Wa'alaikumsalam. Eh, kang Ustadz."

Ustadz Abyan pun duduk di samping Kean dan menatapnya dengan dahi mengernyit.

"Kamu kenapa galau di sini? Gak pulang hmm?"

Kean tersenyum tipis seraya menunduk.

"Saya lagi bingung Ustadz. Saya benar-benar sudah berusaha untuk mendapatkan cinta istri saya namun, hasilnya tetap nihil dia masih saja menyebut-nyebut nama mantan suaminya yang telah meninggal."

Ustadzah Abyan tersenyum dan mengangguk-angguk memahami problem yang sedang Kean alami. Ustadz Abyan menepuk pundak Kean.

"Apakah kamu sudah melibatkan Allah dalam proses pendekatanmu?"

Kean terdiam mendengar pertanyaan Ustadz Abyan.

"Maksudnya bagaimana Ustadz?"

"Kamu harus mendekati penciptanya terlebih dahulu. Yah... Walaupun kalian sudah halal namun, tidak menutup kemungkinan Allah masih belum ridho kamu memiliki hati istrimu jika kamu tidak memintanya terlebih dahulu kepada sang pencipta. Siapa tau Allah memberikan kamu ujian seperti ini agar kamu mau mendekatkan diri kepadanya."

"Jadi saya harus sholat tahajjud lagi Ustadz?"

Ustadz Abyan tersenyum seraya mengangguk.

"Tahajjud itu penting bagi orang-orang yang kehidupannya ingin lancar dunia akhirat. Dan saya sarankan iya, lakukan lah tahajjud. Tapi sertakan juga keinginan mu atas Tasila ketika kamu sedang sholat wajib juga. Doa yang diulang-ulang pasti akan menemukan titik terang, saya yakin itu."

"Tolong bimbing saya Ustadz. Ajari saya cara beribadah dan berdoa yang benar agar keinginan saya cepat terkabul."

1
Marya Dina
gak pp sila goda aja kean terus
semoga kebahgiaan menghampiri kalian .
Marya Dina
cie ciee tasila seneng kan.
mooga bisa nerima kean.. sila..
Marya Dina
yes . akhirnya biar tasila tau...
mau liat bucin nya mereka lgi.
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Marya Dina
sy udh baca sampe 7bab. tapi kyak nya d baru y thor kemren d hapus
larasatiayu: bc pnyaku jg dong
Marya Dina: eh iya yak q baca sampe rasa syukur..🤭
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!