Satu tahun lalu, dia menolong sahabatnya yang hampir diperkosa pria asing di sebuah Club malam. Dan sekarang dia bertemu kembali dengan pria itu sebagai Bosnya. Bagaimana takdir seperti ini bisa terjadi? Rasanya Leava ingin menghilang saja.
Menolong sahabatnya dari pria yang akan merenggut kesuciannya. Tapi sekarang, malah dia yang terjebak dengan pria itu. Bagaimana Leava akan melewati hari-harinya dengan pria casanova ini?
Sementara Devano adalah pria pemain wanita, yang sekarang dia sudah mencoba berhenti dengan kebiasaan buruknya ini. Sedang mencari cinta sejatinya, namun entah dia menemukannya atau tidak?
Mungkinkah cintanya adalah gadis yang menamparnya karena hampir memperkosa sahabatnya? Bisakah mereka bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam Di Rumah Bos
Makan malam di ruang makan yang begitu mewah bagi Leava yang terbiasa makan di atas lantai beralaskan tikar bersama keluarganya. Dan makan seperti ini hanya pernah dia lakukan saat makan bersama keluarga sahabatnya, Kirana. Namun, ruang makannya tetap kalah mewah dengan ruang makan di rumah ini. Semua makanan mewah tertata di atas meja.
Sumpah, orang kaya emang beda ya menu makan malam aja. Kalo buat keluarga gue, menu makan cuma dua jenis aja sudah cukup.
Leava menyadari jika kehidupan yang berbeda antara manusia itu, memang benar adanya. Apalagi ini adalah perbedaan yang sangat besar. Bahkan sekarang saja dia bingung harus mengambil menu makanan yang mana dulu.
"Sengaja Bunda masak banyak, karena jarang sekali bisa makan ramai seperti ini. Reni dan Tio juga ada disini, Mamanya Devan juga" ucap Bunda.
Leava masih menebak-nebak kenapa ada Bunda dan Mama disini? Apa memang benar jika Papanya Devan memang mempunyai dua orang istri.
"Lea, ayo makan. Jangan diam aja" ucap Rena.
Leava mengangguk dengan canggung, berada di tengah-tengah keluarga ini, membuatnya sangat canggung. Merasa di paling kecil. Lea mengambil seadanya saja makanan di atas meja. Dia malah kebingungan mau makan sama apa, melihat semua menu makanan di atas meja.
Saat mencoba makanannya, dia cukup takjub dengan masakan Bunda yang memang seenak itu. Meski tetap di hati seorang anak, selalu masakan Ibunya yang paling enak dan juaranya.
"Lea, kamu akan pulang atau menginap disini?" tanya Rena.
Leava mengerjap pelan, dia langsung menggeleng. "Saya pulang, Kak" Mana berani gue nginep di rumah ini. Ah, gak bakalan nyaman.
Masalahnya dia yang begitu canggung dengan keluarga ini.
"Loh, kirain Bunda mau menginap loh. Padahal ini juga sudah malam" ucap Bunda.
Leava tersenyum masam, dia menggeleng pelan. "Terima kasih Nyonya, sudah izinkan saya ikut makan malam. Tapi saya harus pulang, adek saya pasti mencari kalau saya tidak pulang"
Bunda mengangguk mengerti, dia tidak terlalu memaksa. Meski dia bisa melihat dari tatapan Devan yang selalu tertuju ke arah gadis itu ketika dia berbicara. Seolah berharap memang Leava bisa tinggal lebih lama di Rumahnya ini.
"Oh adek kamu yang waktu itu ya? Dia juga ikut kesini?" tanya Rena.
"Iya Kak, dia baru masuk kuliah tahun sekarang. Jadi tinggal sama saya disini"
Devan masih menatapnya dengan datar, namun seolah menyembunyikan arti yang sebenarnya dari tatapannya itu. Tapi dia juga tidak banyak berbicara selama makan malam.
*
Kembali ke Kosan setelah makan malam mewah di Rumah Bosnya. Leava merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, handuk masih membalut kepalanya. Dia baru saja selesai mandi.
"Besok gue bagaimana ya? Berangkat kerja jangan ya? Ah, jadi malu sendiri deh gara-gara kejadian tadi"
Leava sungguh merasa sangat lelah sekarang. Seharian ini cukup membutanya lelah dalam segala hal. Kejadian mengejutkan karena Devan yang alergi mangga, juga dia yang harus terpaksa ikut ke rumahnya. Bahkan makan malam disana bersama keluarga besarnya.
Ting.. Notifikasi pesan di ponsel, membutanya langsung mengambil ponsel di sampingnya. Membuka pesan yang terkirim dari nomor tak dikenal.
Kau harus datang pagi, bawakan aku sarapan.
Leava mengerutkan keningnya, ketika dia melihat isi dari pesan itu. "Apa maksudnya? Lagian dia siapa sih, orang gak kenal juga tiba-tiba minta dibawakan sarapan.
Saya Bos kamu, jangan pernah membantah!
Baru saja Leava ingin memblokir nomor itu karena merasa asing dan dia tidak suka dengan orang-orang asing yang tidak jelas dan hanya ingin kenal dirinya untuk main-main saja. Tapi beruntung dia belum melakukan itu, karena pesan kedua yang masuk sudah cukup membuatnya terkejut sekarang.
"Aaa.. Darimana dia punya nomor ponsel gue?"
Hampir saja Leava melemparkan ponsel karena kaget dengan pesan terakhir yang di kirim nomor tak dikenal itu. Leava menatap pesan itu dengan mata lelah. Entah apalagi yang akan dilakukan pria itu untuk mengerjainya.
*
Kali ini dia berangkat lebih pagi, karena bukan hanya untuk pergi bekerja di Kantor. Tapi juga harus mengantarkan sarapan untuk Bosnya. Sebenarnya dia jadi ragu dengan pekerjaannya. Apa benar dia seorang Sekretaris atau malah jadi pembantu yang harus merawat Tuannya yang sakit?
"Kalo lo mau sarapan ada di meja ya, Dek. Gue harus berangkat pagi sekarang" ucap Leava yang menyempatkan diri menemui adiknya di Kamar Kosnya.
"Oke Kak"
Leava pergi dengan menggunakan ojek online. Menuju rumah besar milik Bosnya itu. Sesampainya disana, dia cukup ragu untuk masuk ke dalam rumah. Berdiri di depan gerbang rumah dengan ragu. Tiba-tiba suara klakson mobil, membuat Leava langsung berbalik dan dia melihat mobil disana. Kaca jendela mobil yang terbuka, menunjukan Asisten Givan di dalam mobil itu.
"Kau sedang apa? Kenapa tidak masuk" teriak Givan dengan sedikit melongokan kepalanya keluar dari jendela mobil.
Leava hanya tersenyum dengan masam, dia memberikan jalan pada mobil Givan untuk masuk ke pekarangan rumah. Dan barulah dia mengikutinya. Leava sedikit terkejut melihat gerbang yang terbuka dan tertutup sendiri tanpa ada penjagaan disana.
"Memang rumah orang kaya" gumamnya pelan.
Givan keluar dari mobilnya, menghampiri Leava yang masih terdiam di depan pintu utama. Terlihat sekali jika gadis itu memang ragu untuk masuk ke dalam.
"Kau menunggu apa si, tinggal pencet bel aja susah banget" ucap Givan yang menekan bel.
Leava hanya tersenyum saja, dia tidak menjawab ucapan Givan barusan. Barulah setelah pintu terbuka oleh pelayan disana, Givan langsung menarik tangan Leava untuk masuk ke dalam rumah.
"Kau bisa terlambat dan Tuan Muda akan marah padamu" ucap Givan.
Leava hanya tersenyum saja, memang benar apa yang diucapkan oleh Givan barusan. Jadi dia mengikuti saja langkah cepat kaki Givan.
Benar saja, Devan sudah berada di ruang tengah. Menatap ke arah mereka dengan tajam. Tatapan matanya tertuju pada kedua tangan yang saling mengenggam itu. Menyadari tatapan mengerikan dari Bosnya, Leava langsung melepaskan tangannya dari tangan Givan.
"Kalian datang bersama?" tanya Devan.
"Saya bertemu dengannya di depan gerbang, Tuan. Jadi masuk bersama ke dalam rumah" jelas Givan.
"I-iya Tuan" Leava ikut menimpali.
Devan langsung memberikan tatapan begitu tajam pada Givan saat ini. "Aku tidak membutuhkan penjelasanmu!"
Devan berdiri dan langsung menarik tangan Leava dan membawanya pergi. Hal itu, tentu saja membuat Givan berkedip kaget. Kenapa Tuannya malah marah padanya? Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun.
"Apa salahku?" gumamnya sambil menggaruk tidak gatal kepalanya sendiri.
Bersambung