NovelToon NovelToon
Saat Aku Bernafas Aku Berharap

Saat Aku Bernafas Aku Berharap

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Konflik etika / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rurri

Mengejar mimpi, mencari kebahagiaan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, Raka harus menghadapi keadaan pahit atas dosa-dosa sosialnya, juga konflik kehidupan yang tak berkesudahan.

Meski ada luka dalam duka, ia harus tetap bersabar. Demi bertemu kemanfaatan juga kebahagiaannya yang jauh lebih besar dan panjang.

Raka rela mengulang kembali mimpi-mimpinya. Walaupun jalan yang akan dilaluinya semakin terjal. Mungkinkah semesta akan mengamini harapannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rurri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tahanan Sektor Dua

"Waktu itu, saat aku mendatangi rumah kamu pagi-pagi, dan aku bercerita bisa mencetak uang palsu. Karena pada waktu itu, aku sedang patah hati, aku sedang nggak baik-baik saja, keadaanku kalut dan nggak bisa berpikir dengan baik." Menunduk malu pada diri sendiri. "Riana memilih meninggalkanku, sebab keadaanku yang belum mempunyai apa-apa. Katanya, semua butuh ongkos. Itu alasannya kenapa aku menjadi nekat, berbuat hal yang terlarang. Supaya bisa mendapatkan uang dengan cepat, dengan harapan dia mau menerima aku kembali," ungkapku menyesal.

Tegar memperbaiki posisi duduknya, menyiapkan diri menjadi pendengar. 

"Apa kamu masih ingat, malam saat kita ngopi di komplek hiburan malam," ucapku.

Tegar mengiyakan. "Aku ingat."

"Perempuan itu namanya riana." Suasana menghening sejenak, suara nyamuk-nyamuk nakal berterbangan mencari makan. "Aku nggak menyangka akan bertemu dengan dia di tempat yang seperti itu. Kita bertemu di tempat yang nggak diinginkan, dengan keadaan sama-sama sedang dipeluk setan," ungkapku.

"Bukankah harapanmu ingin mendapatkan dia kembali? Waktu itu, kan kamu sedang banyak uang. Apa susahnya tinggal dikasihkan saja ke dia. Nanti kita bisa mencetaknya lagi. Kamu butuh dia dan dia pun butuh uangmu, selasai. Hidup kalian bahagia. Nggak seperti sekarang ini." Suaranya Tegar menyambar seiring dengan menepuk nyamuk yang belum sempat menghisap darahnya.

Aku tersenyum kecut.

"Aku nggak ngerti dengan jalan pikiranmu, Raka. Kamu datang menemuiku supaya bisa mendapatkan uang dengan cepat dan bisa membeli mimpimu itu. Disaat semuanya sudah bisa kamu raih. Kenapa justru kamu menyerahkan diri seperti ini. Memilih hidup di dalam bui yang penuh kesakitan," ucapnya Tegar kesal.

Aku menyahuti. "Kalau waktu itu aku tetap meneruskannya. Bukan cinta yang akan aku dapatkan, Tegar."

Tegar mengacak-acak rambutnya sendiri. "Terserah kamu saja lah, aku pusing." Merebahkan badan ke lantai.

Derap langkah sepatu petugas penjaga terdengar congkak dengan tongkat besi di tangan kanan dan belati di kaki kiri. Matanya memburu, sembunyi-sembunyi memasukkan kembali anak buahnya indra kuncoro ke dalam sel tahanannya.

Aku pura-pura terlelap.

Malam di tempatku berbeda dengan malam di tempatmu. Malam di tempatku, tak ada ampun bagi yang bersalah. Kecuali, mereka yang beruang. Malam di tempatmu, tak ada maaf bagi pelaku kesalahan, mereka harus meneriman kutukkan dan dijadikan bahan gunjingan. Kecuali, saudara dan diri sendiri.

Ayam jantan berkokok bersama dengan sinar mentari yang menelisik masuk melalui cela kecil. Meskipun aku tak bisa melihat keluar. Tapi, aku masih dapat merasakan kicau burung yang berterbangan, terdengar merdu dari balik tembok penjara. Air yang menetes pun bisa aku rasakan manfaatnya. Setetes air yang menetes, barangkali mungkin tak bisa memberi arti dan luka pada siapapun. Namun, jika tetesannya dilakukan terus menerus. Maka, batu besar sekalipun akan hancur olehnya.

"Apa rencana kamu berikutnya, Raka?" tanyanya Tegar. 

"Mengeluarkan kamu dari sini, dan memasukan kembali indra kuncoro ke dalam sel," bisikku pada Tegar. 

Secarik kertas dari pengadilan telah dilayangkan ke tahanan sektor satu dan terbaca petugas penjaga. "Semuanya dengarkan." Memukul tongkat pada jeruji besi.

Aku dan seluruh tahanan lainnya mendengarkannya dengan seksama. Satu per satu para tahanan yang dipanggil, keluar dari kamar selnya.

Aku, Tegar dan para anak buahnya indra kuncoro juga terpanggil. Tangan kami di borgol saling menghubungkan, di giring masuk ke dalam mobil tahanan.

Nampak dari luar, mobil tahanan itu, terlihat biasa saja, layaknya mobil bus umum. Tapi, di dalamnya dikelilingi jeruji-jeruji besi yang menempel kuat pada dinding dalam bus dan jendela kaca bus.

Mobil berjalan meninggal tahanan sektor satu menuju ke tahanan sektor dua.

Mobil memasuki jalanan umum, melintasi kampung-kampung, melewati pengendara dan pejalan kaki. Semua pandangan para tahanan tertuju keluar jendela. Rasa kangen pada keluarga dan orang-orang yang dicintai mulai bergemuruh. Emosional bercampur aduk. Perasaan entah sedang dirasakan oleh masing-masing orang. Ada yang berbicara pada dirinya sendiri. Ada yang meluapkan kesalnya pada sekitar. Ada yang bersorak senang melihat dunia luar. Juga, ada seorang Bapak yang menangis sejadi-jadinya. Ia nekat mencuri sepeda yang harganya tak seberapa, milik tetangganya yang serba kecukupan. Demi istri dan si buah hati yang membutuhkan makan hari itu juga. Namun, siapa yang mau peduli. Besar atau kecil, pencuri tetaplah pencuri. Tiada ampun bagi pelaku kejahatan di negeri ini. Hukum harus di tegakkan, setegak-tegaknya, tak pandang bulu. Terkecuali, sanak famili dan para kerabat penegak hukum. 

Siang ini, di sebuah halaman tahanan sektor dua yang mencekam. Matahari merangkak naik. Di pintu gerbang tahanan sektor dua, kami diturunkan, di gelandang berjalan jongkok memasuki sebuah halaman. Di jemur hingga matahari tergelincir ke barat. Tiada cela di kepala untuk berpikir melarikan diri, apalagi melakukannya.

Semua ruang tahanan di sini, dikelilingi tembok beton tinggi yang berlapis tiga, di setiap sudut terlihat petugas penjaga menenteng senjata api, bergantian disetiap waktu yang sudah ditentukan.

"Jadi ini yang namanya tahanan sektor dua," tanyaku pada salah satu senior yang sedang duduk di sampingku.

"Iya, status kita sekarang sebagai tahanan sektor dua. Tapi, kita ini sedang berada di distrik blok atas. Nanti kalau sudah selesai sidang kita akan digiring lagi ke distrik blok bawah, dan status kita berubah menjadi narapidana," jawabnya. "Kamu kasusnya apa?" lanjutnya senior balik bertanya.

"Dua empat empat," celetukku sambil memperhatikan ruang tahanan yang berukur enam meter kali depan meter persegi. Dihuni oleh empat puluh tiga tahanan yang sedang menunggu vonis dari pengadilan negeri.

Senior mengangguk. "Sudah Berapa hari jadi tahanan sektor satu?"

"Tiga puluh lima hari," sahutku.

"Di sana masih mending daripada di sini. Nanti kalau kamu sudah satu hari di sini, kamu akan tahu sendiri keadaannya di sektor dua seperti apa," pungkasnya, menakuti.

1
sean hayati
ceritanyq bagus,jadi ingat masa dulu nunggu kiriman lagu dari seseorang
sean hayati
Setiap ketikan kata author sangat bagus,2 jempol untuk author ya
Rurri: Selamat menunaikan ibadah membaca kak.. 😊☕
total 1 replies
sean hayati
Saya mampir thour,salam kenal dari saya
sean hayati: terima kasih sudah mau membalas salam saya,saling dukung kita ya
Rurri: salam knl juga kak 😊
total 2 replies
tongky's team
Luar biasa
tongky's team
Lumayan
tongky's team
mantap saya suka kata katanya tentang senja dan sepasang merpati
tongky's team
lanjut seru /Good/
Santi Chyntia
Ceritanya mengalir ringan dan pesan moral nya jg dapet, keren kak/Good//Heart/
Choi Jaeyi
cieeee juga nih wkwkk
Amelia
👍👍👍👍👍👍❤️❤️
Rurri
makasih kak, atas pujiannya 😊

karya² kk juga sama bagus²🌷🌷🌷
Amelia
aku suka sekali cerita nya... seperti air mengalir dan tanpa karekter yg di paksa kan👍👍👍
Jecko
Aku tersentuh/Sob/
Amelia
😚😚😚😘😘😘😘
Amelia
mantap...👍👍👍👍
Amelia
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Amelia
wkwkwk...
😅😅
Amelia
hahahaha...🤭🤭
Choi Jaeyi
selalu suka bgt sama kata tiap katanya author😭
Amelia
bagus Thor....👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!