NovelToon NovelToon
Mantan Rasa Pacar

Mantan Rasa Pacar

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asmi SA

MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?

Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.

Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.

Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.

Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.

Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

“Tempat ini,” gumam Arletta. Galang menoleh saat Arletta melepaskan tangannya.

“Kenapa kita ke sini?” Ujar Arletta. Entah pertanyaan itu ditujukan untuk Galang atau untuk dirinya sendiri.

Dia bahkan meminta Galang berhenti secara random tadi. Ia tidak sadar jika mereka berhenti di tempat ini.

“Lama ya, kita ngga ke sini,” ucap Arletta tersenyum tipis. Galang mengangguk, “mungkin satu tahun,” jawabnya.

Galang kembali menarik tangan Arletta untuk lebih mendekat ke tepi danau. Arletta hanya menurutinya. Suasana yang sunyi menenangkan hatinya yang tengah kacau saat ini.

Mereka duduk di atas rumput. Tangan Galang sibuk memainkan rumput-rumput di depannya itu. Sesekali ia melemparkan rumput itu yang seolah-olah bisa ia lempar ke danau.

Arletta tampak melamun dengan pikiran entah ke mana.

“Kalo lo ada masalah, cerita aja,” ucap Galang yang dari tadi dikacangin.

Arletta menoleh lesu, “bayangin lo jadi gue. Dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, dua cowok nembak lo, apa yang lo lakuin?”

Galang terdiam, dua cowok itu pasti Bian dan Riyan. Ia menoleh menatap Arletta dengan kekehan, “kalo gue, gue bakal terima semuanya,” jawabnya santai. Arletta berdecak kesal.

“Ish! Lo mah ngga ngerti, lo kan jomblo,” cibir Arletta. Galang menoleh datar pada Arletta.

“Gue ngga bakalan jadi jomblo kalo lo ngga mutusin gue,” sindir Galang membuat Arletta terdiam. Di tempat ini, tempat di mana Arletta memutuskan hubungan mereka. Tempat yang mereka datangi setiap pulang sekolah, dulu.

Skakmatt kan lo Ta? Makanya hati-hati ngomong sama mantan. Galang selalu bisa membalas ucapannya. Apalagi jika berkaitan dengan hati. Galang selalu bilang, dia yang paling tersakiti saat mereka putus.

“Kalo gue nembak lo lagi, siapa yang bakal lo terima? Gue, Riyan, atau Bian?” Arletta terdiam mendengarnya. Lama, hingga ia berdiri dari sana, “Gimana sih! Gue tuh lagi curhat sama lo biar gue lega. Kenapa lo malah bikin gue tambah pusing!"

Galang terkekeh, ia menarik lengan Arletta agar kembali duduk di sampingnya.

“Iya-iya gue becanda kok. Jadi gimana?” Ucap Galang lembut. Arletta menghela nafas pelan.

“Gue ngga suka sama Riyan, gue lebih nyaman dia jadi temen gue.”

“Lo suka sama Bian?” Galang menatapnya lembut. Sebenarnya tanpa ia tanya pun ia tahu apa jawaban Arletta. Karena dia pernah mengatakannya.

“Lo bahkan tahu jawaban gue Lang,” ucap Arletta menoleh. Galang mengangguk, “iya gue tahu, tapi itu dulu kan, apa sekarang masih sama?” Tanya Galang lirih. Arletta tidak menjawabnya.

“Lo jadian sama Bian?” Ucap Galang pelan, berharap Arletta akan membantahnya. Arletta mengernyit, “Gue? Gue ngga jadian sama Bian,” elaknya.

Terbesit sebuah harapan di sana. Galang tersenyum tipis, “gue harap lo jujur, karena Bian bilang lo pacarnya.” Arletta menoleh terkejut. “Bian? Bian bilang gitu ke lo? Dan lo percaya?” Arletta mengharap sebuah gelengan dari Galang. Galang hanya mengedikkan bahunya.

“Karena gue lihat dia cemburu banget pas lo dipeluk Riyan tadi,” ucap Galang lirih. Arletta menghela nafas.

“Lo tahu kan Bian suka sama gue dari dulu. Dia juga posesif banget saat lo deket-deket sama gue,” ucap Arletta pelan, berharap Galang percaya.

“Iya gue tahu, tapi ini beda. Waktu lo ulangtahun, lo ngilang. Ternyata lo pulang sama dia, kan?” gumam Galang tanpa menatap Arletta.

“Oke kalo lo nganggep gue cemburu, karena emang gue cemburu,” tambahnya. Arletta terdiam. Galang membenarkan posisi duduknya menghadap Arletta.

“Gue pengen kita balik lagi kayak dulu,” ucap Galang meraih tangan Arletta.

Tenggelamkan saja Arletta ke dasar danau tolong! Pikirannya kacau karena dua cowok, sekarang Galang justru ikut-ikutan. Sabarkan hati Arletta.

“Gue ngga maksa lo buat jawab sekarang.” Galang menghela nafas.

“Pulang yuk, besok ulangan jangan sampe nilai lo anjlok terus nyalahin gue,” ucap Galang berdiri dari sana tersenyum tanpa Arletta ketahui.

Arletta mencak-mencak di tempatnya saat Galang berjalan meninggalkannya. “Nilai gue anjlok gue bakalan tuntut kalian bertiga,” racau Arletta lalu berlari menyusul Galang.

***

"Aw sakit!" pekik Riyan, ia menarik tangan Andini yang tengah mengobati sudut bibirnya yang luka itu.

"Lagian! Kok kalian bisa berantem sih! Kekanakan banget tau ngga!" Andini terus mengomel seperti ibu yang mengomeli anaknya.

“Apa lo ngga ngerti? Bodoh ya?” Cibir Adit yang tengah asyik memainkan gamenya. Andini menoleh ke samping. “Ish! Wajar dong kalo gue ngga tahu,” ucap Andini kesal masih mengobati Riyan.

“Di lihat dari manapun udah jelas kan? Ini ada kaitannya sama Arletta.” Adit masih saja fokus pada game di ponselnya. Andini tampak berpikir lalu mengangguk sadar.

“Eh bentar, Bian kan baru aja masuk kemaren, mereka baru kenal kan?” Andini tampak menerawang, ia menarik tangannya dari wajah Riyan, dan fokus pada percakapannya itu.

“Lo kali yang baru kenal sama Letta,” ucap Adit remeh. Andini memanyunkan bibirnya.

“Enak aja, gue udah lima tahun ya kenal sama Letta,” ungkap Andini tidak terima. Adit menyipitkan matanya menatap Andini.

“Kalo gitu, lo tahu dong teman kecilnya Letta yang ninggalin dia.”

Andini menatap Adit cukup lama, “teman kecilnya? Bukannya Kak Galang doang?”

Adit tampak terkekeh, “lo bukan sahabatnya,” ungkap Adit kembali memainkan gamenya. Andini melotot tidak terima.

“Kalo lo sahabatnya, lo pasti tahu dong semua hal tentang dia,” ucap Adit santai. Raya yang sejak tadi diam memainkan ponselnya itu menoleh. Andini tampak berpikir di sebelahnya. Raya beralih menoleh pada Adit.

“Ngga gitu juga Bambaang! Ngga semuanya bisa dia ceritain ke sahabatnya, bisa jadi itu privasi dia, ngga usah ngompor-ngomporin deh,” decak Raya kesal.

“Kelihatan banget lo belain Letta, jangan-jangan lo juga tahu,” ujar Adit santai tidak menoleh sedikitpun. Raya terdiam, apalagi saat melihat Andini yang seolah menuntut jawaban darinya.

Adit sialan! Gerutu Raya menatap Adit tajam. Raya menghela nafas, “ngomong aja Din, jangan lihatin gue kayak gitu.”

“Apa lo juga tahu tentang hubungan mereka?”

Kembali ia menghela nafas, ini semua gara-gara Adit. “Gue ngga tahu persis gimana mereka bisa kenal, apalagi hubungan mereka.”

“Lo yakin?” Andini menatap Raya masih tidak percaya. Raya menghela nafas lalu mengangguk.

“Udah lah Ya, ngga usah ditutup-tutupin. Masa lo ngga tahu hubungan sahabat sama kakak lo sendiri,” ucap Adit setelah menyelesaikan game di ponselnya.

Byur.. bagai di siram air satu ember. Eh ngga, bagai terguyur hujan di siang bolong. Ingin rasanya menyumpal mulut Adit sama kaos kaki Bagas yang bau itu. Ada dendam apa sih Adit sama gue?

“Kakak?” Andini menoleh pada Adit bingung. Raya menatap Adit tajam, cowok itu hanya mengedikkan bahunya acuh kembali memainkan gamenya.

“Bian?” Andini menoleh pada Raya yang menatapnya sedu. “Bian kakak lo?”

“Jawab Ya!” Seru Andini yang tidak mendapat jawaban dari Raya. Raya mengangguk lemah.

Andini tertawa, membuat Raya menatapnya. Bukan tertawa karena bahagia atau senang. Lebih tepatnya ia menertawakan dirinya sendiri.

“Bian kakak lo. Bian ada hubungan sama Arletta, sahabat kita. Tapi lo pura-pura ngga tahu? Atau gue yang terlalu bodoh?” Andini menatap Raya datar lalu menyandarkan punggungnya pada kursinya. Ia lelah. Tanpa sadar air matanya menetes, ia merasa diasingkan oleh sahabatnya sendiri.

Raya menggeleng memegang bahu Andini, “ngga gitu Din, gue emang beneran ngga tahu persis gimana hubungan mereka berdua.”

Raya tidak bermaksud pura-pura sejauh ini. Ia hanya tidak ingin mengakui Bian sebagai kakaknya karena ia memang membencinya.

Arrghh ini semua gara-gara Adit!

Andini menoleh, “apa lagi yang gue ngga tahu?”

“Gue akan kasih tahu lo apapun yang lo ingin tahu, asal lo jangan marah sama gue, please.” Raya menyatukan kedua telapak tangannya memohon.

Andini memanyunkan bibirnya tampak berpikir, lalu ia mengangguk. Andini mengangkat kelingkingnya, dengan tersenyum Raya menautkan jari kelingkingnya.

“Maafin gue Din, gue ngga maksud gitu kok,” ujar Raya memeluk Andini.

“Ck, lemah banget sih Din, sumpah!” Decih Adit menggeleng. Raya menoleh tajam pada Adit dan mengambil ponselnya.

“Ish! Kembaliin ngga!” Bentak Adit mencondongkan tubuhnya untuk meraih ponselnya namun ponsel itu Raya berikan pada Bagas.

“Ngga ada! Lo kenapa sih jadi cowok kompor banget, lo benci sama gue?” Seru Raya menatap Adit tajam. Adit menghela nafas, pasrah karena ia tidak dapat mengambil ponselnya.

Raya tersenyum miring menatap Adit membuat Adit mengernyit heran.

“Lo benci sama gue karena gue adiknya Bian? Karena Bian, lo ngga bisa deketin Arletta,” tambahnya yang kini tersenyum menatap Adit.

"Uhuk.. Uhukk.." Riyan tersedak minumannya sendiri, ia menatap Adit menuntut jawaban, begitupun yang lain.

Adit mengangkat kedua tangannya, “e-eh bentar-bentar.”

“Lo suka juga sama Arletta, Dit?” Bagas masih menatap Adit seperti tersangka begitu juga yang lain. Adit menatap Raya seolah berkata, “ini semua gara-gara lo!”

Raya tersenyum memiringkan kepalanya seolah mengatakan, “kita impas.”

1
Fittar
akhirnya balikan 🥰
Fittar
baikan juga ini kakak adik...
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭
Fittar
lagi datang bulan maunya makan pedes😁
Asmi_SA: wkwk sesama cewek pasti paham
total 1 replies
Diana Novitasari IzSa
keren
Asmi_SA: thank you
total 1 replies
Fittar
semua betah memendam rasa 🤧
Asmi_SA: kalo aku mah ngga bisa 😭
total 1 replies
Fittar
Luar biasa
Asmi_SA: makaasiih sudah mampir🤗🥰
total 1 replies
revasya alzila
keren lanjut thor
Asmi_SA: makasih udah mampir🤗
total 1 replies
Rita Riau
ga bisa ke lain hati ya Lang,,,? bukan nya benci malah tambah posesif ke mantan,,
Asmi_SA: ngga bisaa.. Galang cinta banget soalnya wkwk
total 1 replies
Rita Riau
mungkin menghindar lebih baik Yan 🤔🤭
Asmi_SA: /Scowl/
total 1 replies
Rita Riau
izin mampir ya Thor 🙏
Asmi_SA: makasiih udah mampiir 🤗
total 1 replies
revasya alzila
Di tunggu kelanjutannya Thor
Asmi_SA: stay tune yaa🥰
total 1 replies
kookie 🐰
mampirr... semangat terus kakaa 🔛🔥
Asmi_SA: makasiiihh jangan bosen bosen yaa 🥰🥰
total 1 replies
revasya alzila
Nyimak kak
Asmi_SA: makasiiih .. jangan bosan-bosan yaaa🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!