Jangan pernah sesumbar apapun jika akhirnya akan menelan ludah sendiri. Dia yang kau benci mati-matian akhirnya harus kau perjuangkan hingga darah penghabisan.
Dan jangan pernah meremehkan seseorang jika akhirnya dia yang akan mengisi harimu di setiap waktu.
Seperti Langit.. dia pasti akan memberikan warna mengikuti Masa dan seperti Nada.. dia akan berdenting mengikuti kata hati.
.
.
Mengandung KONFLIK, di mohon SKIP jika tidak sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Tak dapat menjabarkan rasanya.
Dokter mengarahkan alat USG di sekitar perut Dinar. Keningnya berkerut kemudian tersenyum.
"Selamat Pak, memang sudah isi.. kalau menyesuaikan dengan HPHT, usianya sudah enam minggu." Kata dokter.
"Maksudnya apa dok? Hamil?" Tanya Dinar.
"Iya, Bu. Wajar ada sedikit pendarahan, asal tidak banyak, semua aman..!!"
Mulut Dinar ternganga, dirinya begitu syok sampai meraba perutnya.
:
"Om Ran jahat..!!!! Kenapa hamili Dinar????? Ayah bisa marah. Lagipula Dinar nggak suka sama Om Ran. Kita pacaran hanya pura-pura..!!!!" Dinar sangat marah sampai memukuli Bang Ratanca.
"Dengar dulu penjelasan saya, dek..!! Iyaa.. saya salah. Tapi saya juga tidak akan berani menyentuhmu tanpa ikatan. Kita sudah menikah." Jawab Bang Ratanca.
"Bohong..!!!!! Dinar nggak mau, Dinar nggak suka sama Om Ran. Om Ran item, galak, suka marah-marah, suka melotot..........."
"Iyaa dek.. iyaaa... Semua yang jelek, Om Ran yang punya dah. Ojo nesu wae to, sayang..!!" Bujuk Bang Ratanca.
"Dinar nggak mau nikah sama Om Ran." Dinar terisak-isak mendengarnya.
"Wes kadung, dek."
Dinar menghentakkan kaki kemudian masuk ke dalam mobil sambil menangis.
"Pelan, dek..!! Pelaan..!!!!!" Kata Bang Ratanca stress sendiri melihat tingkah Dinar.
...
"Siapa yang hamil????" Bentak Pak Navec saat Mama Dindra menyerahkan testpack di hadapannya.
Dinar dan Nada sama-sama menunduk dalam tangisnya sedangkan Bang Ratanca dan Bang Langkit ikut gugup di buatnya.
"Jawaaabb...!!"
"Nada." Jawab Bang Langkit.
"Dinar, Yah." Bang Ratanca pun menjawab dengan tegas.
"Ya Allah Ya Tuhankuuuu..!!" Pak Navec bersandar lemas sampai kemudian akhirnya tidak sadarkan diri.
"Ayaaaaahhh..!!!!" Kedua putri Pak Navec pun menghambur memeluk nya.
"Yaaahh.." Mama Dindra panik sampai ikut lemas melihat suaminya pingsan.
...
Rasanya Bang Dalu ingin menghajar kedua sahabatnya namun tangisnya ikut tumpah ruah saat Nada dan Dinar memeluknya.
"Kalian berdua buat kelapaku sakit, Ran.. Lang. Aku sudah mewanti-wanti pada kalian agar berhati-hati. Kau belum menikah, Lang dan Dinar.. dia di nikahkan lebih awal karena kejadian yang lalu buat Ayah ketakutan." Kata Bang Dalu sembari membalas pelukan kedua adiknya. "Sekarang, setiap hari pun aku mengingatkan pada kalian, semua seakan tidak ada gunanya. Nada tetap hamil dan kau tidak bisa berhati-hati, Ran."
Kata maaf rasanya tidak cukup untuk memulihkan segala keadaan. Hidup baru terlanjur hadir di tengah hidup mereka.
"Apapun itu, Nada dan Dinar tetap adik ku. Aku tetap sakit hati..!!" Bang Dalu ikut menangisi adik-adiknya karena dirinya memang sangat menyayangi keduanya.
"Abaaaang.. maaf..!!" Hati Nada begitu sesak melihat tangis Abangnya.
"Dinar juga minta maaf, Bang." Kata Dinar.
Tak lama Bang Pasa dan Bang Erlangga berlari masuk ke dalam rumah. Melihat Bang Ratanca dan Bang Langkit emosi mereka pun meledak.
Baku hantam nyaris terjadi, terutama Bang Erlangga yang memiliki jiwa emosional yang cukup tinggi.
Tau kedua Abangnya akan menyerang. Nada dan Dinar menghambur untuk melindungi Bang Ratanca dan Bang Langkit. Bang Dalu bisa meraih tangan Nafa namun tidak bisa meraih Dinar yang berlari dengan cepat.
Saat tendangan melayang mengarah pada Bang Ratanca, di saat itu pula Dinar menghalangi.
buugghh..
"Eghh.." tanpa ada sepatah kata pun, detik itu juga Dinar tak sadarkan diri.
"Dinaaaarrr..!!!!" Bang Ratanca stress bukan main menghadapi situasi di hadapannya.
...
plaaaakk.. plaaakkk...
Dokter yang memeriksa kandungan Nada dan Dinar sudah pamit pulang. Pak Navec menampar wajah kelima pria di hadapannya. Bagaimana kelima orang pria bisa menyebabkan dua orang wanita hamil nyaris kehilangan bayinya, terutama Dinar.
"Ayah harus bagaimana???? Ayah harus bagaimanaaaa??????" Bentak Pak Navec karena sudah berada dalam puncak kesedihannya sementara Mama Dindra sudah terhanyut dalam tangisnya.
"Saya akan langsung menikahi Nada, Yah." Ucap tegas Bang Langkit.
Bang Ratanca masih terduduk lemas dan bersimpuh di samping Dinar yang baru saja tersadar. Sebelah tangannya menggenggam erat tangan Dinar dan sebelahnya lagi terus mengusap perut istri kecilnya.
"Saya minta maaf." Kata Bang Ratanca penuh penyesalan.
"Segala yang sudah terlanjur terjadi pasti akan ada kata penyesalan. Ayah sudah bilang, Dinar mengkonsumsi obat yang akan berbahaya jika dia hamil." Suara Pak Navec semakin meninggi. "Kalau kehamilan Dinar tidak sehat, relakan saja kandungan nya."
"Jangan yah, tolong jangan..!!! Saya janji akan menjaga Dinar dan anak kami baik-baik..!!" Bang Ratanca begitu histeris, pria gagah itu merangkak dan bersujud di kaki mertuanya.
Dinar tidak lagi menangis, tenaganya sudah habis untuk memikirkan kekacauan ini terutama sakit di dada dan perut nya begitu terasa.
Pak Navec bukannya tidak kasihan melihat Dinar, terutama Bang Ratanca yang sudah seperti orang hilang akal. Pak Navec tau Bang Ratanca benar-benar mengesampingkan tentang harga dirinya. Jika laki-laki sudah bertaruh tentang harga diri, sudah bisa di pastikan bahwa laki-laki itu sungguh sangat mencintai wanita itu.
Sampai beberapa saat lamanya, Bang Ratanca masih menangis meraung, suami Dinar itu masih membungkuk di bawah kaki Pak Navec dan Bu Dindra.
"Om Ran.. mau sate taichan..!!" Rengek Dinar, memang sejak tadi perutnya sudah berbunyi nyaring.
Bang Ratanca menunduk sedih. Pak Navec belum memaafkan, Mama Dindra terdiam dan ketiga junior yang notabene adalah iparnya juga masih menatapnya garang.
"Pergilah, Bang..!!" Bang Erlangga memberikan ijin nya.
Pak Navec tidak menjawab apapun sebab putranya itu pun berhak menentukan yang terbaik untuk adiknya, sedangkan Bang Pasa satu-satunya 'wali' dari Nada juga menatap Bang Langkit dan mempersilakan pria tersebut untuk pergi.
:
Bang Ratanca bersandar lemas di mobil, ia mengurut pangkal hidungnya. Kejadian ini membuatnya cukup syok.
"Sudahlah Ran, jangan di pikir sampai dalam begitu. Nanti kita jadi stress. Kita salah ya memang salah. Saya buat hamil anak orang, kamu kebablasan karena kurang sabar." Kata Bang Langkit.
"Kau sadar atau tidak?? Gerak lambat nya kau mengurus semuanya juga menyiksaku habis-habisan. Bertahan dan bersabar menghadapi kelakuan Dinar bukan hal yang mudah." Jawab Bang Ratanca.
"Maaf, aku tidak peka dengan keadaan mu." Bang Langkit pun sampai ikut mengurut pelipisnya sembari melihat kondisi jalan yang ramai lancar.
"Aku nggak nyangka, sebentar lagi mau jadi bapak." Senyum Bang Ratanca tersungging tipis dalam kegundahan hatinya.
Bang Langkit menepuk bahu sahabatnya. "Aku juga bahagia, tapi sekaligus sedih."
.
.
.
.