"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ponsel lagi
"Uhuk uhuk" tian terbatuk-batuk dan tanpa izin Mentari langsung memeluk Omnya yang sudah membuatnya sangat kawatir, terlebih tadi dia yang memaksa sang Om untuk ikut naik sampan.
"Syukurlah Om, selamat" ucap Mentari dengan suara has orang yang sedang menangis, karena memang sekarang Mentari sedang menangis.
Tian tak merespon karena masih mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya dan saat ingat sabab musabab sampan terguling Tian langsung berkata "Tari mana ponsel Om?"
Tari yang mendengar pertanyaan sang Om, langsung melepaskan pelukannya dan menatap sang Om tidak percaya.
Yang benar saja, apa katanya ponsel, Tian menanyakan ponselnya, disaat dirinya dan yang lain berjuang keras untuk menyelamatkan nyawanya.
"Om, apa kepala Om terbentur sesuatu?" tanya Mentari sambil mengecek kepala Tian, siapa tahu kepala Tian terbentur sesuatu, dan membuatnya berpikir jika ponselnya lebih penting dari nyawanya.
Tian yang kepalanya sedang diperiksa Mentari tentu saja Tidak suka dan saat itu juga Tian langsung melepaskan tangan Mentari dari kepalanya sambil berkata, "Om baik-baik saja, dan mana Ponsel Om?" lagi dan lagi ponsel itu dipertanyakan kembali.
"Ini" ucap Mentari memberikan posel Tian yang kebetulan tadi sempat Mentari masukan kedalam saku celananya sebelum sampan terbalik.
"Om?"
"Ya"
"Apa Om tidak mau berterimakasih padaku, dan yang lain, karena sudah menolong Om?" tanya Mentari saat sang Om sibuk dengan ponselnya yang sangat amat penting itu.
"Oh, terimakasih sudah menolong" ucap Tian datar, ya datar karena pikirannya masih terfokus pada ponselnya yang ternyata sudah mati.
Tian telah berterimakasih, seperti permintaan Mentari, namun rasa terimakasih tian tidak membuat Mentari puas, karena sungguh ucapan terimakasih tian terdengar dipaksakan ditelinga Mentari.
Ingin Mentari marah sebenarnya, tapi Ya sudahlah diperpanjang pun tak ada gunanya. pikir Mentari yang sudah bisa menguasai amarahnya.
Tian yang sudah memeriksa Ponselnya kini menyodorkan ponselnya itu pada Mentari, dan berkata "Perbaiki ponsel Om, ini karena kamu."
Tanpa membantah, Mentari langsung menerima ponsel Tian, karena dia sadar jika matinya ponsel tian karena salahnya, dan tanpa siapa pun tahu Mentari sangat senang akan permintaan Tian barusan, karena jika dia bisa memperbaiki ponsel Tian, itu artinya nanti saat ponsel Tian sudah bisa digunakan, dia bisa melihat tulisan Tian yang ada diatas Fotonya yang sedang tersenyum.
Tian yang merasa sudah membaik, langsung berdiri dan saat Tian membenarkan pakaiannya yang berantakan, Bayu dan kedua teman Tari datang menghampiri.
"Syukurlah Om, kamu sudah sadar, kupikir kau akan berpulang sebelum tahu rasanya surga dunia" ucap Bayu yang memang merasa lega sangat lega, namun diakhir ucapannya diselipkan sebuah candaan.
"Iya Om, kami juga kawatir" ucap Andini dan diangguki Aira.
"Oh iya Om, gimana rasanya dicium Mentari?" sebuah pertanyaan yang tentu saja terlontar dari mulut Bayu, dan hal itu dipertanyakan setelah Mentari menjauh dan Bayu juga bicara dengan suara yang pelan, yang Bayu pastikan hanya bisa didengar oleh Dirinya dan Tian saja.
"Cium? maksud kamu ap..., Tunggu jangan bilang Tari yang memberikan nafas buatan untukku?" tanya Tian yang baru ingat akan hal tersebut, itu juga karena diingatkan oleh Bayu.
"Iya, dia yang memberi om nafas buatan, dan itu dilakukan Mentari sampai tiga kali" ucap Bayu yang melihat dari kejauhan apa yang dilakukan Mentari tadi, karena kebetulan posisi Mentari tadi menghadap kearah danau.
"Jangan bercanda, mana mungkin dia mau melakukan hal semacam itu padaku" ucap Tian tidak percaya begitu saja.
"Awalnya juga aku gak kepikiran Tari bakalan kasih Om nafas buatan, tapi sayang kedua mata ku memaksaku percaya jika dia melakukan hal itu, bahkan sampai tiga kali." jelas Bayu.
Ya Bayu tadi saat sudah naik lagi keatas sampan, terus menatap Mentari yang sedang menolong Tian dari kejauhan dan dia tersentak saat Mentari memberikan nafas buatan untuk Tian dan kedua teman Mentari pun sama terkejutnya. Malah Andini dan Aira tadi berharap berpindah posisi dengan Mentari, agar bisa memberikan nafas buatan untuk Tian.
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.