NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

Setelah selesai melakukan pekerjaannya, Reno, Dewi dan Felis kembali ke tenda mereka yang ada di pos relawan belakang, ketika mereka berjalan melewati bangsal, terlihat para penyintas yang baru datang di tampung di sana, jumlah mereka kira kira 25 orang. Reno dan Dewi mengintip ke dalam, mereka melihat Indah, Hilman, Vina, bu Ratna dan lainnya sedang sibuk merawat penyintas yang terluka. Reno melihat beberapa bayangan hitam yang menyelimuti beberapa orang penyintas,

“Liat Wi, om om yang itu, trus ama ibu ibu yang pake baju bagus itu,” ujar Reno menunjuk ke dalam.

“Yang gue liat itu, cowo yang lagaknya kayak pangeran dan meluk dua orang cewek, muka standar tapi kelakuan cogan, di selimuti bayangan item lagi, gila bener,” balas Dewi menunjuk ke arah lain.

“Banyak Wi, ada lebih dari tiga orang yang kayak gitu, tapi yang paling parah yang gue dan lo sebutin, mudah mudahan ga ada yang rese,” ujar Reno.

“Wah siapa yang rese ?” tanya suara di belakang mereka.

Reno dan Dewi menoleh, mereka melihat Felis yang sedang di gandeng oleh Faizal di belakang mereka. Felis melepaskan tangan Faizal dan kembali menggandeng Dewi di depannya,

“Kalian jangan lepas Felis sendirian, sekarang lagi banyak orang orang yang baru datang, mereka belum kenal Felis,” ujar Faizal.

“Baik pak, maaf,” balas Reno.

“Trus ? gimana pendapat kalian mengenai orang orang yang baru datang itu ?” tanya Faizal.

“Mereka datang darimana pak ?” tanya Reno.

“Sebelum mereka di sini, mereka berlindung di gedung universitas di salemba, di sana banyak tentara juga yang menjaga mereka katanya, tapi mereka di kepung, rumah sakit di belakangnya penuh dengan zombie, jalan di depan mereka juga penuh zombie yang berasal dari rumah sakit di sebrang, pasar, gedung gedung dan zombie yang berdatangan dari arah senen, karena situasi gawat, mereka memutuskan untuk menerobos keluar dan pergi meninggalkan tempat mereka, waktu itu katanya ada 100 orang yang berhasil keluar termasuk tentara, tapi yang sampai kesini hanya sekitar 25 orang dan saya tidak melihat satu orang pun tentara yang selamat,” jawab Faizal.

“Segawat itu ?” tanya Reno.

“Ya...segawat itu, selain itu kita masih belum bisa menghubungi markas pusat, ini benar benar meresahkan,” jawab Faizal.

“Mereka keluar dari sana kapan pak ?” tanya Dewi.

“Menurut keterangan bapak tadi, katanya seminggu yang lalu, mereka berjalan kaki menghindari kerumunan zombie dan mencari jalan tikus kemudian akhirnya berjalan di rel kereta untuk bisa kesini,” jawab Faizal.

“Menurut pak Faizal, mereka bisa di percaya ?” tanya Reno.

“Semoga saja, sebagai sesama manusia kita wajib menolong, tapi tenang saja, kasus Sumarno kemarin menjadi pelajaran untuk kita, tentu saja saya tetap mewaspadai mereka,” jawab Faizal.

“Semoga ya pak,” balas Reno.

“Apa ada yang kira kira kalian curigai ?” tanya Faizal.

Reno dan Dewi menoleh kembali melihat ke dalam, kemudian mereka saling melihat satu sama lain,

“Ada tiga sih pak, pertama om om yang berambut serba putih yang memeluk kopernya, trus trus tante tante necis yang kayaknya judes dan mahasiswa sok keren di ujung,” ujar Reno.

“Oh pak Dedy, bu Yenny dan saudara Ervan ya,” ujar Faizal melihat ke dalam.

“Iya pak,” balas Dewi.

“Hmm baiklah, bagi saya sih mereka normal normal saja, tapi Ajeng pernah bilang sama saya kalau saya harus percaya ama kalian walau tidak bilang alasannya, baik, saya akan awasi mereka, terima kasih ya,” ujar Faizal.

“Sama sama pak,” balas Reno dan Dewi bersamaan.

Faizal berjalan masuk ke dalam bangsal untuk berbicara dengan pemimpin penyintas dan mengawasi mereka.

“Kita balik ke tenda dulu, trus bantu mereka yuk,” ujar Reno mengajak Dewi dan Felis.

“Iyaaaaa,” ujar Felis.

“Ok ayo, gue mau ngelap badan dulu, keringetan,” ujar Dewi.

Ketika ketiganya melangkah pergi, tiba tiba “tap,” pundak Reno kembali di pegang dari belakang, Reno langsung menoleh dan terkejut,

“Loh...Toni ?” tanya Reno yang melihat seorang siswa sma yang masih memakai seragam sma lusuh memengang pundaknya dari belakang.

“Ren...lo selamet...lo selamet,” ujar Toni memeluk Reno.

“Oh lo dateng bareng penyintas yang laen ya, syukur deh lo selamet,” ujar Reno sambil menepuk nepuk punggung Toni.

Toni menoleh melihat Dewi yang berdiri di sebelah Reno, Dewi terlihat memegang lengan Reno menggunakan tangannya yang memakai cincin, Toni langsung melepaskan Reno dari pelukannya dan bergeser ke depan Dewi, tangannya langsung terentang dan ingin memeluk Dewi tapi Dewi menghindar dan bersembunyi di belakang Reno bersama Felis.

“Oh...iya bener, sori Wi, gue ga maksud macem macem, gue cuman seneng anak sekolah kita ada yang selamet,” ujar Toni yang sadar kalau dia menakuti Dewi.

Reno menoleh melihat Dewi yang sedikit ketakutan di belakangnya, kemudian dia menarik Dewi keluar supaya berdiri di sampingnya kembali. Reno mendekatkan wajahnya ke telinga Dewi,

“Lo masih takut sama kejadian waktu kelas 10 ya ?” tanya Reno.

“Iya, gue masih inget jelas,” jawab Dewi berbisik.

“Ya udah, lo deket deket gue aja,” balas Reno.

“Loh lo berdua jadian ?” tanya Toni kepada Reno dan Dewi.

“Ah...itu,”

“Iya jadian, bukan jadian, tunangan,” celetuk Dewi memotong ucapan Reno.

“Oh...gitu, aduh sori Ren, gue jadinya kurang ajar ya,” ujar Toni.

“Um,” Reno melirik ke Dewi karena tangannya di cengkram Dewi, wajah Dewi nampak geram dan mengatakan kalau Reno harus mengatakan hal yang sama dengan dirinya atau dia akan marah besar.

“I..iya, ga apa apa Ton, lo kan ga tau,” ujar Reno terpaksa.

“Wah sejak kapan ? setelah kiamat atau sebelum ? kelas dua kita jarang ngobrol sih ya, lo ama gue ga sekelas kan, apa jangan jangan lo berdua udah tunangan waktu gue nembak Dewi lagi,” ujar Toni.

“Pas lo nembak,” jawab Dewi ketus sebelum Reno menjawab pertanyaan Toni.

“Ya...gitu deh,” tambah Reno.

“Duh sori ya Ren, gue waktu itu nembak dia karena emang gue naksir dia, gue ga tau dia tunangan lo,” ujar Toni.

“I..iya, ga apa apa Ton,” balas Reno.

“Trus gimana kabar lo Ren, sejak kapan lo disini ? sekarang lo mau ke mana ?” tanya Toni.

“Gue mau balik ke tenda gue di belakang, gue di sini udah sebulanan,” jawab Reno.

“Dah ya gue duluan, (menoleh melihat Reno) aku dan Felis duluan,” ujar Dewi.

“I..iya,” balas Reno.

Dewi menarik tangan Felis dan mereka berjalan menuju ke gedung belakang meninggalkan Reno dan Toni tertegun melihat dirinya.

“Masih cakep aja si Dewi, beruntung lo bro,” ujar Toni sambil menyikut Reno.

“I..iya haha, (lo ga tau aja, gue udah kena tabok berkali kali ama dia),” balas Reno.

“Asli gue ga nyangka banget ketemu lo, kayaknya emang gue jodoh lo kali ya, waktu masuk sma juga gitu, dari smp kita cuman lo ama gue yang masuk ke sma kita sekarang,” ujar Toni.

“Itu mah kebetulan, bukan jodoh kali, gue ogah jodoh ama lo,” balas Reno.

“Hehehe gue juga ogah,” balas Toni.

“Trus ceritanya gimana sampe lo bisa kesini ?” tanya Reno.

Toni menunduk, dia langsung duduk bersender di dinding tepat di sebelah pintu, Reno duduk di sebelahnya. Toni bercerita kalau dia tidak terlalu paham dengan apa yang terjadi karena kejadiannya terlalu cepat, alasan mereka meninggalkan pos mereka karena ada yang membukakan pintu dan puluhan zombie masuk ke dalam.

“Hah serius lo ?” tanya Reno.

“Serius, awalnya pos kita cukup aman, banyak pengungsi yang berhasil di temukan oleh personel tentara, tapi tiba tiba rumah sakit di belakang yang awalnya adalah pos relawan kita, jebol, zombie zombie masuk dan yang di dalam jadi zombie semua, kita susah payah keluar karena terjepit, akhirnya tentara memaksakan diri menerobos keluar lewat jalan diponegoro dan masuk ke tepi kali. Setelah sampai daerah manggarai, mulai tentara dan penyintas saling tuduh siapa yang membukakan pintu bagi zombie di belakang, kalau di lihat emang aneh, rumah sakit itu kokoh dan tidak banyak pintu masuk, semua pintu sudah di palang dan di jaga 24 jam, lagipula walau di jalan salemba banyak zombie, di jalan diponegoro sepi dan sudah bersih, keliatannya emang ada yang bukain zombie supaya masuk ke dalam,” jawab Toni.

“Hmm...begitu ya, trus kata pak Faizal ada 100 orang yang selamat tapi kok yang sampai ke sini cuman 25 orang ?” tanya Reno.

“Ya itu tadi, karena berselisih dan saling tuduh siapa yang buka pintunya, separuh dari kita mencar pergi kemana ga tau, sisanya ikut om Yohan kesini, tapi di jalan ada aja yang ga kuat akhirnya meninggal di jalan, jujur aja, udah semingguan lebih gue dan yang lain ga makan, yang meninggal di jalan kebanyakan orang tua dan.....bayi,” jawab Toni menunduk.

“Om Yohan siapa ?” tanya Reno.

“Yang tadi ngomong ama komandan lo pas di pager,” jawab Toni.

“Oh yang pake topi ya ?” tanya Reno.

“Iya, dia juga militer tapi udah pensiun,” jawab Toni.

“Tapi kok ga ada tentara yang bareng lo ?” tanya Reno.

“Mereka katanya ke markas pusat yang ada di pulau seribu untuk melihat kondisi di sana lalu menyusul kesini sekaligus melaporkan kondisi di sana,” jawab Toni.

Tiba tiba seorang pria paruh baya yang memakai topi dan bernama Yohan keluar dari bangsal kemudian memanggil Toni supaya masuk ke dalam. Toni langsung berdiri dan pamit kepada Reno, dia berlari masuk ke dalam. Yohan membuka topinya kemudian menyapa Reno dan berbalik masuk ke dalam, “blugh,” Reno jatuh terduduk dan wajahnya nampak pucat, matanya terus mengikuti Yohan yang masuk ke dalam.

Di penglihatan Reno, di belakang Yohan ada puluhan hantu yang berpakaian tentara, seragam sekolah, kemeja, pakaian casual, anak kecil, orang tua, pria dan wanita, namun yang membuat Reno takut sampai jatuh terduduk, seluruh wajah hantu itu nampak seperti ketika ayah, ibu dan neneknya marah yaitu rahang mereka memanjang sehingga mulut mereka berbentuk elips dan mata mereka gelap.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!