Arsen pria tampan berusia 33 tahun, akibat kekejaman ayahnya, membuat dia memiliki kepribadian kejam.
Dan ya jika dia mendengar nama sang ayah disebut, maka dia akan mengeluarkan sisi gelapnya, dengan menghukum diri sendiri dan juga orang sekitarnya.
Adelia putri, wanita sederhana, harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan akibat perbuatan ayahnya.
Dimana sang ayah lebih memilih pergi bersama dengan wanita lain, hanya karena wanita itu memiliki segalanya.
Bagaimana kehidupan Arsen dan juga Adelia, mari kita ikuti kisah selengkapnya di bab-bab berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdlanAdam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCMD: Bab 13
Saat waktu menunjukkan pukul 3 dini hari, Adel pun tiba-tiba terbangun, dia kembali teringat akan Arsen, dan juga pernikahan nya besok hari.
Di dalam hati dia terus berdoa, semoga semua nya berjalan dengan lancar, agar dia bisa melihat ibunya berobat, meskipun dia harus mengorbankan dirinya sendiri, ya itu dengan menjadi istri pria yang tidak ia kenal.
Waktu terus berjalan, dan tidak terasa, saat ini pagi sudah menyapa, tapi masih sangat pagi, Karena ini masih jam 6 pagi. Adel pun mulai mempersiapkan diri, untuk pernikahan mendadaknya ini.
Tok tok tok
Suara pintu rumah kecil itu pun tiba-tiba di ketuk, membuat Adel yang ada di dalam sedikit terkejut, karena dia masih terus melamun memikirkan tentang hidup yang akan dia jalani kedepannya nanti.
"Ya ada apa?" sahut Adel, dari dalam rumah, lalu dia pun membuka pintu, dan dia pun bisa melihat Erik ada di depan rumah itu.
"Maaf, Nona. Sebelumnya saya di minta tuan untuk menjemput, Nona dan ibu Nona. Agar saya bisa membawa Nona dan ibu ketempat acara pernikahan nanti," jawab Erik, dia pun memberitahu niat kedatangannya.
"Oh iya, Pak. Sebentar ya, saya panggil ibu saya dulu," ujar Adel. Lalu dia pun masuk setelah mendapatkan jawaban iya dari Erik.
"Buk, ibuk sudah selesai kita akan pergi sekarang juga," ucap Adel, sambil dia berlutut di depan ibunya.
"Ibuk sudah siap, Nak, tapi ibuk masih takut, kalau kamu tidak akan sanggup menjalani ini semua," ucap Hanum, melihat iba pada putrinya.
"Ibuk percaya sama Adel? Semua pasti akan bisa Adel lewati. Asal ibuk bisa janji ya sama Adel, untuk tidak membuat masalah! Karena ini akan menjadi pernikahan Adel, dan juga semoga saja, setelah aku menikah dengan Tuan Arsen, bisa membuat hidup kita lebih baik lagi," ujar Adel.
Di berusaha untuk meyakinkan ibunya, kalau dia pasti bisa, dan memang harus bisa. Agar masalah penyakit sang ibu bisa di obati dan akan sembuh untuk selamanya.
"Tapi apa kamu sudah yakin dengan keputusan mu?" tanya buk Hanum, yang sudah tahu kalau putrinya akan menikah dengan Arsen.
"Adel yakin, Buk," jawab Adel, dari malam tadi dia terus meyakinkan ibunya, kalau dia akan menikah dengan dan akan menjalani hidupnya sebagai istrinya seorang Arsen.
"Maafkan ibuk ya, Del. Karena ibuk kamu harus berkorban sampai sejauh ini, kamu juga tidak bisa menikmati masa mudamu dengan baik. Layaknya teman-teman seusia mu," ujar Hanum. Karena dia tahu kalau Adel pasti terpaksa melakukannya, demi untuk dirinya.
"Udah, Buk. Masalah ini jangan kita bahas lagi ya, Buk. Aku nggak mau karena ibuk terus memikirkan hal ini, nanti acaranya jadi berantakan," ucap Adel, meminta ibunya agar tenang dan tidak memikirkan apa-apa.
"Baik lah, Nak." Hanum pun milih untuk menurut, agar dia tidak membuat ribut di acara pernikahan putrinya nanti. Setelah itu Adel pun mengajak ibunya untuk pergi, Karena di luar Erik sudah menunggu mereka.
Membantu ibunya untuk berdiri, lalu Adel dan Hanum pun berjalan keluar dari dalam rumah, "Bagaimana? Apa semuanya sudah siap? Kita bisa berangkat sekarang, Nona?" tanya Erik.
"Iya, Pak." Adel pun langsung menjawab dengan singkat, masih tetap membantu ibunya untuk berjalan.
"Kalau begitu silahkan, Nona. Kita. Berjalan lewat seni saja," ujar Erik, dia pun mengarahkan jalan pada Adel.
Membuat gadis itu pun mengangguk patuh, menuntun ibunya dan berjalan ke arah mana yang Erik katakan. Hingga mereka sampai di sebuah mobil, yang sudah lengkap dengan supirnya. Masuk kedalam mobil, mereka pun langsung pergi.
"Ibuk tenangin diri dulu ..., jangan pikirin apa-apa, selain kebahagiaan kita. Karena setelah ini aku tidak akan lagi bekerja, selain mengurus suami dan ibu tentunya," ucap Adel, dia terus mengatakan pada ibunya, setelah ini hanya kebahagiaan lah yang akan menyertai mereka.
"Tapi apa kamu akan bahagia? Hidup dengan pria yang tidak kamu kenal, dan juga tidak kamu cintai," tanya Hanum. Sambil ia menatap iba pada putrinya.
"Apa ibu mencintai ayah?" tanya Adel, dia pun balas menatap ibunya. Siap mendengar jawaban dari sang ibu.
"Sangat, ibu sangat mencintai ayahmu," jawab bu Hanum. Dia pun kembali mengingat suaminya yang sangat dia cintai dengan sepenuh hati.
"Jadi ..., apa ibu hidup bahagia bersama dengan ayah?" tanya Adel lagi. Kali ini bu Hanum diam, Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Adel.
"Ibuk bahagia tidak?" tanya Adel lagi, bukan ingin mengingatkan sang ibu, Adel hanya ingin memberi tahu ibunya, kalau menikah dengan orang yang dicintai utuh tidak akan menjamin yang namanya kebahagiaan.
Mendengar pertanyaan putrinya, Hanum pun menjawab dengan gelengan kepala oleh ibunya, karena memang dia tidak pernah mendapat kebahagiaan, yang dia dapat hanyalah siksaan hinaan dan juga penderitaan yang di berikan .
"Nah itu dia, Buk. Ibuk memang sangat mencintai ayah, tapi ibuk tidak hidup bahagia, karena cinta yang ibu berikan di balas dengan penderitaan oleh ayah," lanjut Adel. Membuat Hanum kembali terdiam, dia membenarkan ucapan putrinya.
"Jadi, sekarang Ibuk, cukup percaya sama Adel, kalau Adel pasti bisa bahagia hidup dengan pak, Arsen. Karena aku yakin dia itu orang yang baik. Dengan kebaikan yang dia berikan nanti, maka cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya, apa lagi kalau kita sudah terbiasa bersama. Adel sudah pasti akan bahagia, Buk," ucap Adel.
Dia bicara panjang lebar, memberi penjelasan pada ibunya, dan terus meyakinkan kepada sang ibu, tidak semua di dasar dengan cinta akan membawa kebahagian, tapi kebahagiaan akan datang, jika kita hidup dengan orang yang tepat, dan juga orang yang pastinya bisa menghargai kita.
"Baiklah sayang, semoga apa yang kau katakan dan harapkan, akan menjadi kenyataan," ucap Hanum, dia pun mendoakan kebahagiaan putrinya.
"Dengan adanya ibuk dan doa-doa baik dari ibuk, aku pasti akan bahagia, dan satu lagi, ibuk harus segera sembuh, dan temani Adel menjalani kehidupan yang akan menemui ke bahagiaan," balas Adel, dia pun tersenyum dan memeluk ibunya.
Mereka pun memilih untuk diam, dan menikmati perjalanan ke tempat pernikahan, yang sudah siapkan tanah adanya ikut campur tangan dari Adel sendiri.
*
*
*
*
*Bersambung.