Kisah petualangan dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak umur 6 tahun di sebuah panti asuhan HOPE yang berada di West New York- Amerika.
Dengan mengandalkan otak dan kemampuan mereka, mereka berdua membuka sebuah "Agency DC2" di New Jersey-Amerika. Dibawah naungan NJSP (New Jersey State Police)- Komisaris Cyderyn Baycora.
************
Bagaimanakah kisah-kisah mereka dalam menyelesaikan kasus-kasus rumit dan penuh misteri?
Yang penasaran, ikuti kisah mereka di novel ini 😊🍻
Note : Bila kalian tidak berkenan, tinggalkan saja... Jangan memberikan rating buruk yach... Komen saja apa yang kurang, Insya Allah akan author perbaiki...😊
Jangan lupa VOTE, COMMENT, LIKE, DAN SUBSCRIBE... plus GIFT-nya yach untuk mensupport Author. Terima kasih 🙏❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TITIK AWAL PENYELIDIKAN
"Siap 86, Komandan!" jawab Cecilia.
Lalu Cecilia kembali menggulir fakta di laptopnya.
"Sepertinya Cheva sendiri yang mengunci pintu kamarnya... Tapi, bagaimana caranya dia mengakhiri hidupnya? Sedangkan tidak ada seorangpun yang bisa memanjat jendela kamarnya, tanpa meninggalkan jejak apa-apa. Seandainya pelaku penembakan itu menembaknya dari luar, dia pastilah seorang Sniper yang sangat luar biasa karena dapat menembak sangat tepat dan mematikan."
"Perlu loe ketahui, Sista... North Bergen adalah sebuah jalan raya yang ramai dan ada pangkalan taxi dengan jarak kira-kira 100 meter dari rumahnya. Para supir taxi yang berada disana mengatakan bahwa mereka tidak mendengar suara tembakkan sama sekali... Tiba-tiba ada seseorang yang terbunuh dengan sebuah senjata revolver dengan ujung peluru yang lembut, menimbulkan luka mengenaskan dan menyebabkan kematian seketika..." ujar Cecilia mengakhiri penjelasannya dengan dramatis.
"Udahan ya, Cia?" tanya Danaya ketika melihat Cecilia berhenti.
"Hoo'ooh! Udah habis..." Jawab Cecilia sambil menyesap kopinya.
Demikianlah Misteri yang terjadi 10 tahun lalu di rumah North Bergen 371. Kasus rumit yang tidak jelas apa motif pembunuhan Cheva Ainsworth ini. Cheva Ainsworth dikenal tidak memiliki musuh, harta bendanya masih tersimpan rapi di tempatnya, dan tidak terlihat adanya usaha perampokan atau apapun.
...****************...
Sepanjang hari, mereka terus memikirkan tentang fakta-fakta dari kasus rumit ini, dan berusaha untuk menghubungkan semua fakta yang ada... Akan tetapi, tidak ada satu teori pun yang dapat mereka simpulkan dari semua upaya yang mereka lakukan. Mereka mencoba semua cara untuk memulai penyelidikan... Mengumpulkan semua fakta... Mencoba menemukan hal-hal yang aneh dan terlewatkan... Lalu menjadikannya sebagai titik awal penyelidikan mereka.
"Haaah! Sepertinya kita harus bergerak, Cia!" ujar Danaya frustasi.
"Benar... Kita gak bisa menemukan apa-apa, jika hanya melihat hasil fakta-fakta yang sudah ada. Kita harus bergerak agar bisa menyelesaikan misteri pembunuhan itu. Mana udah 10 tahun lalu... Makin buntu dah jalan kita...." jawab Cecilia atas perkataan Danaya.
"Hoo'ooh! Bersemangatlah, Cia! Demi cuan dan masa depan kita kelak! Fighting!" ujar Danaya menyemangati diri sambil mengepalkan tangannya di udara.
"Gimana mau punya masa depan, Sist! Pacar aja kita kaga punya, huh! Begini amat nasib cewek tangguh dan mandiri. Kebanyakan kerjaan, lupa sama makhluk yang namanya laki-laki... Hahahahaha" ujar Cecilia sambil terbahak.
"Ntar aja lah, mikirin lelaki! Yang penting ngumpulin cuan dulu yang banyak, Cia! Biar gak di injak-injak harga diri kita sebagai orang yang dibesarkan di panti asuhan. Seenggaknya kita udah sukses plus banyak uang hasil kerja sendiri! Siap-siap sana, jam 9 malam, kita mulai investigasi rumah kosong itu!" ujar Danaya kepada Cecilia.
"Aye...aye, Kapten!" jawab Cecilia.
...----------------...
Tepat jam 9 malam, mereka berdua sudah duduk di dalam mobil Ford Ranger Raptor milik Cecilia yang berwarna merah dan gagah. Dengan memakai pakaian hitam, topi, juga hoodie hitam dan masker. Mereka akan pergi menggunakan mobil kebanggan Cecilia sebagai bayaran dari kerja kerasnya selama 1 tahun ini.
Sedangkan untuk Danaya, dia membeli sebuah mobil sedan Chrysler 300 S berwarna putih yang elegan.
*Visual mobil Danaya dan Cecilia*
Chrysler 300 S
Ford Ranger Raptor
Sensasi mendebarkan sangat terasa malam itu, ditambah dengan Lady Gun yang ada di saku hoodie mereka masing-masing. Danaya terlihat begitu tenang, tegang dan membisu... Sedangkan Cecilia menyetir dengan semangat yang menggebu. Sinar lampu jalanan menerpa wajah cantik mereka... Cecilia melihat Danaya menarik alisnya ke atas, seperti seseorang yang sedang berfikir keras dengan mulut yang terkunci rapat.
Cecilia tidak pernah tahu jenis manusia apa yang sedang mereka buru di gelapnya malam kejahatan kota New Jersey... Tapi Cecilia merasa yakin bahwa perburuan malam ini, adalah sebuah petualangan yang berbahaya dan mematikan. Sementara Cecilia melihat seringai di wajah Danaya yang datar, itu menandakan bahwa perburuan malam ini akan berhasil.
Cecilia mengira mereka akan menuju ke Apartement mereka di GreenWich, tapi Danaya meminta untuk menghentikan mobil mereka di sebuah jalan samping gedung Greenwich Tea Burning Monument. Saat melangkah keluar dari dalam mobil, Danaya memperhatikan keadaan sekitar sana. Dia juga memeriksa ke arah kanan dan kiri, bahkan di sudut jalan berikutnya untuk memastikan bahwa mereka tidak diikuti.
Rute ini bukanlah jalan biasa yang sering mereka lalui. Pengetahuan Danaya tentang jalan-jalan pintas di New Jersey memang patut diacungi jempol. Danaya seperti sebuah MAP berjalan, yang memudahkan penggunanya.
Danaya berjalan sangat cepat dan pasti, melewati lorong-lorong belakang rumah pemukiman penduduk diikuti oleh Cecilia. Danaya melewati sebuah kandang kuda yang tidak pernah diketahui sebelumnya oleh Cecilia.
"Dany.....!" panggil Cecilia dengan suara rendah.
Danaya berhenti sejenak dan.menoleh ke belakang.
"Hmm... Kenapa, Cia?" tanya Danaya.
"Masih jauh gak sich? Kaki gue dah pegel..." ujar Cecilia dengan wajah memerah karena kedinginan.
"Bentar lagi sampai..." jawab Danaya datar.
Mereka berjalan kembali, hingga sampai ke sebuah jalan kecil yang di sebelah kanan dan kirinya berderet rumah-rumah tua yang terlihat suram. Jalan ini menuntun mereka menuju YeGrate Station dan Bridgeton Street. Lalu Danaya cepat-cepat berbelok menuju ke sebuah lorong yang sempit, lalu berhenti di sebuah gerbang kayu yang menutupi sudut taman sebuah rumah. Danaya membuka kunci pintu belakang rumah tersebut, mereka masuk ke dalamnya, dan Danaya mengunci kembali pintu rumah itu.
"Ck! Rumah siapa yang loe masukin ini, Dany?" decak Cecilia kesal.
"Bisa diam kaga tuh mulut? Berisik tahu!" kesal Danaya akan kecerewetan Cecilia.
Rumah itu terlihat sangat gelap, tidak ada cahaya sama sekali di dalamnya... Menandakan bahwa rumah itu sudah lama tidak berpenghuni. Saat mereka melangkahkan kaki, terdengar bunyi papan yang kami injak berderit-derit. Cecilia menjulurkan tangannya untuk menggapai dinding, tangannya merasakan bahwa kertas pelapis dinding itu sudah banyak yang terkelupas. Jemari lentik Danaya terasa sangat dingin di pergelangan tangannya, Danaya menuntun Cecilia menuruni sebuah lorong yang panjang... Di sinilah Cecilia bisa melihat sedikit cahaya remang yang menerobos masuk dari sebuah lubang angin di atas sebuah pintu.
"Dany.... Dany... Loe kaga bawa senter apa dah? Suasananya nyeremin gini... Gue takut, Sist!" gumam Cecilia sambil terus berjalan mengikuti langkah Danaya.
"Shuuuttt! Diam, Cia! Belum saatnya...." jawab Danaya penuh misteri.
"Laaah! Kalau ada setan gimana dah?! Loe pengen gue mati kejang karena liat setan yach?" gerutu Cecilia kesal.
"Gak ada setan! Setannya takut ama loe yang bar-bar! Hahahaha" cetus Danaya dengan suara pelan.
"Isssh! Sebeeeelll!"
Danaya terkikik pelan sambil berbelok kearah kanan, lalu mereka pun berada di sebuah ruangan luas yang sudut-sudutnya hanya terlihat samar. Penerangan disana sepertinya sudah diputus oleh bagian pelayanan listrik New Jersey, jendelanya juga terlihat susah tebal dengan debu. Mereka hanya bisa melihat siluet diri mereka masing-masing.
Danaya lalu mendekatkan kepalanya ke bahu Cecilia, lalu bibirnya berada di telinga Cecilia.
"Apakah loe tahu kita berada di mana, Cia?"
"........"
...----------------...