Possessive Brothers

Siang hari berganti malam. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat.

Terlihat seorang gadis gadis remaja yang perlahan bangun dari tidurnya. Mata cantik gadis remaja tersebut perlahan terbuka. Gadis remaja tersebut melihat sekeliling kamar yang tidak dirinya kenal dengan samar seperti berada di tempat yang baru.

'Ini di mana ya? Bukannya tadi Queen tidur di mobil. kenapa sekarang ada di kamar ini??'batin Queen.

Penglihatan Queen memang belum sempurna. Queen bisa melihat hanya dengan samar-samar. Queen tidak mengetahui jika di sebelahnya ada Marvin yang sedang tertidur pulas.

Setelah tadi Marvin berbicara dengan William pada akhirnya Marvin ikut tertidur bersama gadis kesayangannya. Selama Queen menghilang Marvin mengalami insomnia yang cukup parah. Tetapi sudah hampir satu bulan Marvin tidak mengalami insomnia lagi karena gadis kesayangannya sudah berada di dekatnya. Ya obat insomnia Marvin adalah Queen itu sendiri.

Queen hendak bangun dari tempat tidur namun badannya terasa berat karena ada sebuah lengan yang memeluknya erat. Queen tidak menyadari jika itu adalah lengan Marvin yang sedang memeluknya. Queen hendak

memindahkan lengan tersebut namun pergerakan dari Queen malah membuat Marvin terbangun.

"Hemmm Kamu udah bangun Queen?"

Queen mengenali suara yang berada di sebelahnya.

"Kak Marvin?!"

"Iya Queen. Gimana sudah enakan?? Masih pusing nggak??

Queen yang sedang duduk menyandar pada headboard pun hanya menggeleng.

"Sudah mendingan kak. Masih sedikit pusing tapi masih bisa ditahan kok .aku mau ke kamar mandi kak, bisa tolong lepaskan pelukannya."

"Oh maaf mau kakak antar ke kamar mandi."ujar Marvin hendak bangun dari tempat tidur.

"Nggak usah kak ini sepertinya di sekitar kamar sama Papah sudah dipasang pegangan untuk jalur Queen jalan deh."

"Nggak papa ayo kakak bantu."Marvin mengulurkan tangannya untuk membantu Queen bangun dari tempat tidur. Queen pun menyambut uluran tangan itu. Marvin menuntun Queen menuju kamar mandi.

"Di dalam kamu bisa sendiri kan Queen??"

"Bisa kak aman tenang aja kan Papa sudah masang pegangan untuk aku di dalam lagi pulang penglihatanku juga mulai membaik walaupun masih samar-samar bisalah ngebantu aku di dalam nanti."

"Oke tapi kalau butuh bantuan panggil aku ya kakak tunggu di luar kamar mandi."

"Iya kak aman."

Queen pun masuk kamar mandi dengan cara merembet pada pegangan yang dipasang oleh Papa Mahendra. Dengan hati-hati dirinya melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Marvin pun tetap tetap berjaga-jaga di belakang Queen seandainya Queen membutuhkan bantuan dirinya. Tak membutuhkan waktu lama untuk Queen membersihkan diri dalam kamar mandi. Marvin pun menuntun Queen kembali untuk duduk di atas tempat tidur, mengambil minum di atas nakas dan menyerahkannya kepada Queen.

"Minum dulu Queen. Sedari bangun tidur Kamu belum minum. Setelah ini kita turun untuk makan ya karena kamu harus minum obat. Sejujurnya jam untuk kamu makan sudah terlambat sekali tapi tidak apalah yang penting kamu makan terlebih dahulu dan minum obat."

"Kalau obatnya di skip aja gimana kak. Rasa obatnya pahit banget Queen nggak suka."

"Hei ya nggak bisa gitu dong Queen, kamu mau sembuh apa enggak. Kemarin dokter Steven bilang obatnya jangan sampai di skip karena itu cukup membantu proses penyembuhan mata kamu. Sekarang kakak tanya yang kamu lihat saat ini sudah pandangannya sudah jelas apa belum?"

"Iya udah lumayan sih kak cuma masih samar-samar sedikit mungkin perlu kacamata kali ya."

"Kakak rasa nggak perlu deh kan kemarin dokter Steven bilang tidak perlu ada bantuan menggunakan kacamata sayang."

"Ayo kita turun ke ruang makan."Marvin menggandeng  Queen keluar kamar dan menuju ruang makan.

Marvin dan Queen turun ke ruang makan menggunakan lift. Di mana saat keluar dari lift mereka berdua berpapasan dengan Mama Zailine yang hendak naik ke kamar Queen.

"Lho baru Mama mau ke kamar kamu sayang. Gimana udah baikan kan?? Masih pusing Princess??"

Mama Zailine mengambil alih gandengan Marvin pada Queen dan menuntun Queen menuju ruang makan.

Marvin mengikuti calon mertua dan calon tunangannya dari belakang.

Begitu sampai di ruang makan masih terlihat seluruh anggota keluarga Pratama yang masih berkumpul di ruang makan karena mereka baru saja selesai makan malam bersama.

Marvin menarik salah satu kursi yang berada tak jauh dari dirinya dan membantu Queen untuk duduk. Apa yang dilakukan oleh Marvin tentu saja menjadi perhatian seluruh keluarga Pratama.

Marvin merupakan seorang pria yang mengimplementasikan 5 love language untuk menunjukkan rasa sayangnya kepada orang yang dicintainya. Seperti saat ini Marvin dengan telaten mengambilkan makanan untuk Queen dan hendak menyuapi Queen. Namun langsung dicegah oleh mama Zailine.

"Biar mama aja Vin yang nyuapin Queen kamu juga harus makan."

"Tapi mah...."

"Udah boy biarin mamah Zailine yang nyuapin Queen itu udah jadi impiannya mamah kamu."

"Iya Pah kalau gitu Marvin makan dulu ya semua."

Di sisi Mama Zailine dan Queen

"Mau makan sama apa sayang? Ada berbagai macam lauk nih."

"Queen makan apa aja kok Ma, nggak pernah milih-milih. Tapi Queen pengen makan pedas Ma boleh nggak??"

"No!!"seru semua orang yang ada di ruang makan.

"Kamu nggak boleh makan pedas sayang kan dokter Steven udah bilang pantangan kamu tidak boleh makan pedas dan kacang."Papa Mahendra mengingatkan Queen tentang pantangan makanan yang diberikan oleh dokter.

Queen mengerucutkan bibir dan cemberut.

"Makanan kalau nggak pedes nggak menantang Pa. Boleh ya sekali-sekali gitu"Queen mencoba merayu sang Papa agar diizinkan untuk makan makanan pedas.

"Tetap nggak boleh princess kan kamu baru aja keluar dari rumah sakit. emang kamu mau masuk rumah sakit lagi kalau maag kamu kambuh."

Queen mencoba membantah lagi namun dipotong oleh kakek Arnawama.

"Jangan sekarang ya cucu kesayangan kakek. Kakek janji nanti kalau kamu sudah sembuh kakek akan belikan apa aja yang kamu mau kecuali pantangan dari dokter Steven."

"Ih sama aja atuh kek kan Queen maunya makan pedes kalau sama-sama dilarang yang mending nggak usah aja sekalian. Tapi kalau dipikir-pikir boleh juga nanti Queen pikirin lagi deh Queen mau minta dibeliin apa."

"Tapi kakek jangan ingkar janji ya."

"Iya kakek janji apapun yang kamu mau bakal kakek turutin."

"Jadi cuma Queen aja nih kek kita-kita nggak"protes Kenzie,Kennard dan AL.

"Dih nyamber aja kalian nih bertiga nggak mau kalah sama adiknya. Udah nanti biar papi aja yang beliin kalian"

"Oh ya tidak bisa Pi. Kita tetep bakal minta ke Kakek, jarang-jarang kan Kakek beliin sesuatu buat kita."

Kakek Arnawama menggeleng-gelengkan kepala saja mendengar protes kedua cucu kembarnya.

"Iya iya kalian semua kakek belikan. Tidak ada pengecualian sama sekali."

"Yes yes!!"sorak ketiganya.