NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 3

SKUAT INDIGO 3

Status: tamat
Genre:Horor / Action / Fantasi / Tamat / Epik Petualangan / Perperangan / Keluarga
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Akbar mendapatkan sebuah undangan dari Kerajaan Laut Selatan. Kali ini ia akan berpetualang dalam sebuah misi yang membawanya menjelajahi dalam luasnya lautan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 MAIN TAWAR

Belut Listrik berukuran besar satu lorong penjara itu kini tengah berada di hadapan Akbar. Kepala Sipir Penjara Kerajaan Samudra Pasifik itu hanya berbatas jeruji besi yang memisahkan mereka. Melihat dari ukuran sosoknya pastilah Belut Listrik ini sudah berusia sangat tua. Kini saatnya tawanan yang hendak meloloskan diri itu membuat penawaran.

“Sebelum aku mengajukan penawaranku. Izinkan aku untuk terlebih dahulu berbicara tentang rasa kagumku kepadamu”, Akbar memulai pembicaraan.

“Cepatlah sebelum aku membunuhmu dengan sengatan listrikku”, ucap Belut Listrik datar.

“Sebelumnya aku sudah sering keluar masuk penjara. Tapi penjaramu ini sungguh luar biasa. Tidak hanya mematikan tapi juga sangat indah”, Akbar membuat landasan pemikiran.

“Lihatlah. Aliran listrik ini. Begitu indah. Sinar dan pendar cahayanya menjadi perhatian utama di dalam penjara besi yang telah usang dengan ruangan yang gelap dan pengap ini”, lanjut Akbar.

“Balutan aliran listrik dengan warna kekuning-kuningan yang pastinya hanya bisa dihasilkan oleh jin siluman yang sudah berilmu tinggi sepertimu. Belum lagi kilatan-kilatan putihnya begitu menyihir mata”, Akbar terus bernarasi.

Sepertinya Belut Listrik itu menikmati tutur kata manusia yang dimaksudkan untuk menyanjung dan melunakkan hatinya.

“Selama aku berada di dunia lautan gaib yang terbentang luas ini. Warna aliran listrikmu adalah salah satu warna yang paling menakjubkan yang pernah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri”, terang Akbar.

“Apa kau bilang!?”, marah sang Belut Listrik.

Rupanya taktik Akbar berhasil. Kepala Sipir Penjara Kerajaan Samudra Pasifik itu tidak terima jika hasil karya kekuatannya dibanding-bandingkan apalagi dikatakan ada yang bisa menyamai kesempurnaannya.

“Tidak mungkin dasar manusia bodoh. Tidak ada yang mampu menandingi maha karyaku”, ucap Belut Listrik dengan lebih tenang meski jelas amarahnya sudah mulai terpancing.

“Memangnya apa di lautan ini yang lebih menarik dari pada aliran listrik yang aku ciptakan?”, tanya Belut Listrik berukuran besar itu.

Amarah lawan bicara Akbar sudah mulai keluar. Kini ia hanya tinggal meruntuhkan kesombongan jin tua yang tidak pernah keluar dari sarangnya itu.

“Emas dari Samudra Hindia”, jawab Akbar menyakiti telinga dan hati Belut Listrik.

“Bohong. Tidak mungkin!”, meledaklah amarah Belut Listrik itu.

Terlihat elektrisitas yang makin tinggi hasil dari kemarahan itu. Belut Listrik menunjukkan aliran listrik di sekujur tubuhnya. Menyala besar dengan tegangan yang sangat mematikan. Warna kuning megah menyala dengan kilatan-kilatan yang siap menyambarkan amarah.

Di tengah ledakan luapan emosinya itu tiba-tiba Belut Listrik melunak. Ia meredakan kekuatan dahsyatnya itu yang menakuti seisi penjara. Kini perhatiannya teralihkan kepada benda yang baru saja dikeluarkan oleh manusia yang hendak dieksekusi dihadapannya.

“Ini”, ungkap Akbar.

Liontin emas berbentuk jangkar pemberian dari Nyi Rongrong. Benda itulah yang membuat mulut dan kepongahan sang sipir terdiam.

“Kau bisa memilikinya. Ini adalah penawaran dariku untuk kebebasanku dari penjaramu”, ucap Akbar mengutarakan penawarannya.

Belum juga Belut Listrik itu selesai terkesima dengan benda pusaka yang sudah dinarasikan dengan sangat epik oleh Akbar ia diberikan sebuah penawaran yang tidak mungkin untuk ditolaknya. Hatinya yang buta oleh nafsu sangat menginginkan benda berkilau cantik yang baru pertama kali dilihatnya itu.

“Tapi bisa apa benda itu? Aku tidak akan menerima tawaranmu jika hanya karena wujudnya saja yang elok”, kata Belut Listrik yang masih sombong enggan untuk kalah telak dengan mengulur waktu.

“Wahai Belut Listrik Kepala Sipir Penjara Kerajaan Samudra Pasifik. Aku yakin engkau sudah sangat lama mengabdikan dirimu di ruangan kumuh ini menghabiskan sepanjang usiamu bersama para tawanan kerajaan yang hanya datang lalu mati dan datang lagi berganti kemudian mati lagi terus seperti itu”, Akbar membuat narasi baru untuk penawaran tambahan yang tidak mungkin bisa ditolak oleh Belut Listrik.

“Jika kau memakai kalung berliontin jangkar yang terbuat dari emas yang sungguh mempesona ini, tidak ada satu pun yang akan mengusikmu ketika kau berada di Samudra Hindia. Bahkan dengan pusaka ini kau bisa masuk ke Istana Kerajaan Laut Selatan dengan leluasa. Jika engkau sudah bosan bertahun-tahun lamanya tinggal di tempat sempit yang bahkan menyulitkan tubuhmu sendiri untuk bergerak ini, engkau bisa pergi ke Lautan Hindia dan meminta suaka di sana”, ucap Akbar.

Pernyataan Akbar itu membuat Belut Listrik menganga. Matanya kosong dan pikirannya seakan membeku. Diingatnya memang benar apa yang dikatakan oleh manusia itu dimana sejak dari Belut Listrik itu lahir ia hanya menghuni penjara gelap ini.

“Aku akan mengambilnya. Aku menerima tawaranmu”, ucap Belut Listrik dengan lega.

Jeruji-jeruji besi yang mengurung Akbar seketika tampak menjadi besi-besi tua yang sudah lapuk dan berkarat. Aliran listrik yang mengalirinya diputus oleh Belut Listrik sang kepala penjara.

“Keluarlah. Pergi dari sini”, ucap Belut Listrik sambil menerima liontin penawaran dari Akbar yang sukses membebaskan manusia yang sangat beruntung itu.

Ada perasaan kecele pada diri Akbar ketika keluar dari ruang penjara yang bahkan aslinya tanpa aliran listrik yang menyelimutinya pintu penjara itu sama sekali tidak terkunci. Ia melihat sorot mata dari makhluk mematikan di hadapannya itu yang beberapa waktu lalu begitu mengerikan tajam penuh amarah kini tatapannya menjadi lebih sayu bercampur sendu dan meneduhkan.

Akbar pun berenang dengan perlahan meninggalkan Belut Listrik yang masih terbisu dan terbius. Entah apakah karena liontin emas berbentuk jangkar itu atau karena ia telah terpukul kembali mengingat masa lalu.

Saat keluar dari sana Akbar pun sempat bergurau untuk menghibur Belut Listrik itu.

“Aku dari bangsa manusia. Di dunia kami kepiting raksasa rasanya sangat enak dan mahal harganya. Jika kau belum pernah memakannya aku sarankan makan saja tawanan penghuni ruang penjara yang berada di sebelahku”, ucap Akbar berlalu sambil membalas kejahilan Kepiting Raksasa.

Memenangkan sebuah penawaran melawan Kepala Sipir Penjara Kerajaan Samudra Pasifik artinya Akbar bisa dengan leluasa keluar dari sana meskipun banyak pasang mata yang melihatnya dengan iri hendak bertukar posisi dengannya.

Saat keluar dari penjara itu Akbar sempat melihat sebuah pemandangan yang cukup memilukan. Sebuah tempat tampungan yang merupakan sumber dari aliran arus listrik yang dialirkan ke jerui-jeruji besi penjara. Tempat tampungan itu berisi belut-belut listrik.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!