NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Poligami
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

FERY MENINGGAL DUNIA

Namun Pak Fery tak merespon panggilan Asri, Asri mulai resah, apakah papahnya memang sedang tertidur pulas atau pingsan ujar dalam hatinya.

"Pah.. Papah dengar suara Aku ga, bagun Pah"

Asri terus menggoyang bahu sang papah, berharap papahnya bangun dari tidurnya.

Merasa ada yang tidak beres, Asri pun mendekati Pak Fery menaruh jari telunjuknya di dekat hidung pak Fery, Asri kini mulai panik karena pak Fery tak bernafas lagi, Asri segara menghampiri kamar Farhan.

"Kakak.. Kak Farhan buka pintunya"

Farhan pun terbangun mendengar suara ketukan pintu.

"Ada apa Asri"

Farhan mengusap-usap matanya, sambil menguap.

"Papah kak.. papah gak bernafas lagi"

Farhan terkejut mendengar Asri bicara seperti itu.

"Tenang.. maksud Kamu papah pingsan"

Asri mulai bicara dengan suara ingin menangis.

"Aku gak tahu kak, papah pingsan atau gimana, Aku tadi mencoba cek nafas papah, tapi papah gak bernafas"

Dari pada banyak bertanya, Farhan segera berlari menghampiri kamar papahnya, Asri pun mengikutinya dari belakang, tak lupa Farhan membawa peralatan medisnya.

Farhan langsung mengecek detak jantung pak Fery dengan stetoskop, Farhan terus meraba-raba di bagian dada Pak Fery, setelah itu ia mencoba menaruh jarinya di bawah hidung Pak Fery, Farhan mulai terlihat panik, lalu Ia mencoba menekan dada Pak Fery berkali-kali dengan tujuan Pak Fery bisa sadar.

Merasa usahanya sia-sia Farhan pun menangis dan memeluk sang Ayah.

"Papah.. Ya Allah"

Melihat Farhan menangis tersungkur membuat Asri ikut menangis dan berkata,

"Kak.. Ini kenapa Kak.. Apa yang terjadi sama Papah?"

Tanya Asri dengan wajah yang khawatir.

"Papah sudah gak ada Asri.. Papah meninggal"

Deg...bagai di sambar petir Asri mendengar jika sang papah telah meninggal.

"Gak...gak mungkin papah masih bicara sama Aku semalam Kak.. Papah bilang papah sehat kak, Aku bahkan tertawa bersama Papah"

Seketika Farhan memeluk Asri dan berkata,

"Aku seorang dokter Asri Aku tahu mana pasien yah masih bisa hidup dan sudah tidak ada"

Asri pun menangis sejadi-jadinya, Ia berteriak memanggil sang Ayah.

"Papah... Gak mungkin, papah kenapa tinggalkan Aku, Aku baru merasakan kasih sayang papah"

Suara teriakan Asri terdengar hingga ke kamar yang di tempati Bu Dian.

Bu Dian langsung bangun dan menghampiri suara Asri.

"Farhan.. Asri.. Kalian kenapa?"

Farhan masih menangis, lalu Farhan memeluk sang ibu dan berbicara pelan di dekat telinga ibunya.

"Papah sudah meninggal Mah"

Bu Dian terkejut matanya terbelalak lebar dan kini mulai memerah.

"Kamu gak bohong kan Nak? tapi semalam Papah baik-baik saja"

Farhan mengerti, karena Asri pun bicara seperti itu, namun ajal dan kematian tak akan ada yang tahu kapan itu datang.

"Mamah yang ikhlas ya"

Bu Dian terdiam namun air matanya bercucuran dengan deras, begitu juga dengan Asri.

"Papah.. kenapa Kamu meninggalkan Mamah sekarang"

Ucap Bu Dian dengan suara terbata-bata.

Lalu Bu Dian melihat Asri yang sedang menangis sesenggukan di hadapan pak Fery, tiba-tiba Bu Dian menarik tangan Asri dan mendorong Asri dengan kencang sambil berkata,

"Ini semua pasti karena Kamu, kehadiran Kamu membuat suami Saya meninggal"

Asri terjatuh di lantai, dengan kehamilan Asri yang cukup besar, dorongan tadi membuat pinggangnya sakit.

"Aduh.."

Asri memegangi pinggangnya lalu berusaha beranjak berdiri, Farhan pun langsung sigap membantu Asri.

"Asri ya ampun, mamah apa-apaan sih?"

Farhan kini marah dengan sikap ibunya.

"Farhan, Dia yang membawa bencana, karena kehadiran Dia papah kamu meninggal, Dia malapetaka bagi kehidupan Papah"

Farhan tak mengerti mengapa sebegitu tak sukanya ibunya dengan Asri.

"Mah...cukup, papah meninggal karena sudah takdirnya Mah, Kita gak pernah tahu kapan ajal menjemput Kita"

Bu Dian pun kini melemah, kehilangan sang suami membuatnya sangat bersedih.

Asri memegangi kepalanya Ia merasa sangat pusing entah karena bekas jatuh di lantai tadi, atau anemia Asri kambuh lagi. karena semenjak hamil, Asri sering mengalami anemia.

"Ya ampun Asri"

Farhan semakin bingung dia baru saja kehilangan Ayahnya, dan kini Ia harus melihat Adiknya jatuh pingsan.

Lalu Farhan segera membawa Asri ke Rumah Sakit, Ia menitipkan papahnya kepada ibunya.

"Mah.. Aku tinggal sebentar, mamah hubungi Pak RT ya supaya jenazah papah bisa di urus"

Bu Dian hanya menganggukkan kepalanya, lalu Bu Dian berkata,

"Cepat pulang Nak, Kita urus jenazah Papah mu sama-sama, Asri masih ada ibunya tinggalkan saja Asri sebentar nanti"

Farhan hanya diam tak menjawab, ia dengan segera membawa Asri ke Rumah sakit, tak lupa Ia menghubungi Arif dokter pribadi Asri.

"Apa..Mbak Asri pingsan, Saya segera kesana Dokter"

Arif segera mengganti pakaiannya lalu Ia berjalan dengan cepat menuju Rumah Sakit.

Sambil menyetir mobil, Farhan menghubungi Bu Anita memberitahu kondisi Asri saat ini.

"Pagi-pagi siapa yang telepon sih?"

Tanya Bu Anita berbicara sambil melepaskan mukenanya, lalu Ia mengangkat panggilan itu ketika tahu bahwa Farhan lah yang memanggilnya.

"Farhan ada apa telepon mamah pagi-pagi buta begini"

Farhan bicara dengan keadaan panik, memberitahu Bu Anita mengenai keadaan Asri.

"Asri pingsan, lalu sekarang Asri dimana?"

"Aku membawa Asri ke Rumah Sakit biasanya Mah"

Tanpa berkata lagi Bu Anita memutuskan panggilan tersebut, lalu segera mengganti baju dan menuju Rumah Sakit.

Arif sudah sampai di depan Rumah Sakit menunggu kedatangan Asri dan Farhan, dan tibalah Farhan membawa Asri dalam keadaan pingsan.

Asri segera di periksa dan benar saja, anemia Asri kambuh lagi, lalu Farhan bertanya bagaimana keadaan Adiknya.

"Asri anemia, kurang darah membuatnya menjadi lemah, tak bertenaga, itu sebab Asri pingsan"

Lalu Farhan mengatakan jika Asri tadi jatuh ke lantai akibat di dorong, dan Farhan menanyakan kondisi pinggangnya.

Namun tak sengaja Bu Anita mendengar ucapan Farhan yang mengatakan Asri jatuh akibat di dorong.

"Siapa yang mendorong Asri Farhan?"

Tanya Bu Anita dengan wajah yang begitu khawatir terhadap Asri.

"Mamah tenang dulu, tadi ada kesalahpahaman antara Asri dan mamah Dian"

"Kesalahpahaman apa Farhan, tolong jelaskan dengan benar, Mamah gak mau Asri kenapa-kenapa nantinya"

"Mamah cuma gak terima kalau Papah baru saja meninggal"

Bu Anita sungguh terkejut mendengar berita ini.

"Apa.. Meninggal?" kapan Farhan, kenapa bisa? apa papah Kamu sakit kepalanya kambuh?"

"Aku gak tahu Mah.. Kejadiannya begitu cepat, semalam Papah baik-baik saja, masih bisa tertawa dan mengobrol dengan ku dan Asri, lalu pagi tadi Asri mencoba membangunkan Papah, namun papah sudah tidak bernafas lagi, dan itulah yang membuat Mamah Dian salah paham dengan Asri"

"Apa yang Dian katakan?"

"Mamah berkata bahwa kehadiran Asri membawa petaka bagi papah"

Bu Anita mulai marah.

"Sampai kapanpun Dian tidak akan pernah menerima Asri sebagai Anak Fery"

Farhan jadi tak enak dengan Bu Anita, karena Ia tak bisa menjaga keselamatan Asri saat di rumahnya.

"Mamah Anita, maafkan Aku ya, karena Aku tidak bisa menjaga Asri dengan baik saat di rumah"

Bu Anita tak pernah menyalahkan Farhan akan keadaan ini, hanya saja, Ia tak terima jika putrinya di bilang menjadi malapetaka bagi Fery ayah kandungnya.

Mengingat Farhan harus mengurus jenazah ayahnya, Dia pun pamit pulang kepada Bu Anita dan Arif.

"Mah...Aku pamit pulang yah, Aku harus mengurus jenazah papah"

Bu Anita mengerti kondisi yang sedang Farhan alami, dan Bu Anita juga mengatakan jika dirinya nanti akan datang ke sana melayat hingga ke pemakaman.

"Kamu yang sabar ya Farhan"

Farhan tersenyum kemudian Ia pergi untuk pulang.

Bonus Sam kini telah cair, Ia mendapatkan sejumlah uang yang banyak, hasil dari tender keramik yang Ia menangkan waktu itu, proyeknya sudah beres, hanya tinggal menunggu launching produk tersebut bisa di pasarkan.

"Alhamdulillah.. Akhirnya bonus ku turun"

Dan segeralah Sam mentransfer sejumlah uang yang pernah Ia pinjam dari Herman waktu itu.

Lalu Ia langsung menghubungi Herman dengan segera, memberitahukan bahwa hutangnya telah lunas.

"Selamat pagi Pak Herman"

Pak Herman menunjukkan wajah yang sinis lalu berkata,

"Ada apa Kamu telepon saya, apa Kamu mau membicarakan soal perceraian dengan Tini, ingat Sam, perjanjian itu belum berakhir"

Lalu Sam tertawa sinis kemudian mengatakan,

"Justru itu Saya menghubungi Anda Pak, Saya ingin memberitahu, baru saja Saya mengembalikan uang yang pernah Saya pinjam waktu itu, silahkan Anda lihat rekening anda, saldonya pasti bertambah"

Sam bicara dengan sombongnya tehadap Pak Herman.

Herman terdiam ketika mendengar bahwa Sam telah melunasi hutangnya.

"Jadi sekarang Kamu mulai sombong, Sam perusahaan yang Kamu tempati sekarang itu masih milik Saya"

Namun Sam tidak takut akan ancaman Herman lagi, Ia sudah tak perduli bahkan jika dirinya harus keluar dari perusahaan itu, maka secepatnya Ia akan resign.

"Tapi jangan lupa Pak Herman, ada saham Pak Faris di dalamnya, dan Pak Faris berada di pihak Saya, lebih baik anda sekarang persiapkan diri anda saat di pengadilan nanti"

Pak Herman semakin panas mendengar Sam berkata seperti itu.

1
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!