NovelToon NovelToon
Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Queen Dee

Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seluruh Nafasku Terbang

"Ssstt jangan teriak-teriak, tenang ini aku." Ujar Randy yang masih membekap mulut adik tingkatnya itu. 

Dirasa Magika sudah cukup tenang dan tak berontak lagi, Randy melepaskan bekapannya perlahan dan membuka hoodie yang menutup kepalanya.

Magika menatap tajam Randy yang membuatnya terperanjat setengah mati. Betapa tidak, di tengah malam yang gelap dan panik mendengar teriakan seseorang lalu tiba-tiba ada yang menarik tangannya.

Magika juga memukul bahu Randy sekencangnya hingga kakak tingkatnya yang usil itu merintih kesakitan.

"Kak Randy gak lucu tahu." Pekik Magika yang hampir menangis. "Mana kaki aku masih sakit lagi."

"Maaf Gee, tadinya aku cuma mau bebasin kamu dari kerjaan KOMDIS." Kata Randy beralasan.

"Ya tapi gak narik tangan aku juga, mana di tempat gelap gulita lagi." Protes Magika.

Randy tertawa kecil ketika melihat wajah Magika yang tampak panik, dan sepertinya Randy harus dengan ekstra meminta maaf pada adik tingkatnya yang kini tengah merajuk.

"Iya, maaf ya Magika." Ucap Randy.

Magika menarik nafas panjang, untuk menenangkan irama jantungnya yang berdetak sangat kencang dan tak karuan, hingga membuat kepalanya menjadi pusing. Dan teringat Azzrafiq yang ditinggal sendirian di tengah kegelapan.

"Oh ya Azzrafiq gimana? Dia sendirian di sana." Tanya Magika yang kembali panik.

"Tenang aja, dia juga sama diculik kakak tingkat yang lain, lagian kita tuh lihat kalian kebingungan karena ketinggalan kelompok, kalian pasti kesasar, semakin lama aku perhatiin kalian kayak yang linglung, dan kalian juga terlihat gak menyadari cahaya senter kita yang mengarah ke kalian" Jelas Randy.

Magika mengerutkan keningnya mengingat dirinya dan Azzrafiq memang sengaja memisahkan diri dari kelompok, tapi mereka berdua tak merasa linglung karena kesasar seperti yang Randy bilang.

Magika dan Azzrafiq malah panik karena mendengar teriakan seseorang, parahnya lagi Magika tak sadar ada cahaya senter yang mengarah padanya, apa terlalu terbawa suasana tadi? Tapi beruntungnya Randy tak melihat apa yang sebenarnya mereka berdua lakukan.

"Kita bingung dan panik karena ada teriakkan orang, kirain ada yang disiksa." Kata Magika.

Randy mengerutkan keningnya mendengar cerita Magika. "Gak ada yang teriak Gee, jelas-jelas tadi aku sama yang lainnya merhatiin kalian kayak orang linglung, makannya kita samperin."

Mereka berdua saling bertatapan ketika mengetahui cerita masing-masing, ternyata apa yang Magika lakukan bersama Azzrafiq tak seperti apa yang dilihat Randy.

Ada hal yang aneh di luar nalar, keduanya sama-sama terdiam seakan mengerti apa yang terjadi diantara mereka.

"Ayo ikut aku." Ucap Randy yang mulai resah.

Hanya ada mereka berdua di tengah kegelapan, Magika melihat sekelilingnya yang gelap gulita, mau tak mau harus menuruti apa kata Randy walaupun dirinya sangat dongkol pada kelakuan kakak tingkatnya itu, jantungnya kembali berdetak dengan kencang karena ketakutan akan hal aneh yang tak masuk di akal, mereka berjalan sambil berpegangan tangan, saling bergantung satu sama lain.

"Tetep tenang Gee." Tutur Randy yang memegang tangan Magika dan terus berjalan di dalam kegelapan.

Magika hanya terdiam, dia masih shock dengan apa yang dialaminya, dari jauh mulai terlihat setitik cahaya di depan mereka, Randy membawanya ke tempat dimana kakak tingkat lainnya berada, mereka berdua bergabung bersama orang-orang yang sedang mengelilingi api unggun.

Magika merasakan lega yang luar biasa ketika melihat beberapa Kakak tingkatnya.

"Jadi adik tingkat ini siapa namanya?" Tanya Kakak tingkat yang Magika tak tahu siapa namanya dan terheran melihat raut wajah Randy dan Magika yang muram. "Kenapa pada pucet gitu mukanya?"

Ketua HIMA segera menghampiri Randy dan Magika dengan perasaan yang khawatir. "Ada apa Ran?"

"Ada hal yang tak terduga, nanti aja kalo udah terang ceritanya." Jawab Randy.

Sang ketua HIMA seolah mengerti maksud Randy, dia hanya mengangguk, lalu melirik Magika yang ada di samping Randy. "Udah di sini aja Magika, jangan khawatir, kita makan ubi dan jagung bakar."

"Kenapa? Kalian ngelihat sesuatu?" Tanya temannya Randy, dia penasaran mengapa wajah Randy dan Magika begitu pucat.

Randy hanya menggelengkan kepalanya, tak ingin membahasnya sekarang, dia menoleh pada Magika dan coba menenangkannya. "Duduk Gee, kita makan atau minum dulu biar gak parno lagi"

"Magika gak usah panik, kita semua aman kok, kamu panik karena takut ketahuan komdis kan?" Seru ketua HIMA mengalihkan kepanikan Magika yang sebenarnya bukan resah karena KOMDIS.

"Tenang aja Magika, kita semua di sini pada baik, dan gakkan ngebocorin ke KOMDIS." Tutur Nizar, ketua panitia kesehatan yang ikut menenangkan Magika.

Mendengar tutur kata Nizar yang lembut, perlahan Magika mulai tenang dan melepaskan semua rasa takut yang dirasakannya, dia duduk di samping Nizar, berbaur bersama kakak tingkat lainnya yang mengelilingi api unggun, Nizar memberikan marshmello bakar padanya.

"Makasih Kak Nizar." Ucap Magika lembut.

"Iya sama-sama, oh ya gimana kakinya udah gak terlalu sakit?"

"Masih Kak, apalagi tadi ditarik paksa Kak Randy, makin ngilu aja." Adu Magika.

"Nanti juga sembuh kok, butuh waktu beberapa hari aja."

Magika mengangguk lalu kembali mendengarkan perbincangan mengenai politik yang membosankan, seketika dia teringat pada Azzrafiq, apa lelaki itu merasakan kenyamanan seperti dirinya saat ini?

Terlintas lagi ingatan ketika dirinya bersama Azzrafiq berada di tengah kegelapan yang hanya diterangi cahaya dari pocket lighter, dan nyaris saja mereka berciuman, mengingat hal itu membuatnya malu sendiri.

Magika tersenyum ketika memikirkannya, lalu dia kembali termenung sambil melihat api yang berkobar di depannya, hingga pandangannya kini mulai kabur dan gelap, suara percikan api yang membakar kayu begitu sangat merdu, seolah menina bobokannya

Randy yang melihat Magika sudah sangat mengantuk, segera beranjak dari posisinya dan duduk di samping adik tingkatnya yang kini terkulai, dia menyandarkan kepala Magika yang tengah tertunduk di bahunya.

Hari sudah mulai terang, suara burung bersenandung mulai terdengar dan perlahan langit mulai berubah warnanya. Magika perlahan membuka matanya, dia langsung terbangun dan kembali panik karena lagi-lagi dia ketiduran. Randy yang sedang menyeruput segelas kopi menyapanya.

"Selamat pagi Princess, gimana tidurnya sudah puas?"

"Ya ampun aku ketiduran sampe pagi gini." Kata Magika panik.

"Tenang Gee, tarik nafas, hembuskan, santai aja dulu, baru bangun udah gelisah."

Magika beranjak dari posisi tidurnya dan berdiri perlahan sambil melihat sekelilingnya. "Kakak tingkat yang lainnya pada kemana?"

Randy menunjuk dengan mulutnya. "Tuh di belakang kamu pada tidur mereka. Udah terkumpul semua nyawanya?"

Magika menatap sinis Randy. "Udah, ayo anterin aku lagi balik ke kelompok."

Randy terkekeh melihat Magika yang masih merajuk padanya. "Ayo! pelan-pelan jalannya."

Randy membantu Magika berjalan mencari teman-teman satu kelompoknya, tak perlu waktu lama, mereka menemukannya.

"Aku anter sampai sini aja ya, nanti mereka curiga, mereka susah payah dimarahi KOMDIS, eh kamu malah enak-enakan tidur."

Magika menatap sinis Randy tak habis pikir dengan ucapan kakak tingkatnya itu.

"Bukan aku yang minta kok, lagian siapa suruh culik aku." Pekik Magika yang masih sangat kesal pada Randy.

"Jadi masih marah ya sama aku?" Tanya Randy tanpa dosa,

"Ya menurut lo?" Tanya Magika ketus.

Lagi-lagi Randy terkekeh dan berusaha menggoda adik tingkatnya. "Ya udah beresin dulu ngambeknya, tapi serius deh kamu lucu kalo manyun kayak gitu."

"Ish apaan sih Kak Randy, kesel banget aku dengernya. Norak!!"

"Ya udah, aku minta maaf ya Magika, aku udah keterlaluan semalem, gakkan sekali-kali lagi deh janji." Ujar Randy seraya menaikkan dua jarinya yang membentuk V.

Magika menatapnya, kekesalannya pada Randy masih sangat terasa, dia hanya memutarkan kedua bola matanya.

"Aku balik ke kelompok aku dulu." Ucap Magika seraya meninggalkan Randy, dan menyusul teman-temannya.

...----------------...

Azzrafiq sangat mengkhawatirkan Magika, pikirannya berkecamuk sepanjang malam, bagaimana keadaan wanita itu setelah ditarik Randy? Apakah kakinya yang cedera baik-baik saja? Apakah Magika aman dan merasakan kenyamanan seperti dirinya?

Melihat hari sudah terang, Azzrafiq pamit pada kakak tingkat lainnya yang menculiknya semalam, untuk bergabung bersama teman-teman satu kelompoknya, ketika berjalan mencari mereka semua, dia melihat Maulana jalan sendirian dan segera menghampirinya.

"Ul, dimana yang lainnya?" Tanya Azzrafiq.

"Ya ampun lo kemana aja Fiq? Gue cariin semaleman, terus Magika mana?" Maulana malah balik bertanya.

"Lo tahu? Gue sama yang lain panik waktu lo sama Magika gak ada di barisan, gue dimarahin abis-abisan di pos satu gara-gara lo sama Magika hilang, dibilang gue gak becus jadi ketua kelompok. Gue baru dikasih tahu kalo lo berdua ilang karena ulah kakak tingkat lainnya setelah selesai diamuk KOMDIS, dan pembelajaran buat gue supaya lebih memperhatikan anggotanya." Sambung Maulana menceritakan semua yang terjadi ketika Azzrafiq dan Magika tak ada.

"Sorry kalo kalian semua kena amukan komdis, semalem gue sama Magika emang nyasar, mana gelap, gue lebih panik karena Magika tiba-tiba hilang, terus ada yang narik tangan gue juga."

"Terus sekarang mana Magika?"

"Gue juga gak tahu dia diculik ke pos mana, gue khawatir sama keadaan dia." Terang Azzrafiq.

"Gue lagi dihukum sama KOMDIS buat nyariin lo berdua, dan yang lainnya masih jadi tahanan sambil nunggu gue nemuin lo sama Magika."

"Azzrafiq!! Azz..." Panggil seseorang dari jauh.

Azzrafiq menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya, dia tahu itu suara Magika karena hanya wanita itu saja yang memanggil namanya Azz.

Magika berjalan tertatih, Azzrafiq segera berlari ke arahnya, disusul dengan Maulana yang terlihat lega, akhirnya bertemu lagi dengan Magika, refleks Azzrafiq dan Magika saling berpelukan ketika berjumpa, tanpa memedulikan kehadiran Maulana.

Azzrafiq melepaskan pelukannya untuk memastikan Magika baik-baik saja.

"Kamu gak apa-apa kan Gee?" Tanya Azzrafiq sembari memegang kedua pipi Magika, wajahnya tampak sangat khawatir.

"Aku baik-baik aja kok, kamu dibawa panitia lainnya juga Azz?" Magika balik bertanya.

"Iya, aku panik waktu kamu ditarik, takutnya orang jahat, tapi kata kakak tingkat yang bawa aku, gak usah khawatir karena itu juga bagian dari mereka." Jelas Azzrafiq.

"Syukur deh kalo gitu, aku kira kamu ditinggal sendirian, oh ya Azz ada hal yang aneh tadi malem." Kata Magika memberitahu.

Azzrafiq mengangguk seakan tahu maksud perkataan Magika. "Iya aku tahu, kating yang narik aku bilang ngelihat kita kayak orang linglung karena ketinggalan kelompok, anehnya dia juga gak denger suara teriakan yang padahal kita denger dengan jelas."

Maulana berdeham untuk menyadarkan Azzrafiq dan Magika, bahwa masih ada dirinya di sini bersama mereka berdua. "Kalian gak usah peduliin gue, pelukan lagi aja."

Azzrafiq menoleh pada Maulana. "Sorry, gue cuma refleks aja Ul."

"Maaf Ul, terbawa suasana." Kata Magika sambil terkekeh.

"Lagian kok bisa sih kalian ketinggalan? Jadinya malah gue yang disalahin." Tanya Maulana heran.

Azzrafiq dan Magika bertatapan, kedua pipi mereka memerah mengingat apa yang mereka lakukan semalam, walaupun ciuman itu tak terjadi tapi cukup buat keduanya menjadi salah tingkah.

Azzrafiq menggaruk-garuk kepalanya sambil berpikir untuk memberikan jawaban pada Maulana.

"Yaaaa, namanya juga ketinggalan dan kita juga linglung." Dusta Azzrafiq.

"Iseng banget ya penghuni di sini bikin orang linglung, untung pada ketemu, coba kalo enggak." Celetuk Maulana.

"Ish udah deh jangan nakut-nakutin, yang penting sekarang kita udah kumpul lagi." Gerutu Magika.

"Baguslah, kamu gak mau peluk aku juga gitu Gee?" Tanya Maulana iseng mencoba menggoda Magika.

"Ngarep banget lo." Gerutu Azzrafiq seraya mengibaskan wajah Maulana dengan tangannya.

"Kan biar adil hihihi, yaudah yuk kita kumpul lagi sama yang lain, dari tadi malem mereka ditahan di pos Komdis." Ujar Maulana.

1
Cevineine
luar biasa👍
rizki fadhilah
ayo thor lanjut/Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!