Benih Titipan Adik Ipar

" Ah sial!" Sebuah makian terdengar keluar dari bibir pria tersebut, saat mendengar apa yang baru saja digumamkan bibir mungil berwarna merah muda pucat, milik Anisa tersebut.

Pria itu Arga,dia sengaja kembali lagi kedalam rumah Anisa setelah sebelumnya pergi dari sana.

 Dia memutuskan untuk masuk lagi kedalam rumah tersebut saat melihat Abram dan nyonya Sarah pergi terburu buru, dengan membawa sebuah koper besar yang sangat mencurigakan.

Dengan perasaan cemas bercampur takut, pria itu yang semula memang masih berada disekitar rumah mereka, buru buru kembali dan masuk kedalam rumah menggunakan kunci cadangan, yang jangan ditanya dia dapat dari mana, karena itu tidak penting.

Yang pasti sejak kembali ke Indonesia dan tau kalau suami Anisa adalah Abram Anderson, orang yang sangat dikenalnya. Arga mulai mengawasi setiap gerak gerik Anisa, tanpa sepengetahuan perempuan itu, karena cemas.

Dia khawatir perempuan itu akan disakiti oleh pria yang menikahinya tersebut . Karena dirinya sangat mengenal bagaimana sikap dan sifat orang orang itu dan sudah merasakan sendiri bagaimana kekejaman mereka.

Niat awalnya masuk kedalam rumah hanya untuk memastikan kondisi Anisa baik baik saja lalu akan pergi sebelum perempuan tersebut menyadari kehadirannya.

Begitu masuk kedalam kamar yang ditempati perempuan tersebut Arga merasa lega karena melihat Anisa tampak baik baik saja. Meski posisi tidurnya terlihat sangat menggoda, tapi Arga tidak berniat melakukan hal buruk pada perempuan itu,meski tergoda. Bagaimana Arga tidak tergoda, kalau melihat perempuan itu tidur diranjang hanya menggunakan lingerie semi transparan yang membuat siluet tubuh dibalik kain tipis itu, terlihat nyata oleh Arga.

" Indah dan sangat cantik," itu yang digumamkan Arga begitu melihat penampilan Anisa diatas tempat tidurnya.

Tapi dia bukan penjahat,dia datang bukan untuk menjadi seorang baji*an lain bagi Anisa sekarang, pikir Arga sebelum mendengar gumaman perempuan tersebut.

Dan pertahanannya yang setipis tisu runtuh, saat mendengar gumaman e*otis tersebut.

Dia tau apa yang dilakukannya itu tindakan seorang baji*an, tapi tidak papa bukan, kalau karena hal tersebut dirinya akan bisa memiliki Anisa dan melepaskannya dari para iblis berwujud manusia, yang sekarang berada didekat perempuan itu.

Itu pembelaan diri yang diucapkannya dalam hati, agar tidak merasa sangat bersalah karena bercinta dengan Anisa, saat perempuan itu dalam kondisi tidak sadar.

Kalau saat di Hotel mereka melakukannya dalam kondisi Anisa mabuk dan dia juga berada dibawah pengaruh alkohol, tapi yang malam ini Arga seratus persen sadar,berbeda dengan Anisa yang berada dalam kondisi tidur nyenyak dan mungkin merasa berhalusinasi.

Apapun itu, yang pasti perempuan tersebut memberikan reaksi yang sama terhadap sentuhannya, seperti saat mereka melakukannya malam itu dihotel.

" Emmmh.....Akh....Arga...." Anisa menggumankan namanya, bukan nama Abram suaminya, membuat pria itu semakin tidak sabar lagi mendorong masuk miliknya kedalam milik perempuan tersebut.

 Arga yakin Anisa pasti juga menginginkan apa yang sedang dilakukannya sekarang karena dia bereaksi seperti seharusnya,batin pria itu untuk membenarkan apa yang dilakukannya itu.

Meski sebenarnya tidak sepatutnya dilakukan karena itu tetap salah, tapi lagi lagi bisikan iblis yang ada didalam kepalanya, lebih kuat dibandingkan bisikan malaikat, maka dia membenarkan kelakuan gilanya itu.

Meski ingin melakukannya lagi, tapi dia menahan diri dan hanya melakukannya untuk sekali pelepasan, lalu menggulingkan tubuhnya kesamping.

Pria itu menoleh kearah Anisa yang masih saja tidak terbangun dari tidurnya sampai mereka selesai bercinta, bahkan tidur perempuan itu terlihat semakin pulas dengan ekspresi wajah yang sangat puas, membuat Arga yang berada disampingnya tersenyum kecil, lalu menyentuhkan jarinya ke ujung hidung mungil perempuan tersebut.

" Sepertinya kamu juga menyukainya iyakan Nis,jadi tidak masalah.Tapi lain kali aku ingin melakukannya kalau kita berdua dalam kondisi sama sama sadar, jadi kita bisa benar benar menunjukan semua perasaan kita nanti." Lalu pria itu menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut,baru kemudian memeluk tubuh perempuan tersebut berniat untuk ikut memejamkan matanya.

Dan tidak perduli kalau sekarang sedang berada didalam rumah dan kamar milik Anisa dan Abram.Arga sama sekali tidak merasa takut akan ketahuan, karena dia yakin malam ini sampai besok dan beberapa hari kedepan pria dan perempuan tua itu tidak akan kembali kerumah ini.

Sebenarnya Arga berniat terus tidur bersama Anisa sampai perempuan tersebut bangun besok pagi, tapi tiba tiba ponselnya berdering. Karena tidak ingin mengganggu tidur perempuan itu,Arga bangun dari ranjang begitu melihat siapa orang yang menghubunginya saat itu.

Dia mengangkat ponselnya diluar kamar, setelah sebelumnya memakai kembali pakaiannya dan merapikan posisi tidur Anisa, sebelum meninggalkannya.

" Ya..." Arga menjawab dengan suara pelan, pada orang diseberang telpon.

" Aku akan kesana sekarang, tunggu disana." Lalu tanpa menoleh lagi kebelakang,Arga pergi meninggalkan rumah Anisa untuk bertemu dengan orang diseberang telpon tersebut.

***

Paginya Anisa terbangun, karena merasa sinar matahari sudah masuk kedalam kamarnya.

Dia mengerjab kerjabkan matanya yang sedikit silau.

Sudah pukul berapa sekarang? Batinnya. Dia bangun dari posisinya, berniat mencari ponsel miliknya yang lupa dia letakkan, akibat terlalu pusing tadi malam.

Tapi maksudnya langsung terhenti, waktu melihat bagaimana penampilannya di cermin yang ada disamping ranjang.

Bola mata Anisa membulat, dia sangat terkejut juga syok melihat dirinya yang tidak mengenakan mengenakan apa apa, dengan banyak tanda merah disekitar dada juga leher.

" Oh Tuhan ...Siapa yang melakukannya?!" Anisa berseru cukup keras, dengan menutup tangan kemulut.

" Apa mas Abram?" Dia bergumam bingung, sambil menatap sekeliling kamar untuk mencari sosok suaminya yang mungkin saja sedang dikamar mandi, tapi ternyata tidak ada tanda tanda keberadaan pria tersebut.

Membuat Anisa membatalkan niatnya mencari ponselnya dan memilih bergegas turun dari ranjang, setelah menyambar jubah kamar untuk dikenakan keluar, untuk mencari keberadaan pria itu yang mungkin saja ada diluar sekarang, pikir Anisa.

" Mas! Mas Abram! Mas!"

Anisa berteriak dari tangga untuk mencari keberadaan suaminya, tapi sampai dilantai bawah dia tetap tidak melihat sosok pria itu. Yang muncul malah pembantu rumah mereka karena mendengar teriakannya.

" Ada apa Bu Nisa?" Pembantu perempuan berusia sekitar 40 tahun yang hanya bekerja setiap pagi sampai sore itu, berjalan tergopoh gopoh menghampiri majikan perempuannya, karena mendengar teriakan keras perempuan tersebut.

" Bik, Mas Abram mana ya? Apa bibik melihatnya?" Anisa bertanya dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah, tapi tidak terlihat tanda tanda keberadaan suaminya sekarang bahkan ibu mertuanya juga tidak terlihat.

" Oo, Bapak? Tadi sekitar satu jam yang lalu beliau menghubungi saya, bertanya apa ibu sudah bangun dari tidur karena sekarang Bapak sudah ada diBandung Bu."

Seketika raut wajah Anisa yang semula sedikit senang, karena berpikir hubungannya dengan suaminya membaik akibat melihat bekas percintaan yang tertinggal ditubuhnya, langsung muram dan kesal mendengar apa yang dikatakan pembantu rumah mereka.

Jangan lupa like dan komen ya reader 🥰🥰