NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Ugh!

Hasya melenguh, perlahan matanya terbuka, pancaran lampu ruangan itu membuatnya kembali memejamkan matanya. Rasa silau di matanya membuat kepalanya sedikit pusing. Perlahan tangannya terangkat untuk mengucek matanya.

"Aku di mana?" gumamnya, sekarang ia sudah membuka matanya dan ruangan itu sudah terlihat jelas.

Hasya menutup hidungnya saat bau obat menguar ke indra penciumannya. Hasya menelisik ruangan itu, mengamati satu per satu benda yang ada di ruangan tersebut dengan heran.

Ceklek

Suara pintu terbuka, Hasya mengalihkan penglihatannya ke arah pintu, melihat siapa yang datang ke ruangan itu.

"Nak, sudah bangun?" Helena sedikit berlari ke arah Hasya.

Hasya memijat pelipisnya, kemudian ia tersenyum kecil kepada Helena. Dia masih mengingat-ngingat apa yang sudah terjadi kepadanya.

"Tenang ya, Bara sedang membereskan semuanya. Kamu minum dulu, sebentar lagi nenek datang, dia lagi di jalan." Helena mengusap lembut punggung Hasya.

"Te-terimakasih, Ma," Hasya mengambil gelas itu dari tangan Helena.

Helena mengangguk dan tersenyum ramah.

"Siapa yang membawa aku ke sini, Ma?" tanya Hasya setelah ia mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Ia merasa lega bahwa pertolongan itu datang juga kepadanya.

Sebelumnya, Bara mendapatkan laporan dari anak buahnya Belinda kalau Hasya berada di daerah ujung kota. Dengan gerak cepat, Bara menuju lokasi saat itu juga.

Anak buah Belinda bisa menemukan Hasya dalam sekejap, semua itu karena perhiasan yang Hasya pakai memang sudah memakai alat pengaman. Belinda sudah memiliki firasat tidak enak, makanya pagi tadi ia memberikan perhiasan itu kepada Hasya.

Dengan mendobrak pintu depan rumah yang di dalamnya keberadaan Hasya, Bara berhasil masuk. Ia mendapati Hasya terkulai lemas dengan wajah pucat pasi.

Hasya dibawa ke rumah sakit oleh anak buah Belinda, sedangkan Bara sendiri akan membereskan permasalahan ini secepatnya.

"Anak buahnya nenek, kalau Bara akan membereskan masalah ini secepatnya. Kamu jangan khawatir, ya, Nak." Helena menggenggam tangan Hasya, memberikan ketenangan.

***

Penyelidikan berlanjut sampai ke kampus saat anak buah Helena memberitahu kalau pelaku penculikan Hasya berada di kampus tersebut.

"Eh, kalian tahu, gak, kalau cucu yang punya kampus ini datang ke sini?" tanya salah satu mahasiswi kepada temannya.

"Yang benar? Setahu gue, dia itu jarang turun langsung ke lapangan. Biasanya, asistennya yang turun langsung. Tumben sekali, kira-kira ada apa, ya?"

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya seorang mahasiswi lain yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Lo, tahu, gak, Rel?"

"Gak tahu," jawabnya ketus.

"Lo, nyamber aja. Gue belum selesai ngomong."

"Makanya tanda bacanya yang benar,"

"Wew... Gue mau ke sana, lihat! Banyak mahasiswi yang mendekati Tuan Bara." perempuan itu berlari ke arah kerumunan yang di dalamnya ada Bara yang dijaga oleh beberapa bodyguard.

"Lah, iya....!" Aurel dan satu teman lainnya ikut berlari juga ke kerumunan para mahasiswi.

"Menjauh!" ucap Bara dingin saat seorang mahasiswi berjalan begitu dekat dengannya, ia menyelinap ke samping bodyguard yang menjaga Bara.

"Wow!" mahasiswi lain tidak menyangka dengan tindakan berani mahasiswi itu.

"Kok, gue kayak pernah lihat?" Aurel memperjelas penglihatannya. "tapi, gue lihat di mana, ya?" Aurel mengingat-ingat pertemuannya dengan Bara, namun dia benar-benar lupa.

***

"Apakah tindakan yang Anda lakukan itu tidak melanggar hukum?" bentak Bara. Sekarang dia sudah berada di sebuah ruangan dan sudah berhadapan dengan Aris.

"Anda mahasiswa hukum, harusnya Anda tahu konsekuensinya!" Bara mendekat ke arah Aris dan membisikan sesuatu.

"Jangan, Tuan. Saya mohon!" Aris terlihat ketakutan.

"Lalu, saat kamu menculik Hasya, apa kamu tidak berpikiran ke sana?"

"Maaf, Tuan. Saya khilaf,"

Brak!

Bara menendang kursi dengan kencang, "khilaf yang di sengaja, hm?" Bara menarik kerah baju Aris. "Saya tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh istri saya, yang berani menyentuhnya berurusan dengan saya." Bara menekankan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Jadi, Tuan Bara adalah suami Hasya? Gue kira bukan dia." Aris menyesal telah menculik Hasya. Kalau begini, dia bisa dikeluarkan dari kampus ini. Dia juga sedikit tahu isu tentang cucu dari pemilik kampus ini yang tidak memberi ampun kepada siapa pun yang mengganggu keluarganya.

Tok tok tok

"Masuk!" titah Bara, ia menyuruh masuk anak buah Belinda yang membawa seseorang.

Deg!

"Berdiri di sana!" titah Bara kepada mahasiswi yang baru saja dipanggil ke ruangannya. Dengan wajah penuh ketakutan Aurel berdiri di samping Aris.

"Apa masalah Anda menjebak teman Anda sendiri?" Bara bertanya dengan wajah super dingin, tatapannya tajam menghunus jantung untuk siapa pun yang melihatnya.

"Sa-saya tidak menjebaknya, Tuan?" jawab Aurel gugup.

"Lalu siapa yang mengirim chat kepada Hasya?" Aurel kebingungan, kemudian ia melirik Aris sebentar tapi sedetik kemudian ia kembali menunduk saat dirinya merasa di awasi oleh Bara.

"C-chat? " Aurel merasa bingung. "chat yang mana, ya? Hari ini saya belum mengirim chat kepada Hasya," jawabnya jujur.

"Coba, lihat riwayat chatnya?" Aurel pun mengambil ponselnya kemudian ia mengutak-atik ponselnya.

"Ini memang ada pesan dihapus, tapi..."Aurel mengingat-ingat apa yang terjadi pagi tadi, kemudian ia beralih kepada Aris yang terlihat cemas."Sekarang saya ingat, Tuan. Tadi pagi ponsel saya dipinjam sama Kak Aris." Aurel teringat itu.

"Jadi Anda yang memberitahu dia tentang hubungan kami?"

"M-maaf, Tuan. Tadinya saya hanya jujur tentang Hasya, soalnya Kak Aris bertanya," Hasya masih terlihat jujur.

Bara memicingkan matanya, menelisik raut wajah Aurel. "Gak ada maksud lain?" tanya Bara.

Deg

Aurel gelagapan dan itu tidak lepas dari tatapan Bara. "Ti-tidak, Tuan." ia memainkan ujung kemejanya.

"Iri sama sahabat sendiri? Apa masih layak dibilang sahabat?" Bara berkata dengan datar. Aris sendiri dari tadi menyimak.

"T-tuan..."

"Saya bisa membaca gelagat kamu. Jika memang kamu bisa membuat istri saya celaka, saya tidak akan mengizinkan kalian untuk bersahabatan lagi."

Bara beralih kepada Aris, "Untuk kamu!" Aris mendongak, menatap Bara sekilas sebelum ia kembali menundukan kepala lagi. "Saya akan menyerahkan ke rektor langsung untuk konsekuensi dari kampus dan saya tetap akan melaporkan anda dengan tindakan kriminalitas yang sudah anda lakukan."

"Tuan..."

"Arman! Antar dia menghadap rektor! Kampus ini tidak membutuhkan seorang kriminal seperti Anda. Kampus ini didirikan sebagai lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi kredibilitas dengan visi dan misi yang tepat, tapi Anda malah ingin merusaknya!" Bara melenggang pergi diikuti beberapa bodyguard yang lain, sedangkan Arman dan Deni mengamankan Aris. Aurel sendiri langsung ke taman. Jantungnya berdebar tidak karuan, tubuhnya terasa lemas.

Tidak lama kemudian, beberapa mahasiswi yang mengetahui Aurel menghadap Bara langsung menghampiri Aurel.

"Rel! Lo diapain? Wajah lo pucat banget!" Serly duduk di samping Aurel.

"Iya, memangnya Tuan Bara ngapain kamu?" sahut Deby.

"Kamu kayak abis bertemu malaikat pencabut nyawa saja." Lena menimpali.

Plak!

"Lo kalau ngomong!" Serly mengeplak paha Lena.

"Emang iya, gak pernah dia sepucat itu."

"Sstt... Gue pulang dulu." Aurel berdiri tanpa menjawab pertanyaan teman-temannya.

"Eh, si Aurel dialain sama Tuan Bara?" tanya mahasiswi lain.

"Gak tahu, dia kayak abis dari kandang singa," jawab Lena.

Plak!

Plak!

Serly dan Deby mengeplak punggung Lena sampai terhuyung.

"Anjim, lo berdua, ya!" Lena mengusap punggungnya setelah ia berdiri tegak.

***

"Saya sangat kecewa sama kamu, Aris!" Profesor Anwar terlihat begitu kecewa kepada Aris. Aris adalah mahasiswa kebanggaan kampus ini. "Hanya karena cinta, kamu sampai melakukan itu. Apa kamu tidak bisa berpikir jernih?"

"Maafkan saya, Prof! Apa bisa diberi keringanan?"

"Kampus tidak membutuhkan pelaku kriminal seperti kamu. Kamu tetap diberi sangsi tegas karena kami tidak akan memberikan peluang lain kepada mahasiswa yang lain."

"Prof... Saya mohon..." Aris berkaca-kaca. "Tugas skripsi terakhir saya baru saja saya serahkan ke Profesor Hadi," suaranya tercekat. Ia merasa stress, perjuangannya akan sia-sia aja selama ini.

"Lalu, sebelum kamu bertindak seperti tadi, kamu tidak memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu?"

"Prof..." air mata Aris luruh juga. Dia membayangkan bagaimana tanggapan orang tuanya nanti.

"Penyesalan memang selalu di akhir. Makanya, sebelum bertindak di pikirkan dulu konsekuensinya, jangan selalu mengikuti hawa nafsu dalam diri." Profesor Anwar berdiri dari duduknya. Kemudian ia berjalan mendekat kepada Aris dan menepuk bahunya. "Jika kamu benar-laki-laki, pertanggungjawabkan semua perbuatan kamu. Sekarang, polisi sudah menunggu di depan." Profesor Anwar berlalu menuju pintu ruangan tersebut dan membuka pintunya. Beberapa polisi sudah menunggu di sana.

***

"Dia ngapain kamu?" tanya Bara.

Bersambung

1
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!