Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13(Pov Dinda)
Pagi ini Dinda bangun lebih awal. Di kehidupan sebelumnya, Dinda adalah anak yang malas untuk bangun pagi, sehingga selalu saja mama Bella ataupun bi Ati yang bangunkan.
Ia turun ke bawah dan berjalan menuju meja makan. Rumah mereka bertingkat dua dan kebetulan kamarnya berada di tingkatkan paling atas. Mas Dino sementara meneguk secangkir kopi panasnya serta bibi yang sibuk menyiapkan sarapan melihat ke arah Dinda dengan tatapan keanehan.
"Tumben kamu bangun pagi?"
"Mas ini bukannya senang adenya mau bangun pagi, malah mengatakan hal seperti itu. Ya sudah aku kembali tidur, kalau terlambat aku tinggal bilang mas yang nyuruh." Kata Dinda cemberut.
"Bukan gitu maksudnya adekku tersayang, biasanya juga kan kamu dibangunin sama mama kalau nggak bibi," mas Dino mencubit gemas pipi Dinda yang nampak cabi.
"Aw sakit," Dinda memukul lengan mas Dino dengan sangat kuat, meskipun mas Dino tidak merasakan apapun. Justru tangannya yang sakit setelah memukul lengan kakaknya.
"Gitu aja sakit. Makanya jangan makan terlalu banyak, nanti badanmu gemuk kayak balon."
"Biarin." Bi Ati yang melihat tingkah mereka berdua hanya tersenyum.
"Mama mana bi?" Tanya Dinda penasaran. Biasanya mama Bella selalu bangun pagi, namun Dinda tidak melihatnya.
"Selesai masak nyonya pergi membantu tuan besar untuk bersiap." Dinda mengangguk paham mendengar penjelasan bi Ati.
Dinda mengambil sepotong roti tawar dan membaluri dengan slai Strawberry.
"kamu nggak makan nasi ya?"
"Nggak mau. Aku ingin diet mulai sekarang."
"Diet? Nggak baik diet, itu buruk buat kesehatan mu. Kamu kan mau ke sekolah dan itu juga membutuhkan energi yang banyak. Apa jangan-jangan kamu masukan ke hati lagi omongan mas Dino barusan."
"Siapa? Nggak kok, ngapain juga aku masukan ke hati. Aku memang lagi kepengen saja."
"Kalau bukan karena mas Dino, apa mungkin karena cowok?"
"Mas ini, aku kan baru masuk sekolah mana mungkin ngeliatin cowok. Lagian nggak ada yang ganteng."
"Siapa tau kan, dulu waktu kamu SMP mas, mama sama papa sampai pusing ngurusin anak cengeng yang habis putus cinta."
"Itukan dulu, sekarang aku nggak gitu kok." Dinda membela diri. Tapi apa yang dikatakan mas Dino memang benar adanya. Ia pernah pacaran saat berusia 14 tahun. Itu adalah kali pertama ia jatuh cinta. Lebih tepatnya cinta monyet. Dan mantannya Dinda itu sangat baik. Makanya Dinda sangat bucin padanya. Tapi entah kenapa pacarnya itu mutusin Dinda secara sepihak. Dan dia juga tiba-tiba saja pindah sekolah dan tidak ada kabar sampai sekarang. Saat Dinda diputusin, ia jadi berpikiran bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa mantannya. Dua hari mengurung diri di kamar, makanan yang di antar bi Ati ujung-ujung nya dibawa kembali dengan utuh. Mama, papa sama mas Dino sampai tidak tidur hanya untuk menjaga Dinda di depan pintu kamar. Mereka takut Dinda akan melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
Dinda keluar setelah menahan rasa lapar selama dua hari. Karena dirinya adalah manusia lemah dan tetap butuh nutrisi. Terlebih lagi ia takut mati jika tidak makan. Saat Dinda keluar, mereka langsung menelpon dokter karena wajahnya yang sangat pucat. Mengingat hal itu sungguh sangat memalukan.
"Ada apa ini? Papa sama mama dengar dari atas di bawah sini ribut sekali?" Tanya mama Bella yang berjalan mendekati meja makan beriringan dengan Papa Ferdi dari belakang.
"Nggak kok ma, biasalah perdebatan antara kakak sama adek," jawab mas Dino.
"Nggak ma, mas Dino gangguin aku." Dinda meledek kakaknya itu disaat mama Bella dan papa Ferdi tidak melihat ke arah mereka. Mas Dino tersenyum melihat tingkah Dinda yang kekanak-kanakan. Dinda tahu meskipun sekarang ia telah kembali mengulang waktu di 7 tahun sebelumnya, namun jiwanya adalah wanita berusia 23 tahun. Tetapi di depan keluarganya Dinda akan tetap bertingkah kekanak-kanakan. Karena setelah dewasa pun ia masih bersikap manja pada mereka. Kecuali dirinya berada sekitar orang lain.
"Dino jangan gangguin adekmu itu," ujar papa Ferdi membela Dinda.
"Nggak pa, dia itu adik kesayangan aku. Mana mungkin aku gangguin dia." Jawab mas Dino sambil mengusap lembut kepala Dinda.
Pembicaraan mereka pun dilanjutkan dengan makan bersama.
"Dinda, hari ini kamu di antar sama mas Dino ya, papa nggak bisa nganterin kamu, soalnya jadwal papa yang seharusnya berlangsung kemarin di tunda ke hari ini. Belum lagi jadwal hari ini yang sudah sangat padat."
"Nggak apa-apa pa."
Papa Ferdi berangkat duluan, bahkan makanan di piringnya masih tersisa. Sementara Dinda masih menunggu mas Dino yang belum selesai makannya. Sambil menunggu, Dinda kembali ke kamarnya untuk menyusun buku-bukunya. Tidak lupa bekal yang telah disediakan bi Ati untuk makan siang nya. Dinda sempat menolak namun mama Bella memaksa, katanya makanan di kantin tidak baik untuk kesehatan Dinda.
"Dinda, mas sudah selesai nih. Ayo berangkat!"
Dinda turun dan mereka berangkat. Mereka pergi menggunakan mobil sport merah milik mas Dino yang jarang sekali digunakan. Hanya mas Dino sendirilah yang tahu membawanya. Mereka tiba setengah jam lebih cepat karena mobil itu cukup laju serta di jalanan tidak terlalu macet.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.