Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 13. Jangan Ganggu Wanitaku
Kata talak diucapkan oleh Jaya dengan suara bergetar. Kirana tidak menyangka hari ini adalah hari ia menyandang dua status sekaligus. Status istri dan langsung berubah menjadi status janda. Kiran mungkin menjadi istri terkilat di dunia ini. Hanya 10 menit ia menyandang statusnya sebagai seorang istri.
Tangis Kirana pecah, ia sungguh tidak menyangka di hari bahagianya menjadi hari paling menyakitkan. Pria yang begitu dicintainya tega berkhianat di belakangnya. Sari memeluk sang putri dengan erat, ia membiarkan Kiran meluapkan kesedihannya.
Darto dan Ningsih sungguh marah melihat kelakuan putranya. Kedua orang tua itu pun menarik Jaya untuk pulang tanpa sepatah katapun kepada Kiran.
Hanya Jaya yang masih tidak ikhlas melepaskan Kiran
" Maafkan aku Kiran aku sungguh minta maaf. Aku khilaf."
" Sudah ayo pulang, bikin malu. Dan kau wanita ikut kami."
Wanita hamil itu mengikuti keluarga Jaya dengan langkah sedikit tertatih. Senyumnya mengembang. Beruntung ia segera datang saat mendapat kabar bahwa Jaya akan menikah.
Rosma Juwita, wanita itu adalah teman kuliah Jaya. Jaya berkuliah di kota Y, dan ternyata mereka menjalin hubungan karena intensitas bertemu mereka. Hubungan itu terus berlanjut hingga mereka melakukan tindakan terlarang yang membuat Rosma hamil.
Kiran masih menangis di pelukan sang ibu. Beberapa orang menatap iba, namun diantara yang lain ada yang mencemooh juga. Dan yang paling bahagia atas kesedihan Kiran tidak lain dan tidak bukan adalah Martiyah dan juga Riati.
Riati yang juga menaruh hati pada Jaya merasa sangat tidak suka dengan pernikahan Kiran ini. Dan ketika melihat peristiwa yang baru saja terjadi tentu membuat senyumnya sangat lebar.
" Huh rasain, emang enak. Sok kecakepan sih jadi cewek."
Beberapa orang yang mendengar ucapan Riati mengelus dada. Bukannya simpati akan kesedihan sang adik sepupu, dia malah menertawakan.
" Buk ayo pulang, syuting sinetronnya sudah selesai."
" Iya nduk. Mesakke baru aja nikah dah jadi janda"
Martiyah dan Riati melenggang pergi dari rumah Kiran.
Pak penghulu yang masih duduk di depan meja akad menatap iba gadis di depannya. Dia seperti melihat putrinya sendiri. Pak penghulu itu pun mengusap kepala Kiran dan menyampaikan beberapa nasehat.
" Sabar nduk, Allaah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan si hamba. Bapak yakin kamu akan mendapatkan pria yang lebih baik bahkan jauh jauh lebih baik dari yang sekarang. Ikhlaskan nduk."
Kiran menatap pak penghulu dan mengangguk. Ia mengucapkan kata terimakasih di sela sela isak tangisnya.
" Terimakasih pak… matursuwun sanget kagem pitutur nipun, mugi kulo saget ikhlas ( terimakasih banyak untuk nasehatnya semoga saya bisa ikhlas)."
" Aamiin...ya wis nduk bapak pamit dulu."
" Njiih pak. Matursuwun."
Setelah pak penghulu pergi Kiran bangkit. Ia harus menguatkan hatinya untuk tidak meratapi kesedihannya terlalu lama.
" Ayo Kiran, kamu kuat. Kamu bisa. Percuma juga nangis yang ada kamu diketawain, tuh lihat bude Mar dan anaknya sudah sangat senang melihat kegagalan mu. Lagian seharusnya kamu bersyukur Kiran. Allaah telah memperlihatkan siapa sebenarnya pria itu sekarang." Monolog Kiran dalam hati.
Ia menghapus air matanya lalu memanggil tukang rias untuk melepas semua atribut riasannya.
Kembali ke masa sekarang. Mengingat semua kejadian itu memang membuat Kiran begitu sedih. Namun ia meneguhkan hatinya untuk tidak lagi menangis.
Kiran lalu kembali membereskan rempah rempah yang sudah ia pilah tadi. Dibalik kegagalannya menikah dengan Jaya terselip sebuah rasa syukur. Rasa syukur karena dia tidak terjebak dengan cinta dari pria yang salah untuk waktu yang lebih lama.
🍀🍀🍀
Adzan subub berkumandang membangunkan Kai dari tidur lelapnya. Ia mengerjapkan matanya dan mulai menurunkan kakinya dari tempat tidur. Kai berjalan pelan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Brrrr…. Kai merasa kedinginan saat air menyentuh kulit tubuhnya. Tubuhnya pun meremang. Kai kembali ke kamar mengeluarkan baju koko dari tasnya dan memakainya. Kai juga membelitkan kain sarung ke pinggangnya. Ia siap menuju masjid terdekat untuk menjalankan sholat subuh 2 rakaat.
Cekleek…
Hawa dingin langsung masuk ke rumahnya. Sungguh ini seperti suhu di puncak bahkan bisa lebih dingin.
" Lho bang bule mau sholat?"
" Eh pak No, iya pak. Masjid di sebelah mana ya pak No."
" Mari ikut saya, kita ke masjid bersama."
Pak No yang memang rumahnya bersebalah itu sedikit terkejut mendapati Kai yang berwajah bule itu ternyata seorang muslim. Pria tua itu pun tersenyum. Mereka berjalan beriringan menuju masjid terdekat.
Sesampainya di masjid semua orang menatap ke arah Kai. Namun Kai acuh, ia segera masuk dan sholat sunah dua rakaat.
Iqomah pun dikumandangkan, namun tampaknya sang imam belum juga terlihat di masjid.
" Pak No, pripun niki pak burhan dereng dugi. Kadose nembe gerah ( bagaimana ini, Pak Burhan belum datang. Sepertinya sedang sakit)." Ucap salah seorang di sana.
" Waduh piye yo Man ( waduh bagaimana ya Man). Siapa yang mau menjadi imam menggantikan Pak Burhan hari ini."
Tidak ada yang menjawab Pak No. Sedangkan Kai masih diam, dia tidak ingin terlalu menonjol di sana.
" Ayo… keburu waktu subuhnya habis. Jujur bapak sudah tua takut ada ayat yang terlewat."
Semua masih diam, tidak ada yang berani maju untuk berdiri di depan menjadi imam sholat subuh. Kai pun menghela nafasnya perlahan.
" Pak No, jika diizinkan saya bisa menjadi imam."
Pak No tersenyum, pemuda ini memang berbeda dari pemuda biasanya. Itulah yang ada dalam pikiran Pak No.
" Boleh bang bule silahkan."
" Halaah emang bisa bule itu jadi imam. Ntar yang ada salah lagi baca surat surat nya."
Sebuah suara datang dari arah pintu masjid. Suara milik seorang pria yang cukup dikenal oleh semua orang di desa itu.
" Maaf mas, kalau mas nya tidak berkenan silahkan masnya saja. Mari disegerakan keburu waktu subuhnya habis."
Pria itu terdiam. Pak No hanya membuang nafasnya kasar melihat arogansi dari pria tersebut.
" Sudah bang. Ayo segera imami kami sholat. "
" Baik Pak No. Mari kita mulai sholat subuhnya. Mohon diperhatikan saff nya ya. Dirapatkan sedikit."
" Tck, berlagak." Pria itu lagi lagi berseloroh.
Kai hanya tersenyum simpul ia pun memulai sholat subuh pertama nya di masjid itu sebagai imam.
" Allaahu akbar. Bismillahirrohmanirrohim…."
Suara Kai mengalun begitu lembut dan indah. Para makmum yang berada di masjid terpukau.
Di masjid itu memang meletakkan mikrofon di depan imam jadi suara imam sholat dapat didengar di sekitar daerah masjid.
" MasyaaAllaah suara nya indah banget. Tapi kayaknya bukan suara pak Burhan deh. Bedo iki ( beda ini)."
Kiran yang berada di rumah pun bisa mendengarkan suara imam yang begitu lembut dan indah. Namun ia tidak tahu bahwa suara itu adalah suara milik pria yang mengikutinya kemarin.
" Assalamualaikum warohmatullah…"
Sholat subuh berjalan dengan khusyu. Kia menyalami semuanya satu persatu. Hanya satu orang yang tidak menerima uluran tangan Kai. Kai pun tidak ambil pusing. Setelah selesai ia pun pamit undur diri.
" Bapak bapak dan mas mas saya pamit dulu. Pak No saya duluan pulang ya."
" Ya Bang Bule terimakasih."
Kai segera meninggalkan masjid. Ia berjalan pelan menuju rumahnya sambil menikmati embun pagi. Namun ia merasa seseorang tengah berjalan mengikutinya.
Plak…
Bahu Kai dipegang oleh orang tersebut. Kai pun membalikkan badannya, ternyata orang yang tadi lagi. Kai sedikit bingung. Dia baru saja datang ke desa ini tidak mungkin dia punya sudah punya musuh secepat itu.
" Jangan pernah mengganggu wanita ku bule kampung!"
TBC