Mr. Arrogant Vs Noisy Girl

“Hai cintanya Mama. Maaf ya sayang, Mama terlambat.” Ucap Chika seraya memberikan pelukan untuk putranya.

“Tidak apa-apa Mah.” Kata Kenzie dengan wajah memelas. Karena Kenzie sedang melihat salah satu temannya di jemput oleh Ayahnya. Chika lalu melihat kearah pandangan Kenzie. Chika sangat sedih melihat putranya yang sejak lahir belum pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah.

“Yuk kita pulang! Atau mau makan ice cream dulu?” Chika mencoba menawarkan sesuatu yang di sukai oleh Kenzie supaya Kenzie tidak merasa sedih lagi.

“Iya Mah, aku mau.”

“Oke, kita berangkat. Tapi setelah itu Mama antar pulang yak arena Mama harus kembali ke kantor.”

“Iya Mah.”

Chika segera melajukan motornya menuju kedai ice cream tempat kesukaan Kenzie. Sesampainya disana, Chika lalu memesan satu porsi ice cream untuk putranya.

“Mah, kok pesan satu?”

“Iya sayang, Mama masih kenyang. Habis makan siang sama teman-teman tadi. Kamu habiskan saja ya.” Kata Chika sambil mengelus kepala putranya itu. Sembari menunggu Kenzie selesai makan, Chika kembali larut dalam lamunannya.

“Mah, kapan sebenarnya Papa kemana?” seketika pertanyan Kenzie membuyarkan lamunan Chika.

“Aku ingin melihat wajah Papa, Mah.” Ucap Kenzie lagi dengan tatapan memelas. Chika hanya bisa tersenyum namun matanya berkaca-kaca. Selama ini orang tua Chika melarang Chika memberitahu siapa Ayah kandung Kenzie terutama Nyonya Linda, Ibu Chika. Nyonya Linda selalu bilang kalau Papa Kenzie sudah tenang bersama Tuhan. Bahkan Nyonya Linda melarang Chika untuk menunjukkan wajah Zidni pada Kenzie. Karena kedua orang tua Chika sudah dibuat kecewa dan sakit hati oleh sikap Zidni yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Orang tua mana yang tidak sedih melihat nasib putrinya di campakkan begitu saja seperti itu. Itulah mengapa kini kedua orang tua Chika begitu keras dan sensitive saat mendengar nama Zidni. Mereka seolah tidak ingin mengingat Zidni lagi.

“Sabar ya sayang,” ucap Chika sambil mengelus kepala putranya. Kenzie hanya mengangguk namun ia tahu kalau Mamanya juga merasa sedih setelah mendengar ucapannya.

“Kenzie sudah semakin besar dan dia sudah bisa menanyakan Papanya. Setidaknya Kenzie harus tahu wajah Papanya. Sebenarnya alasanku pindah, ingin membuat Kenzie mengenal Papanya. Bahkan aku sengaja memilihkan Kenzie ke sekolah yang lebih dekat denga rumah lama. Maafkan aku Ayah-Ibu, aku terpaksa berbohong. Maaf juga kalau sebenarnya aku sekarang bekerja di kantor Zidni. Aku hanya ingin Zidni kembali untuk Kenzie.” Gumam Chika dalam hati.

Setelah dari kedai ice cream, Chika segera mengantar Kenzie pulang dan ia pun segera kembali ke kantor.

Namun saat di tengah perjalanan, Chika melihat Zidni berdiri di tepi jalanan yang penuh dengan rumput ilalang. Zidni tampak panic dan gelisah. Chika lalu menghentikan mobilnya.

“Tuan Zidni! Kenapa disini?” tanya Chika. Zidni terkejut, bagaimana Chika ada disana.

“Manusia berisik satu ini,” batin Zidni.

“Kamu rupanya. Kamu sendiri sedang apa disini? Sedang menguntitku dan ingin merencanakan sesuatu?” ketus Zidni dengan tatapan angkuhnya.

“Hhhh terserah anda sih, Tuan. Karena saya baik, ada yang bisa saya bantu?”

“Mobilku kehabisan bensin.” Ucap Zidni tanpa melihat kearah Chika. Sontak ucapan Zidni membuat Chika tertawa renyah.

“Ya ampun, orang kaya kok bisa kehabisan bensin sih.” Ledek Chika dengan tawanya.

“Cepat belikan aku bensin. Ada pom satu kilometer dari sini.” Perintah Zidni.

“Siap Tuan! Daripada saya di pecat, iya kan?” ucap Chika.

“Apa ada botol bekas, Tuan?”

“Tidak ada,” ketusnya.

“Baiklah, tunggu disini, akan saya belikan bensin di pom.”

“Jangan lama-lama.”

“Jalan juga belum.” Kata Chika. Chika kemudian melajukan mobilnya dan segera membelikan Zidnin bensin.

“Huft, kenapa dihadapan dia mendadak aku menjadi begini ya. Padahal dia karyawan baru, kita baru bertemu dan dia sungguh menyebalkan. Kenapa setiap ucapannya yang menyebalkan itu, membuatku tidak mudah marah seperti biasanya. Kenapa aneh sekali? Sadar Zidni! Ingat, dia sudah membuatmu malu dihadapan karyawanmu. Jangan ramah padanya.” Gumam Zidni. Lalu tiba-tiba, munculah sebuah mobil yang tidak asing bagi Zidni. Siapa lagi kalau bukan Jasmine.

“Zidni, kamu sedang apa disini?” tanya Jasmine.

“Mobilku kehabisan bensin.”

“Ya sudah, aku antar kamu ke kantor saja.” Kata Jasmine. Kesempatan bagi Jasmine untuk mengambil hati Zidni. Zidni lalu melihat kearah jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul dua, ia harus segera kembali ke kantor karena setengah jam lagi ada rapat.

“Baiklah, aku ikut denganmu.” Ucap Zidni. Dan tak lama kemudian, Chika kembali membawa dua botol bensin untuk Zidni.

“Tuan, aku sudah dapat.” Kata Chika dengan wajahnya yang selalu ceria. Senyum cerianya seketika runtuh saat melihat Jasmine ada disana.

“Kamu isikan saja bensinnya. Karena aku segera kembali ke kantor. Biar aku telepon supir untuk mengambil mobilku.”

“Iya Tuan.”

“Siapa dia?” tanya Jasmine.

“Dia hanya karyawan baru dan kebetulan lewat. Jadi aku menyuruhnya untuk membeli bensin.” Jelas Zidni.

“Oh begitu. Ya sudah, ayo aku antar kamu.” Kata Jasmine dengan tatapan menggoda. Zidni hanya mengangguk, ia lalu naik ke mobil Jasmine dan meninggalkan Chika begitu saja. Chika menatap nanar Zidni yang pergi bersama wanita lain. Sementara Jasmine sangat senang, meskipun Zidni ketus dan judes padanya, setidaknya Zidni tidak menolak bantuannya.

“Apa hubungan mereka sedekat itu? Apa Zidni benar-benar tidak ingat denganku?” gumam Chika dalam hati. Setelah mengisi bensin mobil Zidni, Chika kemudian segera kembali ke kantor.

###

“Chika, kamu serius mau pindah ke kota?” tanya Romi. Ya, kini Romi sedang bertamu di rumah Chika. Keduanya sedang duduk diteras depan rumah Chika.

“Iya Rom. Tempat kerja dan sekolah Kenzie lebih dekat dari sana daripada berangkat dari sini.”

“Iya juga sih. Ya sudah, besok aku antar kamu pindahan ya. Ibu kamu juga sudah bilang padaku.”

“Maaf ya Rom, kalau aku selalu merepotkanmu.”

“Tidak apa-apa Chika. Kita kan sudah berteman lama. Aku pasti akan merindukan Kenzie dan juga merindukanmu.”

“Kamu juga masih bisa kali Rom, main-main kerumahku nanti.”

“Memangnya boleh?”

“Ya boleh-boleh saja. Masa bertamu tidak boleh.”

“Oh ya Chik, kamu tidak ingin menikah? Maaf kalau pertanyaanku terlalu jujur.”

Chika menghela .”Aku belum ada rencana kearah sana, Rom. Untuk saat ini aku sudah bahagia bersama Kenzie.”

“Apa kamu masih menunggunya?”

“Tidak ada yang sedang aku tunggu, Rom. Sudahlah jangan membahas itu lagi. Kamu sendiri bagaimana?”

“Kamu juga sudah tahu bagaimana perasaanku, Chik.”

“Jangan tunggu aku, Rom. Carilah wanita yang tulus mencintaimu. Karena aku hanya menganggapmu sebagai teman yang begitu baik.”

“Iya Chika, aku tidak masalah dengan anggapanmu itu selagi aku masih bisa bersamamu dan membantumu.”

“Maafkan aku ya Rom. Kalau aku tidak bisa membalas perasaanmu.”

“Tidak perlu meminta maaf. Kamu tidak salah, Chik. Aku justru senang karena kamu masih memberiku ruang untuk menjadi temanmu dan juga teman untuk Kenzie.”

“Terima kasih ya Rom untuk semuanya. Kamu memang yang terbaik.”

“Iya Chika, sama-sama.”

Maaf ya baru up lagi 😁🙏