🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺
Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.
Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.
Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.
Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?
Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi itu lagi
Krek
Rara membuka pintu kamar. Reza yang sedang berdiri di depan lemari besar itu pun menoleh ke arah sang istri. Ia tersenyum.
Rara ikut tersenyum dan menghampiri sang suami yang masih mengenakan handuk terlilit di pinggangnya. Ia mengambil alih aktifitas sang suami yang hendak mengambil pakaian.
“Mereka sudah pulang?” tanya Reza sembari melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping itu.
Reza memeluk Rara dari belakang. Kebiasaan yang dilakukannya setiap hari. Harum tubuh sang istri adalah candu untuknya.
Rara mengangguk. “Iya sudah, baru saja.”
“Teman-temanmu ramai sekali.”
“Ya, begitulah. Tapi mereka itu seru.” Rara mengambil satu stel pakaian santai untuk sang suami dan membalikkan tubuhnya. “Kamu punya penggemar loh.”
Reza mengeratkan tubuhnya pada sang istri. “Pasti kamu penggemarku.”
“Ih, kepedean banget.” Rara tertawa.
“Memang seperti itu kan?” Reza menggelitiki leher jenjang Rara dengan bibirnya. “Aku tahu sejak kecil kamu sudah mengagumiku.”
Rara tertawa karena sensasi geli akibat ulah sang suami yang terus menelusuri bagian leher dan tengkuknya dengan bibir itu.
“Kak, geli.” Rara terus tertawa sembari mencoba menghindari bibir itu dari bagian lehernya.
Namun, Reza tk membiarkan sang istri menghindar. Justru ia memperdalaman ciuman dileher itu menjadi sebuah kismark di beberapa tempat.
“Kak ... Eum.” Lenguh Rara. “Pakai bajumu dulu. Ah.”
Reza pun melepaskan aktifitas itu dan tersenyum melihat kepemilikan yang baru saja ia lakukan.
“Hmm ... kakak nakal. Pasti dibuat banyak deh. Malu sama Mama. Belum lagi sama Bi Inah, pasti dia cemburu lihat ini.”
“Apa hubungannya?” tanya Reza bingung.
“Bi Inah tuh penggemar berat kamu. Terus nambah lagi temen aku tadi yang namanya Husna. Dia juga terpesona padamu,” ucap Rara dengan tertawa kecil dan mencoba terlepas dari kungkungan itu untuk mengambil handuk kecil hendak mengeringkan rambut suaminya yang masih sangat basah.
Namun, Reza malah mengeratkan tubuh sang istri, sesaat ketika pelukan itu mulai mengendur.
“Bukannya cemburu, malah tertawa.”
“Buat apa cemburu?” Rara menatap kedua bola mata Reza dengan tetap tersenyum. “Aku tahu kamu hanya terpesona padaku.”
Reza tersenyum dan melirik ke bibir ranum itu.
Cup
Reza mencium bibir itu dan **********. Rara terlena hingga pakaian yang masih berada di tangannya pun terlepas dan berganti dengan mengalungkannya pada leher Reza. Ia membalas ciuman itu hingga menjadi semakin panas dan dalam.
Pasokan oksigen di dada Rara seakan habis karena Reza benar-benar ******* bibir itu dengan rakus. Untung saja, Rara mampu mengimbangi apa yang dilakukan sang suami, ia bisa mengambil mencuri oksign di sela-sela aktifitas itu.
Mereka berciuman cukup lama, hingga akhirnya Reza melepaskan.
“Mmmpphh ... Hah ...” Rara menghirup udara dalam-dalam setelah Reza melepaskan pangutan itu. “Kakak nakal”
Rara memukul pelan dada bidang yang terbuka dan belum mengenakan pakaian.
Reza tersenyum, lalu meraba bibir ranum yang kini menjadi bengkak. Ia mengelap sisa saliva yang ada di bibir itu.
“Kamu semakin mahir berciuman.”
Rara menaikkan alisnya. “Iya dong. Sebenarnya aku juga semakin mahir di ranjang. Tapi sayangnya saat ini tidak bisa.”
Rara wanita yang dikenal lembut dan pendiam. Semua orang mungkin tak mengira jika sebenarnya ia pun menginginkan hubungan s*x yang liar, seperti yang seing diceritakan Nayra ketika melakukan hubungan intim dengan suaminya. Bahkan hanya dengan mendengarkan Nayra bercerita saja, bagian sensitif di bawah sana sudah sangat basah.
Reza memeluk tubuh Rara. “Aku tidak mempermasalahkan hal itu, Sayang. Yang penting kamu selalu disisiku. Itu saja sudah cukup.”
Rara membalas pelukan itu dengan erat. “Aku janji akan selalu ada di sisimu, Kak."
Sungguh itu adalah pernyataan Rara yang baru Reza dengar. Ia sangat senang mendengar kata-kata itu, karena Rara sudah pasti akan selalu berada dalam genggamannya sehingga tidak ada celah pria manapun yang dapat memilikinya termasuk Zayn.
"Janji?" tanya Reza meyakinkan pernyataan itu.
Rara mengangguk. “Aku janji.”
“Sekarang, pakai dulu bajumu. Nanti kedinginan.” Rara kembali memungut pakaian yang tergolek di lantai itu dan menyerahkannya pada sang suami.
“Kak, kamu sudah mendapatkan sekretaris baru?” tanya Rara sembari duduk santai di atas tempat tidur.
“Sudah.”
“Apa dia cantik?” tanya Rara.
Reza meloloskan kaos oblong itu dan melekatkan ditubuhnya. “Apa kamu cemburu?” tanyanya dengan senyum menyeringai.
Ia ingin sekali dicemburui sang istri, karena selama ini Rara tidak pernah sama sekali cemburu padanya, walau Reza kerap menghadiri acara-acara penting yang isinya adalah wanita-wanita cantik. Malah lebih sering justru Rezanyalah yang cemburu ketika sang istri menjadi pusat perhatian di acara itu.
“Hmm ... ngga. Cuma tanya aja.”
Reza menghampiri istrinya dan duduk di samping. “Cemburu juga tidak apa. Justru aku suka.”
Rara mencibir. “Jangan mimpi!”
Reza tertawa dan memeluk lagi tubuh itu. Rara pun ikut tertawa. Mereka berpelukan hingga bergoyang.
“Aku malah belum melihat wanita itu. Bagian HRD yang sudah memilihnya. Yah, semoga cocok, karena tidak banyak orang yang betah menjadi sekretarisku, kecuali Maya.”
Maya adalah sekretaris Reza sebelumnya yang sudah resign.
Rara mengangguk.
Ia setuju dengan pernyataan sang suami karena memang Reza sangat sulit percaya dengan orang lain. Mungkin karena ia pernah dikhianati oleh orang terdekatnya yaitu Zayn.
****
Wush ....
Kendaraan lalu lalang melaju dengan cepat di sebuah jalan raya yang cukup besar. kebetulan malam itu keadaan sangat sunyi karena hari semakin malam disertai guyuran hujan yang cukup lebat.
“Rara stop! Jangan lari, Ra!”
Keringat Rara bercucuran saat tidur. Ia bermimpi sesuatu yang buruk. Mimpi yang sering menghantui, mimpi yang terjadi pada saat kecelakaan itu terjadi, kecelakaan yang membuatnya koma berkepanjangan dan mengakibatkan sebagian memorinya hilang saat itu.
Namun, Rara tetap berlari kencang hingga melewati jalan dengan sembarang untuk menghindari pria itu dan ....
Braak
“Aaa .....” teriak Rara
“Rara ....” teriak pria itu.
“Ah,” Rara langsung terjaga karena teriakan itu. Ia membasuh peluhnya yang membasahi kening.
Seketika, Reza pun terbangun karena gerakan Rara yang terbangun dengan cepat.
“Kamu mimpi lagi?” tanya Reza sembari memeluk tubuh sang istri.
Rara terdiam. Selama ini ia sering bermimpi dengan kejadian yang sama, tetapi ia selalu ingin mencari tahu siapa pria yang tengah bersamanya kala itu.
“Zayn,” ucap Rara.
Reza terkejut ketika Rara menyebut nama sang adik. “Kamu memimpikan Zayn?” tanyanya.
Rara terdiam dan berpikir. “Aku ingat, Kak. Ya aku ingat. Itu suara Zayn.”
“Apa?”
“Pada saat kecelakaan itu, di sana ada Zayn.”
Deg
Jantung Reza berdetak kencang. sepertinya memori Rara sudah kembali.
“Zayn ada di sana saat aku kecelakaan. Dia berteriak untuk menolongku, menahanku agar tidak berlari, tetapi aku tetap lari, Kak. Huh, Aku bodoh sekali. Entah apa yang aku kejar pada saat itu.” Rara menatap lurus ke depan mencoba untuk menginbat kejadian itu, tapi tetap ia tak ingat lagi.
Reza terus memeluk tubuh itu. “Sudahlah, semua sudah lewat. Yang penting kamu sudah melewati masa-masa buruk itu dan sekarang kamu tetap bersamaku.”
Saat-saat ketika Rara koma selama satu tahun itu memang masa terburuk untuk keluarga Sanjaya dan juga Reza beserta keluarga tentunya. Karena bagi Reza, Rara adalah hidupnya. Jika Rara tiada, ia seperti tidak memiliki tujuan hidup.
Rara mengangguk. Ya, apa yang dikatakan suaminya benar. Semua sudah lewat dan kini mereka pun sudah menikah.