Kehidupan rumah tangga Chatlea dan Hendra sangatlah harmonis apalagi setelah mereka di karuniai dua anak kembar. Namun saat memasuki tahun ke lima, bencana rumah tangganya mulai menerjang.
Suami yang selama ini dia sayangi dan cintai ternyata menyimpan wanita lain di belakangnya.
"Aku ingin menikah lagi. Kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra.
Dunianya seakan runtuh saat itu juga mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.
Hatinya menjerit ingin berteriak sekencang-kencangnya namun lidahnya keluh.
Air matanya terus mengalir tanpa henti menunjukkan betapa sakit, perih, dan kecewa yang teramat dalam yang ia rasakan.
Setelah suaminya menikah, dia malah dijadikan pembantu dan baby sitter di rumahnya sendiri.
Mampukah Chatlea bertahan tinggal seatap dengan madunya?
Ataukah Cathlea memilih mundur dari pernikahan yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dapat Piala
Sementara di Butik Cathlea dan karyawan yang lain sedang sibuk melayani pembeli, hari ini butik lebih ramai dari biasanya.
"Rin, gw ijin sebentar ya? hari ini Zidan dan Zarah ada lomba di sekolah, mereka meminta gw untuk mendampinginya. Boleh nggak?" Melas Cathlea.
"Boleh dong, pergilah temani mereka, cuma Lo yang mereka harapkan sekarang ini." Ucap Ririn.
"Makasih Rin." Cathlea segera mengambil tas dan ponselnya lalu memesan taksi online menuju sekolah Zidan.
Saat sampai di sekolah ternyata lomba Memory Championship antar sekolah sudah di mulai, Zidan dan Zarah adalah peserta termuda yang duduk di kursi perlombaan. Mereka kecewa karena Cathlea tidak datang hingga tidak fokus dengan pertanyaan yang juri berikan.
"Kak Zidan, kenapa Mommy nggak datang? apa Mommy juga sudah nggak sayang kita?" Tanya Zarah.
"Mommy pasti datang, Mommy nggak mungkin bohong." Ucap Zidan dengan yakin.
Cathlea berlari mencari tempat diadakannya acara, setelah menemukannya ia masuk dan berjalan ke depan untuk memberikan support kepada anak-anaknya.
Saat melihat kedua anaknya, ia segera melambaikan tangannya agar mereka dapat melihatnya. Zidan dan Zarah tersenyum saat melihat Cathlea sedang melambaikan tangan pada mereka.
Zidan dan Zarah kembali fokus dalam perlombaan hingga selesai selama 2 jam, dan hasilnya tidak mengecewakan Zidan meraih juara pertama dan Zarah juara kedua sedangkan juara ke tiga diraih siswa sekolah lain.
"Horeeeee kita menang kak." Sorak Zarah kegirangan saat memegang piala di tangannya.
"Selamat sayang, anak-anak Mommy hebat, Mommy sayang kalian." Cathlea memeluk Zidan dan Zarah dengan penuh kasih sayang lalu mencium kening mereka.
"Mom, ini untuk Mommy. Zidan menyerahkan amplop yang ada di tangannya dan Zarah juga ikut memberikan amplopnya.
"Makasih sayang, makasih." Cathlea meneteskan air mata lalu kembali memeluk anak-anaknya.
"Zidan, Zarah, selamat ya? Ibu sangat bangga dengan kalian. Kalian sudah membesarkan nama sekolah ini." Ucap Ibu Ratna lalu memeluk keduanya.
"Bu, apa acara sudah selesai?" Tanya Cathlea.
"Sudah." Singkat Bu Ratna.
"Kalo begitu, kami pamit pulang, saya harus kembali ke butik bantu Ririn. Alhamdulillah hari ini butik ramai." Ucap Cathlea.
"Wah, bagus dong nak, ya sudah Zidan, Zarah hati-hati di jalan ya?" Ucap Bu Ratna lalu mengelus kepala mereka.
Cathlea, Zidan dan Zarah keluar dari sekolah kemudian menuju Butik.
Setelah sampai di butik Zidan dan Zarah langsung berlari keruang Ririn lalu meluknya.
"Aunty." Teriak keduanya.
"Sayang, kalian sudah pulang sekolah?" Ririn menyambut pelukan mereka.
"Sudah Aunty, Zidan dan Zarah dapat juara!" Seru Zarah.
"O ya? mana piala nya , Aunty pengen liat dong?" Ririn pura-pura memelas.
"Ini." Zarah menyerahkan pialanya.
"Zidan mana pialanya." Tanya Ririn.
"Ini Aunty." Zidan mengeluarkan piala dari tasnya.
"Karena kalian berdua dapat piala, gimana kalo Aunty traktir, kita makan ayam MCD, mau nggak?" Tanya Ririn.
"Mau Aunty." Semangat keduanya.
"Sebentar ya, Aunty pesan dulu, Pialanya simpan di tas aja." Ucap Ririn.
"Nggak, Zidan mau simpan ruangan Mommy aja." Ucap Zidan.
"Di bawa pulang aja sayang, biar Daddy juga bangga liatnya." Ucap Ririn dengan lembut.
"Nggak perlu Aunty, Daddy nggak perlu tau semua yang kami lakukan, Daddy juga nggak perduli." Ketus Zidan kemudian keluar dari ruangan Ririn menuju ruangan Cathlea membawa pialanya dan Zarah. Zidan menyimpannya di lemari dokumen Cathlea. Setelah selesai ia kembali ke ruangan Ririn membawa laptopnya.
Ririn mengerutkan keningnya melihat apa yang di lakukan Zidan.
'Apa anak sekecil ini juga bisa merasakan perlakuan orang tuanya?' Batin Ririn.
"Zidan, boleh Aunty tanya?" Selidik Ririn.
Zidan mengangguk sambil bermain laptop bersama Zarah.
"Kenapa Zidan bilang Daddy tidak perduli? Daddy kalian pasti sayang dengan kalian." Nasihat Ririn.
"Kalo Daddy peduli, Daddy tidak akan menyakiti Mommy, Daddy memukul Mommy, Daddy menikah dengan Mommy Bella, kami tidak mau Mommy yang lain, Mommy Zidan cuma satu, Daddy jahat, Daddy menyakiti kami, aku benci Daddy." Ucap Zidan mengeluarkan air matanya.
"Zidan nggak boleh nangis. Anak laki-laki harus kuat, nggak boleh cengeng." Bujuk Ririn.
"Zidan kasian dengan Mommy, Mommy sangat baik tapi Daddy menyakitinya." Kesal Zidan.
Tidak lama kemudian pesanan ayam krispi mereka datang.
"Ayo kita makan, tunggu sebentar ya? Aunty panggil Mommy kalian." Ririn menelpon bagian kasir di lantai bawah untuk menyuruh Cathlea ke ruangannya.
Setelah Cathlea datang mereka makan bersama-sama, sesekali Ririn mengerjai mereka sambil bercanda.
"Lea, gw heran kok Zidan bisa ngerti masalah Lo dengan Hendra ya? dia kan masih kecil." Tanya Ririn setelah mereka makan.
"Gw sendiri juga bingung dengan mereka, mereka terlalu cepat berpikiran dewasa, kadang Zidan menenangkan gw dan menasihati gue untuk sabar menghadapi Daddynya." Ucap Cathlea.
"Masa sih, anak Lo aneh bin ajaib Lea." Ririn geleng-geleng kepala.
"Gw ke bawah dulu ya, mau cek penjualan hari ini, kayaknya penghasilan meningkat 2x lipat deh, Lo harus siapin model gaun yang baru, trus kita foto, masalah upload di aplikasi biar Zidan dan Zarah aja yang bantuin. Jadi gw masih ada waktu melayani pelanggan." Jelas Cathlea.
"Zidan masih mau bantu Mommy kan?" Tanya Cathlea.
"Tenang aja Mom, Zidan jagonya." Jawab Zarah mewakili Zidan.
"Kalian tunggu di sini ya? Aunty dan Mommy mau turun liat pelanggan, kalian jangan nakal, oke?" Ucap Ririn.
"Oke Aunty." Jawab Zidan dan Zarah menaikkan jempolnya.
Ririn dan Cathlea turun melayani para pembeli di butik. Pembeli sangat antusias karena Cathlea sendiri yang langsung melayani mereka, Setelah membeli busana yang mereka inginkan kebanyakan meminta foto bareng dengan Cathlea lalu mengunggah di status sosial medianya.
"Dilayani langsung model Queen Butik yang cantik dan ramah." Salah satu status pengunjung.
"Gaun Queen Butik sangat cantik secantik modelnya, puas deh belanja di sini." Status pengunjung yang lain.
"Nggak nyesel belanja di sini, gaunnya cantik-cantik dengan harga yang terjangkau." Status pengunjung yang lain lagi.
"Mbak kenapa nggak jadi artis aja, Mbak sangat cantik, pasti bisa jadi artis besar." Ucap salah satu pelanggan butik.
"Mbak bisa aja becanda nya." Ucap Cathlea tersenyum .
"Beneran mbak, kita semua fans mbak." Ucap yang lainnya.
"Terima kasih, tapi kalo saya jadi artis saya nggak layanin kalian lagi dong?" Canda Cathlea.
"Haahhahaha." Mereka tertawa.
"Ia juga ya! ngomong-ngomong nama mbak siapa." Tanya salah satu dari mereka.
"Cathlea, panggil Lea aja." Jawab Cathlea.
"Ya sudah Kak Lea, kami pamit pulang, terima kasih atas pelayanan butiknya, kami puas belanja di sini." Ucap teman yang lainnya.
"Sama-sama, jangan lupa datang belanja di sini lagi ya? Terima kasih." Ucap Cathlea kemudian mereka keluar dari butik membawa beberapa paper bag.
"Lo sudah kayak artis aja, di kerumunin para fans." Ucap Ririn di belakang Cathlea.
"Lo ngagetin gw." Cathlea memegang dadanya.
"Hehehehe." Kekeh Ririn.
"Stock barang kita sudah hampir habis, Lo harus secepatnya produksi, gw saranin perbanyak gaun pesta dulu, Karena peminatnya lagi rame." Ucap Cathlea.
"Siap Boss! Gw ngerasa Lo lebih cocok jadi bos gw deh." Ririn memberi hormat.
"Lo liat kan respon pembeli sangat positif, itulah yang menjadi semangat gw semakin ingin mengembangkan butik Lo." Jelas Cathlea.
"Makasih banyak Lea, berkat Lo sekarang butik gw dikenal dimana-mana, dan penjualan naik hampir 80 persen. Padahal sebenarnya gw sudah mau tutup butik ini, karena sebelum Lo dateng, paling gw cuma dapet 20 pembeli dalam sehari. Kenapa nggak dari dulu aja Lo kerja di sini ya?" Ucap Ririn.
"Itu karena dulu gw masih kaya, masih pegang uang Hendra, kalo sekarang sudah di pegang sama nenek sihir di rumah gw." Kesal Chatlea.
"Lo sabar aja, gw yakin suatu hari nanti mereka akan dapat karmanya." Ucap Ririn.
.
.
.
Bersambung...
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
.