Nur Azizah gadis biasa yang telah dijual oleh tantenya sendiri untuk menebus rumah yang akan disita. Nur tidak menyangka, nasibnya akan tragis. Saat orang yang membeli tubuhnya berusaha menodai gadis itu, dengan susah payah Nur berusaha kabur dan lari jauh.
Dalam aksi pelariannya, Nur justru dipertemukan dengan seorang pria kaya raya. Seorang pria tajir yang katanya tidak menyukai wanita.
Begitu banyak yang mengatakan bahwa Arya menyukai pria, apa benar begitu?
Rama & Irna
Masih seputar pria-pria menyimpang yang menuju jalan lurus. Kisah Rama, si pria dingin psiko dan keras. Bagaimana kisah Irna hidup di sisi pria yang mulanya menyukai pria?
Jangan lupa baca novel Sept yang lain, sudah Tamat.
Rahim Bayaran
Istri Gelap Presdir
Dea I Love You
Menikahi Majikan
Instagram Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peredam Nyeri
Suamiku Pria Tajir #13
Oleh Sept
Rate 18+
"Nggak Mas, nggak. Nur tidur di ranjang saja."
Gadis itu buru-buru menuju tempat tidur, candaan yang dilontarkan Arya rupanya cukup menakutkan bagi seorang gadis seperti Nur. Sedangkan Arya, bibirnya melengkung menahan senyum. Melihat Nur yang ketakutan, baginya itu sangatlah lucu.
Pukul dua dini hari, Nur yang sudah tertidur nampak mengerjap. Gadis itu tiba-tiba terbangun karena rasa kering pada kerongkongan. Karena haus, ia pun dengan mata yang masih mengantuk, berjalan mencari minum.
Sudah berhasil membasahi kerongkongan, Nur lantas kembali. Tidak sengaja, ia melirik ke arah sofa. Dilihatnya Arya yang menonton TV tanpa suara.
"Astaga!" batinnya. Ia kaget kok Arya belom tidur.
"Belum tidur, Mas?" tanya Nur tiba-tiba.
"Tidak bisa tidur, obatku tertinggal di apartemen," ucap Arya tanpa menoleh. Matanya masih tetap fokus menatap film Hollywood yang ia tonton.
"Obat?" pikir Nur dalam hati.
Arya merasa Nur sedang memperhatikan dirinya, maka pria itu pun berbalik.
"Kamu tidur saja, Nur."
"Em ... coba Mas Arya tidur di ranjang, gantian Nur yang di sofa," saran Nur yang merasa tidak enak. Jangan-jangan Arya tidak bisa tidur karena tempat tidurnya yang terasa tidak nyaman.
"Tidak usah, sana ... tidur lagi."
Arya pun kembali menatap layar lebar di depannya.
Terlanjur bangun, rasa kantuk yang semula hinggap, kini malah pergi. Gantian Nur yang gedebak-gedebuk tidak bisa tidur.
"Kalau tidak bisa tidur, sini nonton film!" panggil Arya tanpa menatap Nur.
"Nggak Mas, Nur mau tidur."
***
Satu jam kemudian.
Dua pengantin baru itu malah terlihat serius menikmati film. Sesekali Nur mengambil selimut untuk menutupi wajahnya. Arya benar-benar ingin mengeraji Nur. Di penghujung malam, bukannya sholat malam keduanya malah memutar film zombie.
"Bagus kan, filmnya?" tanya Arya saat film sudah habis.
"Menegangkan, Mas. Jantung Nur sampai deg-degan," jawab Nur dengan polos.
"Mau film lagi apa tidur?" tawar Arya.
Karena mata masih 100 watt, Nur lantas memilih nonton film lagi.
"Kalau bisa jangan serem, Mas."
"Kamu suka model bagaimana?"
Nur memutar bola matanya, ia juga bingung mau menjawab apa.
"Anu ... India, Mas."
Arya memincingkan mata kemudian terkekeh.
"Yang benar saja, Nur."
"Gak ada ya, Mas?"
"Ada, banyak malahan. Mau yang pemerannya siapa? Aku cariin." Arya terlihat mengotak-atik chanel tv kabelnya.
"Apa saja, Mas. Nur pasti suka."
"Hemmn! Ini ... ini paling baru. Kamu lihat saja sendiri. Aku mau ke balkon untuk merokok."
Setelah mengganti chanel sesuai selera Nur, Arya meraih sebungkus rokok dan korek api di atas meja. Sembari melangkah menuju balkon kamar hotel yang super mega itu, ia menyalakan korek dan membakar benda pipih yang ia apit tersebut.
Nur langsung antusias saat film kesukaannya mulai diputar, sedangkan Arya, pria itu menatap kosong ke langit gelap. Beberapa saat kemudian, tanpa terasa, ia sudah menghabiskan beberapa puntung. Karena hawa dingin di luar ruangan serasa menusuk, pria itu akhirnya masuk.
Bibirnya tersenyum tipis tak kala melihat Nur yang ketiduran sambil menonton film. Wajahnya terlihat tanpa dosa seperti bayi. Mau membangunkan Nur untuk pindah tempat. Namun, ia kasihan. Gadis itu pasti baru saja bisa tertidur. Nanti kalau bangun lagi, malah akan sulit tidur sampai pagi.
Akhirnya Arya pun mengangkat tubuh gadis itu, tidak terlalu berat. Entah karena tubuh Nur yang ringan atau memang Arya yang sejatinya memang pria perkasa. Badan tinggi besar, tegap dan berotot. Mengangkat Nur bukan perkara sulit.
Bukkk
Arya meletakkan tubuh Nur tepat di tengah ranjang dengan pelan dan hati-hati, agar gadis itu tidak terbangun. Ketika mau bangkit berdiri, malah rambut Nur nyangkut di kancing piyama yang ia kenakan.
Nur yang merasa sakit karena rambutnya sediki ketarik, perlahan membuka mata. Betapa terkejutnya gadis itu. Apalagi posisi Arya yang seperti mengungkung tubuhnya, membuat Nur salah paham.
Dengan gerakan cepat dan reflek, Nur mendorong kuat dada bidang tersebut. Sementara Arya, karena belum siap dan tidak mengira Nur akan mendorong tubuhnya dengan kuat, akhirnya Arya terjengkal ke lantai kamar.
"Nur!" pekik Arya menahan sakit. Mungkin jatuhnya salah posisi. Arya langsung memegangi pinggangnya yang terasa nyeri.
"Mas Arya!" pekik Nur, kemudian buru-buru turun dari atas ranjang dan membantu Arya bangun.
"Apa-apaan kamu ini?" tanya pria tersebut dengan kesal. Tangannya masih sambil memegangi pinggang.
"Maaf, Mas ... Nur kira ..." Kata-kata gadis itu mengantung di udara.
"Kamu kira apa? Aku cuma mau pindahin kamu ke tempat yang nyaman, rambut kamu nyangkut di kancing. Lain kali lihat dan tanya dulu! Jangan asal dorong."
Arya sepertinya marah beneran, apa karena pingsannya betul-betul sakit?
Nur menurunkan wajah, terlihat jelas kalau ia menyesal.
"Maafin Nur, Mas."
Tanpa menjawab, Arya langsung berbalik.
***
Pukul sembilan pagi, Arya baru membuka mata. Baru bangun, tapi ia sudah meringis menahan sakit.
"Nur!" panggil pria tersebut lirih.
Tap tap tap
Terdengar langkah kaki Nur yang mendekat.
"Iya, Mas ... Mas Arya sudah bangun?"
"Tolong ambilkan ponselku," titah Arya tanpa menjawab pertanyaan dari Nur. Ia masih memendam jengkel pada gadis itu. Gara-gara Nur, pinggangnya jadi nyeri dan sakit.
Nur pun langsung melihat sekeliling, dilihatnya ponsel Arya tidak jauh dari sana. Ada di atas nakas dan sedang dicas.
"Ini, Mas." Nur mengulurkan ponsel milik Arya tersebut.
Tanpa mengucapkan kata terima kasih, Arya langsung menyahut benda pipi dan pintar tersebut. Mungkin Arya masih kesal pada Nur, sehingga ia menampakkan wajah masam di hadapan gadis itu.
"Hallo ..., bisa tidak ke tempatku. Jangan lupa, bawa obat peredam nyeri," ucap Arya di telpon.
"Apa?"
Dokter Ronald malah bertanya. "Obat peredam nyeri?" batinnya.
Bibir dokter Ronald terangkat perlahan menahan senyum. Pria itu pikir, obat itu untuk Nur. Dokter Ronald kira, Arya sudah membuat Nur kesakitan di malam pertama mereka. Bersambung.
Instagram : Sept_September2020
Fb : Sept September
Terima kasih sudah mampir, lope lope ♥.