Diperistri Tuan Muda

Sesampainya di toko perhiasan, Gama memilih sebuah gelang mutiara dengan desain yang unik, Dan meminta penjaga toko untuk membungkusnya dengan rapi. Kalau rakyat jelata sih bawaannya buah, paling mentoknya bunga, tapi kalau Buah tangan sultan mah gak main-main, gelang mutiara seharga ratusan juta. Bisa dapat buah 10 kontainer plus bunga se kebun-kebunnya itu.

Mereka sudah sampai di hotel, dan Arfan segera membukakan pintu mobil untuk Gama. Setelah itu Arfan kembali masuk kedalam mobilnya dan duduk manis di kursi kemudi.

Tok.. Tok.. Tok..

Gama mengetuk kaca mobil sebelah Arfan. Pria itu langsung menurunkan kacanya.

"Ada apa tuan? Apa ada yang tertinggal?" tanya Arfan.

"Kau tidak ikut?" tanya Gama.

"Kenapa saya harus mengikuti anda? Anda kan akan pergi berkencan Tuan. Tidak mungkin saya mengikuti anda berkencan."

"Halahh.. Bilang saja kalau kau iri dan tidak sanggup melihatku berkencan. Dasar jomblo." umpat Gama sambil mencibirkan bibirnya. Kedudian tanpa merasa bersalah melenggangkan kaki meninggalkan Arfan yang ternganga.

"Apa dia baru saja mengataiku jomblo? Waaahhhh... Tidak sadar diri." gumam Arfan pada dirinya sendiri.

Gama mengedarkan pandangannya ke seluruh restoran. Seorang manajer pria langsung menyambut Gama, sang putra pemilik hotel itu dengan ramah dan senyum yang lebar. Padahal dulu si manajer itu tak pernah memperdulikan Gama, saat belum tau bahwa Gama merupakan putra pemilik hotel tempatnya bekerja. Ia bahkan cenderung bersikap kasar saat Gama magang di hotel itu. Manajer itu sangat tau cara menjilat.

"Silahkan Tuan." kata manajer itu membimbing Gama ke sebuah meja.

Di tengah perjalanan, Gama bertemu dengan Celine.

"Nona Celine?" sapa Gama.

"O? Tuan Gama? Kebetulan sekali bertemu disini."

"Yaa.. Kebetulan yang aneh.. Sedang apa disini?"

"Saya ada janji makan siang dengan seseorang disini. Kalau anda?"

"Sama, saya juga."

"Baiklah kalau begitu, silahkan melanjutkan. Saya permisi dulu." kata Celine dengan senyum manisnya.

Gama menganggukkan kepalanya.

"Sayang.!" seorang pria memanggil Celine. Ia berjalan mendekat kearah Celine dan Gama.

"Tuan Gama." kata pria itu lagi sambil mengulurkan tangan kepada Gama. Dan Gamapun menyambutnya. Sambil mengingat-ingat siapa gerangan pria itu. Ia tidak merasa mengenalnya.

"Saya Dafa, pemilik perusahaan travel di lantai 2 di gedung anda."

"oh, tuan Dafa..." kata Gama kemudian dengan memaksakan senyumnya. Padahal ia tak tau siapa itu Dafa.

Apa dia bos gadis itu? Batin Gama. Maksudnya Ayyara.

"Dia tunangan saya tuan Gama.." timpal Celine.

"Oooh.. Jadi kalian akan menikah. Selamat ya.. Jangan lupa beri aku undangan" kata Gama.

"Tentu saja Tuan. Kami pasti akan mengirimkan undangan untuk anda."

"Baiklah kalau begitu, silahkan lanjutkan makan siang kalian. Saya permisi dulu. Saya juga ada janji makan siang." kata Gama. Kemudian pergi meninggalkan Dafa dan Celine yang juga pergi ke meja mereka.

Si manajer setia menunjukkan jalan kepada Gama. Dengan tindak tanduk yang sangat sopan sekali. Setelah sampai di sebuah ruangan VVIP, manajer itu langsung mempersilahkan Gama masuk sambil membukakan paintunya.

Didalamnya, sudah ada seorang wanita dengan penampilan yang sangat mewah dan anggun. Rambut panjang sebahunya tergerai begitu saja, diselipkan di belakang satu telinganya. Anting mewah nampak menggantung dengan indahnya. Wanita itu langsung berdiri saat melihat Gama masuk.

"Hai.. Gama..." kata Gama memperkenalkan diri. Dia berusaha bersikap seramah mungkin kepada wanita yang mungkin saja menjadi istrinya nanti.

"Maya.." jawab Wanita itu menyambut uluran tangan Gama. Senyumnya makkkk...... Aduhai sekali. Manis, ditambah lesung pipi di kedua pipinya, tambah manis.

Kedua orang itu pun langsung duduk berseberangan. Tak lama kemudian manajer restoran datang lagi dengan beberapa pelayan yang membawa nampan berisi makanan dan minuman, kemudian menyajikannya di atas meja.

"Aku sudah banyak mendengar tentangmu." kata Maya membuka percakapan. Sedangkan Gama hanya mengangguk-anggukan kepala, tidak tau harus menanggapi bagaimana. Kesan pertama pertemuan itu biasa saja bagi Gama.

Gama penasaran siapa sebenarnya Maya. Gadis itu tidak ada di foto yang pernah ditunjukkan Mama padanya.

"Aku belum pernah melihatmu." kata Gama.

"Wajar kalau kau belum pernah meihatku, aku baru pulang semalam dari Negara J. Selama ini aku lebih sering tinggal disana dan mengurus cabang perusahaan keluargaku disana. Aku adalah putri sulung keluarga Wira." jelas Maya antusias.

"Ooo... Jadi kau putri keluarga Wira group?"

"Jadi kau tau?"

"aku tau tentang Wira group, kami sering bekerja sama. Tapi tak pernah mendengar tentangmu."

"Jadi bagaimana menurutmu tentang aku?"

"Apa maksudmu?"