Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~12
Alexander membiarkan wanita penghibur yang hendak melayaninya pergi mandi terlebih dahulu ketika ia kurang menyukai aroma parfumnya yang sebelumnya wanita itu semprot diseluruh tubuhnya padahal bukan parfum murahan namun parfum paling mahal yang mungkin wanita tersebut punya demi bisa menghabiskan malam panjang dengannya.
Setelah mandi wanita itu pun nampak melilitkan handuk di dadanya lalu segera keluar, dilihatnya Alexander telah mengenakan celana panjangnya namun membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka begitu saja. Pandangan pria itu lurus ke arah jendela untuk melihat pemandangan kota yang indah malam itu, kemudian wanita itu pun segera melangkah mendekat lalu saat hendak memeluk punggungnya tiba-tiba pria tersebut bersuara.
"Pergilah, nanti Miller akan mentransfer uangnya!" perintahnya hingga membuat wanita itu sontak menghentikan langkahnya.
"Ta-tapi kita bahkan belum memulainya, tuan." ucapnya mengingatkan karena sebelumnya pria itu tiba-tiba mual saat mereka hendak melakukannya.
"Aku sudah tidak mood, pergilah!" perintah Alexander setelah berbalik badan menatap wanita itu dengan pandangan dingin dan juga menusuk.
Wanita itu pun nampak ketakutan lantas segera memakai pakaiannya kembali lalu bergegas meninggalkan kamarnya tersebut.
Setelah wanita itu pergi tuan Miller pun datang. "Tuan, apa mau saya pesankan wanita lain lagi atau saya suruh nona Victoria datang kemari?" ucapnya memberikan penawaran karena ia yakin bosnya itu masih menginginkan hal tersebut.
"Tidak, ganti saja sepreinya aku mau mandi!" perintah Alexander lantas berlalu ke dalam kamar mandi.
Tuan Miller pun segera memanggil room service untuk mengganti sprei baru padahal seprei sebelumnya masih nampak rapi, sebenarnya ada apa dengan tuannya itu yang nampak aneh akhir-akhir ini.
Setelah memastikan sprei baru terpasang pria itu pun segera meninggalkan kamar tersebut agar bosnya bisa beristirahat namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar de sa han lirih dari dalam kamar mandi.
"Ada apa dengan anda tuan?" gumamnya, apa bosnya itu sudah tak berselera dengan wanita lagi hingga memilih bermain solo untuk memuaskan nafsunya? Tak ingin berpikiran bermacam-macam, pria itu pun segera meninggalkan kamar tersebut dan berlalu ke kamarnya mengingat malam telah larut.
Kini Alexander yang masih berada didalam kamar mandi nampak mengurut miliknya dibawah sana dengan lembut sembari mendesah kecil seiring rasa nikmat yang menjalar diseluruh tubuhnya setelah pelepasan akibat permainan tangannya sendiri.
"Gadis sia lan," umpatnya ketika mengingat ia sangat bergairah ketika kembali membayangkan percintaannya dengan gadis bernama Lily itu saat berada di dalam mobil. Gadis biasa dan juga tidak cantik namun mampu membuatnya merasakan sebuah kepuasan.
Keesokan harinya...
"Hai,"
Lily yang baru datang nampak menyapa Sarah yang telah duduk di kursinya, hari ini ia terlambat bangun karena tiba-tiba merasa malas dan tak bersemangat. Untung ia tak berpapasan dengan bosnya, hanya saja ia terpaksa merelakan gajinya dipotong karena datang terlambat.
"Ly lihatlah kita semua mendapatkan undangan ke pesta pertunangan tuan Wilson akhir pekan ini, beliau memang sangat baik bahkan dihari bahagianya tak melupakan kita semua." Sarah tiba-tiba menunjukkan sebuah undangan online yang di kirim oleh perusahaannya tersebut.
"Aku belum lihat," Lily hanya meliriknya sekilas. Kasihan sekali tunangan pria itu jika mengetahui betapa brengseknya kekasihnya diluar gumamnya.
"Nanti sore kita beli pakaian ya, aku ingin tampil maksimal nanti siapa tahu ada pria tampan dan kaya relasi tuan Wilson melirikku ya meskipun ini bukan cerita cinderela tapi namanya juga usaha ya kan?" ajak Sarah kemudian dan Lily hanya mengangguk sembari tersenyum menatap wanita itu, ia pun belum berpikir untuk datang atau tidak nanti.
"Ly, nanti kamu serahkan ke pemasaran lagi ya!" tiba-tiba Elizabeth mendatanginya dan meletakkan sebuah dokumen diatas meja gadis itu kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa meninggalkan ucapan terima kasih.
Sarah langsung menggeleng kecil. "Manja sekali," sindirnya dengan kesal.
"Tidak apa-apa aku kan memang anak magang disini dan kerjaanku ya membantu kalian." sahut Lily seraya mengambil dokumen tersebut untuk ia cek ulang mengingat sebelumnya banyak kesalahan hingga membuat orang pemasaran memintanya untuk kembali merevisi.
"Tapi selagi bisa ya dikerjakan sendirilah sebelum ada kamu mereka juga mengerjakannya sendiri," sindir Sarah lagi.
"Sudah tidak apa-apa," Lily pun langsung menyenggol lengan sahabatnya itu ketika Elisabeth menatap kesal ke meja mereka.
Setelah merevisi beberapa kesalahan, Lily pun segera membawanya ke departemen pemasaran. Semoga saja bosnya hari ini tidak datang mengingat 2 hari lagi akan tunangan, kalaupun pun datang pasti ada di ruangannya di lantai teratas kantornya jadi tak mungkin mereka akan bertemu apalagi saat ini adalah jam sibuk para karyawan jadi tak mungkin pria itu berkeliaran seperti orang tak punya pekerjaan.
"Oh sia lan!" umpatnya sembari menghentikan langkahnya ketika melihat bosnya itu baru datang dan disambut oleh tuan Miller didepan pintu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi tapi bosnya nampak baru datang, enak sekali jadi bos bisa datang semaunya sedangkan para karyawannya terlambat 5 menit saja sudah dipotong gaji.
"Bagaimana ini?" gumamnya kemudian, ia tak mungkin kembali ke ruangannya karena orang pemasaran sudah menunggu dokumen tersebut secepatnya untuk dikirim tapi jika ia lanjut melangkah pria itu pasti melihatnya.
Karena tak punya pilihan lain akhirnya Lily pun melanjutkan langkahnya namun ia langsung menutupi wajahnya dengan dokumen di tangannya dan berharap semoga berhasil seperti waktu itu. Saat langkahnya mulai mendekati pria yang juga sedang melangkah ke arahnya itu keringat dingin mulai mengucur, sial ingin rasanya ia berlari meninggalkan kantor ini sekarang juga tapi ia masih sayang dengan masa depannya dimana jika ia melakukan itu maka ia takkan diterima di perusahaan manapun.
"Benar-benar aturan konyol," gerutunya dengan kesal dan ...
"Yes!" gumamnya ketika berhasil melewati bosnya itu tanpa ditegur mengingat beberapa karyawan juga nampak lalu lalang di lobby kantornya itu.
"Nona, apa jerawatmu belum sembuh?" ucap tuan Miller tiba-tiba dan Lily pun sontak menghentikan langkahnya, sial padahal ia pikir pria itu tak menyadari keberadaannya karena ia sudah berusaha berjalan mengendap-endap dibelakang beberapa karyawan lain yang kebetulan lewat.
Akhirnya Lily pun terpaksa berbalik badan dengan dokumen masih ia gunakan untuk menutupi sebagian wajahnya. "Ma-masih tuan tinggal sedikit," sahutnya beralasan.
"Bukankah gaji di kantor ini besar kenapa tidak kamu gunakan sebagian untuk perawatan di klinik atau tidak perusahaan juga memberikan fasilitas asuransi jadi kamu bisa memanfaatkannya!" ucap tuan Miller yang nampak menatap aneh gadis itu.
Sebelumnya pria itu yang sedang asyik berbincang dengan bosnya yang baru datang tak sengaja melihat seorang wanita bersikap aneh yang sedang berjalan mengendap-endap dibelakang beberapa karyawan lainnya sambil menutupi wajahnya dengan sebuah dokumen. Sebagai tangan kanan Alexander selama bertahun-tahun, ia memang memiliki kewaspadaan tingkat tinggi demi melindungi bosnya tersebut. Sementara Alexander pun sontak berhenti ketika asistennya sedang menegur bawahannya itu.
"Saya karyawan baru tuan dan masih magang disini," sahut Lily yang belum menurunkan dokumen dari wajahnya.
Tuan Miller hanya menggeleng kecil. "Saya tidak mau tahu minggu ini kamu harus berobat dan berhenti bersikap aneh seperti itu!" tegasnya kemudian.
"Baik tuan te-terima kasih banyak," Lily pun merasa senang karena tak dipermasalahkan lagi dan cuma mendapatkan peringatan.
"Kalau begitu saya permisi." imbuhnya lagi lantas berlalu dari hadapan mereka dengan perasaan lega namun tiba-tiba sebuah tangan besar nampak menarik tangannya dari belakang hingga membuatnya hampir oleng dan jatuh jika saja seseorang tak segera menopang tubuhnya dengan lengan kekarnya.
Entah amalan apa yang sudah kamu lakukan Ly 🌚...
Hingga membuat duo ib-lis itu demen ngibul /Sob/...
Memangnya kagak engap /Drool/...
Lemaahhhh dirimu Lex gampang baper adek kecilmu /Sob//Facepalm/...
Bukan dengan wanita lain sih okayy2 saja 🤸♀️🌚...